6• Tragedi Pertemuan

1.7K 217 258
                                    

[ENAM]



AL tak pernah menyukai pertemuan antar rekan kerja sang Ayah yang selalu di adakan seminggu sekali di kediamannya. Pertemuan yang tentu menjadi ajang untuk menunjukan 'siapa yang paling kuat dan paling berpengaruh' di dalam relasi yang mereka bangun.

Di adakan setiap sabtu malam, tentu adalah faktor utama yang membuat wajah tampan itu terus-menerus cemberut. Bahkan sampai saat ini, di umurnya yang menginjak 20 tahun, ia masih tak paham apa fungsi dari kehadirannya.

"Itu muka, kusut amat." Suara Arkan yang terlihat muncul dari balik pintu kamarnya, jelas mendapati respon tak mengenakkan dari sang empunya ruangan.

Hanya menatap sahabatnya itu dari pantulan cermin sebelum kembali membenahi dasi yang terpaksa ia pakai untuk melengkapi setelan jas hitamnya.

Sedang Arkan yang juga sudah tak kalah tampan dengan balutan tuxedo biru tuanya, perlahan berjalan mendekati basketball arcade machine yang nampak tegeletak di pojok ruangan dekat balkon dengan hiasan lampu terang disekelilingnya. Setelahnya, ia mulai meraih satu buah bola basket dan melemparkannya tepat ke dalam keranjang.

Jangan tanya seberapa luas kamar Al atau seberapa banyaknya permainan yang ia letakkan di dalamnya, bahkan cowok itu berani bertaruh kalau ada permainan yang belum pernah ia sentuh sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan tanya seberapa luas kamar Al atau seberapa banyaknya permainan yang ia letakkan di dalamnya, bahkan cowok itu berani bertaruh kalau ada permainan yang belum pernah ia sentuh sebelumnya. Sebut saja Ding Dong arcade machine, permainan jadul yang ia beli hanya untuk mengisi ruang kosong disamping sofa.

"Ada anggota baru kata bokap gue." Arkan berucap ditengah-tengah permainan.

"Nyet, gue anggota lama aja gak hapal-" geram Al yang dengan kasar melepaskan dasi, menyerah untuk memasangnya, lalu tanpa aba melepaskan satu kancing kemeja putihnya.

"Siapa nama Om yang anaknya kemarin minta dikenalin ke gue?"

Arkan sontak menghentikan permaiannya, menghadap Al dengan alis terangkat sebelah, "Om Pratama. Nama anaknya Gilda. Mangkanya jangan kebanyakan cewek."

"Gak gitu," bantah Al cepat, mencoba mengklarifikasi kebangsatannya, "Gue emang suka lupa sama yang biasa-biasa aja."

Sembari menampilkan dengusannya, Arkan nampak melemparkan bola basket yang sedari tadi dirinya peluk. Berhasil mengenai dada bidang sobatnya itu sebelum suara aduhan terdengar.

"Permisi, Den?"

Masih dengan ekspresi yang bertolak belakang, Kepala kedua orang itu berpaling, mendapati kehadiran Bi Feh dari balik pintu, "Ditunggu Bapak, di bawah. Acaranya sudah mau mulai."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serein [Spin Off 3 Novel Shanin's Diary]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang