Bentar, itu foto multimedia tangan Pavel kemana? 🙄🙄Astagaaa 😂😂
Hari senin di awal bulan dengan cuaca yang terang tanpa kelam membuat sebagian besar pekerja memulai hari efektifnya dengan ceria. Sayangnya tidak dengan Pavel sang pengusaha muda. Ayah dua anak itu masih setia dengan baju casualnya sambil memainkan game lewat handphone di sofa nyaman ruang keluarga. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi.
Tadi setelah mengantarkan si sulung Sky ke sekolahnya, Pavel memang kembali ke rumah. Ijin barang sehari pada para pegawainya di kantor.
"Pa, ambil Cloud-nya dulu. Aku siapkan termos susu." Perintah Dome dari arah dapur membuat atensi Pavel pada game-nya harus berhenti.
"Iya." Sambil bangkit menuju kamar bermain anaknya.
Memasuki pintu kamar yang terbuka Pavel menemukan si bungsu yang tertawa-tawa bermain sendiri.
Dia tak tahu saja kalau setelah ini dia pasti akan menangis tak habis-habis -pikir Pavel
"Maaa." racau bayi enam bulan itu ketika menyadari papanya datang. Maksudnya memanggil papa, tapi yang bisa diucap masih sebatas 'ma..'
Pavel mendekat. Meraih jaket si kecil yang sudah disiapkan Dome dan memakaikannya. "Hay baby.. siap untuk imunisasi hari ini? Let's go !!"
Setelahnya Cloud dibawa sang papa ke mobil sambil menunggu mamanya selesai menyiapkan keperluannya.
....
Pukul sepuluh tepat sepasang suami istri bersama anak bungsunya tersebut sampai di rumah sakit tepatnya di bagian anak. Tak perlu antre lama karena Dome sudah membuat appointment dengan sang dokter.
Hari ini adalah jadwal Cloud melakukan imunisasi PCV 3-nya. Dan belajar dari imunisasi-imunisasi sebelumnya maka Dome meminta Pavel untuk menemani mereka sehingga Pavel terpaksa harus ijin ke kantornya.
"Hallo, sayang.. apa kabar?" Sapa seorang dokter wanita paruh baya pada baby Cloud yang masih sibuk sendiri dengan pacifier-nya di gendongan sang ibu.
"Hay dokter, aku baik-baik saja." Ujar Dome menirukan suara anak kecil sambil melambaikan tangan Cloud ke arah sang dokter.
"Sudah siap untuk imunisasi?"
Dome mengangguk. "Kali ini dengan papa-nya lagi ya dok."
Sang dokter melirik Pavel yang tersenyum sopan di belakang istrinya. "Iya, tak masalah. Ditemani dua-duanya juga boleh."
Dome langsung menggeleng. "Tidak, dok. Dengan papanya saja."
"Mamanya takut tidak tega, dok." Canda Pavel, yang sebenarnya adalah fakta mengundang kekehan maklum dari sang dokter.
"Baik kalau begitu. Kita mulai sekarang saja, ya."
Dome mengangguk. Menyerahkan Cloud pada gendongan papanya. "Aku tunggu di luar, ya."
"Iya. Serahkan saja padaku." Pavel tersenyum menenangkan kekhawatiran istrinya.
Dome tersenyum. Meninggalkan ruangan setelah sempat mengelus kepala berbau baby oil itu lembut. Meskipun dalam hatinya rasa khawatir tetap tak sirna.
"Kita mulai ya.." ujar sang dokter.
Pavel memangku si bayi dengan dua tangan memegang erat. Takut nanti anaknya tiba-tiba berontak.
Setelah sang dokter mengoles sedikit alkohol dengan kapas di lengan kirinya, baby Cloud mulai merasa dingin dan mengalihkan atensi. Pacifier di mulutnya tampak berhenti bergerak walau masih di posisinya.
"Tenang, ya.. tenang sayang.." sang dokter menyuntikkan vaksin pneumokokus tersebut ke lengan Cloud. Tak lama sampai jarumnya selesai dan dicabut. Membuat tangisnya sontak terdengar kencang memilukan.
"Sstt.. tenang sayang, sudah kok.." ujar Pavel. Sang dokter kembali mengoles bekas injeksi dengan kapas beralkohol.
"Huwaaaaa... Maa..." Pacifier di mulut langsung terlepas seiring kencangnya teriakan yang dikeluarkan.
"Iya, nanti ke mama ya. Cloud tenang dulu.." ujar Pavel lagi.
Tak lama pintu ruangan terbuka menampakkan Dome yang memegang botol susu di tangan kanannya.
"Mimik dulu ya sayang.." Dome menyodorkan botol susu pada si kecil. Tapi tak mempan. Cloud malah mengulurkan tangan minta digendong mamanya.
Akhirnya si bayi tenang setelah ada digendongan mamanya sambil diayun dan menyusu lewat botol.
Dome memandangi anaknya sambil menghapus keringat di wajah sang bayi. Sesekali mengajak ngobrol Cloud dengan topik yang random.
"Pelan-pelan, sayang.. hiks."
"Hiks.. sakit ya, nak.."
"Maafkan mama ya.. hiks.. tidak menemani baby.. hiks.."
Pavel hanya menggelengkan kepala dan tersenyum canggung pada sang dokter. Inilah alasan utama kenapa harus Pavel yang menemani Cloud imunisasi. Karena Dome tidak akan tega dan malah ikut-ikutan menangis ketika melihat anaknya itu menangis. Kalau tak ada Pavel bisa pusing si dokter menenangkan dua bayi sekaligus begini.
"Ck. Dasar cengeng."
"Apa kau bilang??"
"Kau cengeng, tapi manis. Buat aku selalu cinta." Bisik Pavel disertai kecupan di dekat telinga membuat dua orang dewasa lain di sana merona malu. Kok dua?
Masih ingat keberadaan sang dokter anak kan?
End
Pendek lagi.. bodo amat 😜
Makin lama makin bingung nyari ide buat story ini, karena saya sendiri belum berkeluarga dan punya anak. Belum ada pengalaman 😂😂
Vote comment jan lupa 🙏
Sorry for typo and thankyou 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & Cloud (PavelDome)
FanfictionTentang Sky, papanya, mamanya, dan Cloud. Siapa Cloud? Note: Saya memutuskan buat book sendiri tentang Sky. Cerita di book One Shot tidak akan dihapus atau dipindah ke sini. Tapi semua cerita baru tentang Sky akan di upload di sini.