4• Dua Gangguan

2.9K 415 53
                                    

[EMPAT]




SEJAK hari dimana seorang cowok bernama Kio menyapa, Syanala yakin kalau kehidupan sekolahnya tak akan lagi semenenangkan dulu. Terbukti dari sorot mata tajam yang menatapnya saat dirinya baru saja menginjakan kaki di dalam gerbang sekolah.

Bahkan Syanala dapat mendengar beberapa siswi mencibirnya dengan diikuti nama 'Kio' pada akhir kalimat.

Bukan Syanala tak bisa melihat atau semacamnya, dari penampilannya saja, cowok bernama Kio itu terlihat bukanlah dari kalangan 'biasa'. Atau bisa jadi, cowok tampan itu adalah Most Wanted-nya sekolah ini, Syanala bisa menjamin hal satu itu dilihat dari betapa populernya ia saat ini.

Seakan benar-benar kehabisan baterai akan jubah tak terlihat yang sering dirinya pakai, kini seluruh tubuhnya nampak 'ditelanjangi' oleh tatapan mata menohok itu. Dan Syanala bersumpah kalau ia membenci hal itu. Rasa tak nyaman seakan menggerogoti dirinya.

"Halo, Syanala."

Dengan wajah waspada, gadis itu menolehkan kepalanya. Menatap siapa sosok yang sudah segampang itu berdiri disampingnya, mengikuti dirinya berjalan menelusuri lorong.

Yang bener aja, batin gadis itu meringis.

"Gue Kio kalo lo lupa. Yang waktu itu ngajak kenalan lo di perpus." sambungnya lagi dengan langkah cepat, berusaha menyamakan langkah gadis yang pagi ini nampak menggemaskan dengan rambut panjang terikat kudanya.

Dan benar saja, seperti dugaan Kio, hanya seutas senyuman yang berhasil dirinya dapat atas 'gangguannya' itu.

"Ini emang udah mau masuk, ya?"

Sontak, dahi Syanala mengkerut, "Hm?"

"Ini emang udah mau masuk?" ulangnya, "Abis lo jalan kayak siswi yang terlambat ikut jam pertama. Cepet banget."

Mendengar sindiran itu, membuat Syanala spontan memperlambat langkahnya. Baru menyadari kalau tadi ia hampir saja berlari demi menghindari percakapan ini.

"Ngomong-ngomong, lo kelas 12 berapa? Gue 12-5."

Tanpa ada niatan mengangkat kepalanya yang sidikit tertunduk, Syanala menjawab, "Satu."

"Wah, kelas anak-anak pinter dong ya."

Hanya tersenyum samar sebagai jawaban, Syanala kembali membungkam mulutnya. Tidak dengan sosok disebelahnya yang saat ini terlihat mulai menyalami satu persatu rekan yang ia lewati. Memberikan tos ala-ala cowok atau hanya sekedar melambaikan tangan singkat dan menganggukan kepalanya saja sudah membuat Syanala meyakini kalau sosok disebelahnya ini, memanglah sosok yang terkenal seantero sekolah.

Artinya, keberadaan dirinya disamping Kio benar-benar membuat Syanala menjadi sorotan. Dan ia tentu tak menyukai pemikiran gila itu. Jadi sebelum terlambat, ada keingintahuan yang harus ia utarakan.

"Kak?" panggil Syanala sesaat dirinya dan sosok disebelahnya itu sampai di lorong penuh loker di bagian kiri dan kanannya, mensyukuri suasana sepi yang tengah mengelilingi kedua orang itu.

"Kio," koreksi cowok itu cepat, "Gue bukan kakak kelas lo. Tapi temen seangkatan."

Untuk itu, Syanala berdeham canggung. Keseringannya dalam mengatakan 'Kak' dimanapunlah yang membuat gadis itu jadi terbiasa.

"Maksud kamu ajakin aku ngobrol tiba-tiba gini apa?" sudah tak kuasa menahan rasa penasaran, Syanala menembakkan inti dari apa yang tengah ia rasakan.

Pertanyaan membingungkan yang jelas menarik alis Kio untuk terangkat sebelah, "Gimana maksudnya?"

"Ya ini, kamu ngajak aku ngobrol sekarang dan kenalan waktu itu kenapa?"

Serein [Spin Off 3 Novel Shanin's Diary]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang