Beberapa waktu yang lalu Dome mengantar suaminya periksa ke dokter dengan keluhan insomnia yang mulai masuk fase parah. Akhirnya dokter menyarankan Pavel untuk mengurangi konsumsi kafeinnya dengan mengubah kebiasaan minum kopinya menjadi teh.
Awalnya Pavel meminum jasmine tea biasa, namun karena melihat kebiasaan Dome yang meminum chamomile tea setiap hari dia jadi ikut-ikutan.
Sudah hampir sebulan pasangan suami-istri itu berbagi secangkir teh setiap pagi. Ya, kalian tak salah baca. Memang hanya secangkir, bukan dua.
Setiap pagi Dome akan membuatkan secangkir chamomile tea untuk Pavel. Dan kebiasaan Pavel adalah meminum teh tersebut setengahnya saja. Setengahnya lagi akan dia sisakan untuk diminum istrinya. Kalau kata anak muda jaman sekarang adalah indirect kiss.
Seperti pagi ini, suasana rumah Pavel dan Dome benar-benar kacau. Dome harus menyetrika kemeja Pavel yang akan dipakai berangkat kerja. Harusnya tadi malam, tapi sayangnya semalam mati lampu. Belum lagi Cloud yang rewel sejak tadi. Si bayi tak mau digendong papanya, padahal mamanya sedang sibuk. Ditambah lagi Sky yang sudah dimandikan dan tinggal ganti baju tapi malah lari-lari menghindari mamanya menolak memakai baju.
"Jangan lari-lari, Sky. Pakai baju dulu." Dome berteriak sambil mengejar anaknya.
Yang disuruh malah berbalik dan tersenyum mengejek pada mamanya. "Malas, ma. Kejar Sky ma, ayoo.."
Menyebalkan. Persis papanya -batin Dome menatap Sky terengahRasanya Dome ingin resign saja jadi ibu rumah tangga.
Tapi disela kehebohan yang membuat kepala hampir pecah itu, Dome sempatkan membuat chamomile tea untuk suaminya meski dengan waktu yang lebih singkat dari biasanya.
Setelah menghidangkan teh untuk suaminya, susu untuk Sky dan roti untuk sarapan serta menyelesaikan setiap pekerjaannya Dome mengambil alih si kecil Cloud dari gendongan papanya. Anehnya si kecil langsung diam setelah berpindah ke tangan sang mama. Sampai ketiduran malah. Sudah hafal baunya mungkin.
"Badannya tidak panas tapi kenapa rewel terus?" Tanya Pavel pada Dome.
Dome menggeleng. Mengusap dahi penuh keringat anak bungsunya. "Mungkin dia mau tumbuh gigi. Makanya rewel."
Pavel mengangguk saja. Tak paham akan masalah begitu.
Dome kembali ke meja makan setelah menidurkan Cloud di kamarnya. Nampak anak dan suaminya yang sudah selesai sarapan dan bersiap untuk berangkat ke kantor dan ke sekolah.
"Wah, kakak Sky sudah mau berangkat?" Tanya Dome pada anaknya yang sedang menggendong tas.
Sky memandang mamanya. "Iya ma. Sky dan papa sudah mau berangkat."
"Tunggu sebentar." Dome melesat memgambil sesuatu dari dalam kulkas.
"Hari ini mama tidak bisa buatkan bekal. Jadi Sky bawa roti dan susu saja ya." Ucap Dome sambil memasukkan roti dan susu kotak kemasan ke dalam tas Sky.
Sky mengangguk. "Okay ma."
Dome beralih pada suaminya. Meraih dasi yang belum terpasang dengan benar dan merapikannya sampai nyaman dipandang mata.
"Nanti aku makan siang di rumah. Tapi kau tak perlu memasak." Ujar Pavel menyatukan kening mereka.
Dome mengernyit. "Lalu?"
"Aku beli saja di jalan sekalian. Kurasa kau butuh istirahat lebih setelah ini."
Dome mengangguk bahagia. Suaminya ini benar-benar perhatian.
Setelahnya Dome mengantar anak sulung dan suaminya keluar rumah. Menunggu di teras sampai mobil Range Rover milik Pavel menghilang di balik belokan jalan.
....
Kening Dome mengerut ketika mendapati cangkir teh suaminya yang tandas tak bersisa. Tak biasanya.
Apa dia lupa? -pikir Dome
Tapi sebulan ini tak sekalipun pernah Pavel melupakan kebiasaannya. Bahkan saat mereka menginap di rumah orang tua Dome-pun kebiasaan berbagi secangkir teh mereka tetap terlaksana tanpa kendala.
Lalu ini apa? Apa ini pertanda jika Dome bukan lagi prioritas Pavel? Tapi bukannya berlebihan jika menganggap ini adalah masalah serius?
Dome hanya takut. Takut jika firasatnya benar. Apakah salah jika seorang istri mempermasalahkan kebiasaan suaminya yang tiba-tiba berubah?
Dengan perasaan didera gusar Dome membereskan meja makan mereka. Membawa peralatan kotor ke tempat cuci piring yang ada di dapur.
Dome bahkan hampir menangis. Salahkan saja hatinya yang belakangan ini terlalu sensitif dan melankolis karena kebanyakan menonton drama korea.
Sebelum menyalakana air keran, Dome kembali memandang cangkir teh milik Pavel dengan perasaan tak tentu. Tidak benar-benar habis. Sisa beberapa tetes di dasar cangkir.
Setelah menghapus setetes air yang memberontak keluar di ujung matanya, Dome mengambil cangkir sang suami. Mengulangi kebiasaan sehari-hari mereka, Dome meneguk habis tetesan sisa teh di cangkir Pavel.
Dan ibu dari Sky itu tiba-tiba terdiam. Dadanya berdetak kencang di luar normal setelah cairan berjumlah sedikit itu melewati indera pengecapnya.
"A..asin... Jadi, Pavel...."
Dome sontak menangis sesenggukan berusaha tanpa suara. Takut membangunkan tidur nyaman Cloud.
"Pav, maafkan aku. Hikss.."
Dome bukannya sedih, dia hanya terharu.
Jadi Pavel menghabiskan tehnya karena tehnya asin, bukan manis. Dia tak ingin Dome ikut meminun teh asin buatannya yang salah memasukkan gula menjadi garam. Jadi Pavel menghabiskannya sendiri tanpa disisakan untuk Dome.
Segera Dome meraih handphone di saku celananya. Menelfon seseorang.
'Hallo, ada apa sayang?' Suara Pavel ada di seberang.
"Pav.. " ucap Dome sebisa mungkin tak mengeluarkan sesenggukannya.
'Iya sayang, aku masih di sekolah Sky. Dia baru turun.'
"I love you so much, Pav. 'Til the end of my life."
'Hah? Kok..'
End
Pendek aja. Cuma mau nunjukin kalau Pavel ngga cuma bisa meshoom tapi juga bisa jadi fluffy fluffy sweety. Gimana, mau diromantisin kaya Dome nggak? 😅😅
Vote comment riyen nggih.. 🙏
Ngapunten menawi typo nipun kathah. Lan matur sembah nuwun sedanten .. 😉😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & Cloud (PavelDome)
FanfictionTentang Sky, papanya, mamanya, dan Cloud. Siapa Cloud? Note: Saya memutuskan buat book sendiri tentang Sky. Cerita di book One Shot tidak akan dihapus atau dipindah ke sini. Tapi semua cerita baru tentang Sky akan di upload di sini.