"Zhilla, mau istirahat dimana?", tanya Keichi pada Zhilla
"Di kelas mungkin", jawab Zhilla singkat
"Enggak makan?"
"Aku bawa bento dari rumah"
"Kamu bisa bahasa Jepang juga?"
"Enggak, aku hanya tau beberapa istilah dalam bahasa Jepang saja"
"Aku ke kantin, ya"
"Silahkan", jawab Zhilla mengakhiri percakapan mereka dan Keichi pergi dari kelas itu.
"Sepertinya kamu semakin akrab sama Keichi?", tanya seseorang yang duduk di depan Zhilla. Zhilla tau nama orang itu adalah Vilia. Terlihat jelas dari name tag yang dipakainya
"Seperti itukah?", tanya Zhilla. Tanpa sadar wajahnya menyunggingkan sebuah senyum yang samar namun dapat dilihat jelas oleh Vilia
"Ya, terlihat jelas dari wajahmu. Kamu nyaman dengannya. Kenapa kalian enggak pacaran aja?", tanyanya sambil menyipitkan matanya. Dan pertanyaan itu sukses membuat pipi Zhilla bersemu merah. Menyadari wajah malu Zhilla, Vilia kembali menggodanya "Atau jangan-jangan kalian sudah pacaran?"
"Hah? Mana mungkin aku bisa pacaran sama dia, lagipula kita cuma teman saja, kok"
"Jangan bohong, terlihat jelas kalau kamu menyukainya"
"Benarkah?"
"Iya, kamu terlihat nyaman dan bahagia bercanda sama dia, beda dengan yang lain", ucap Vilia. Hening sesaat. "Mau taruhan?"
"Maksudnya?"
"Cepat atau lambat, kalian pasti akan berpacaran"
"Berapa lama?"
"Dua minggu dari sekarang, aku akan mendengar kabar bahagia itu. Dan kalau aku menang, kamu harus traktir aku makan siang di kantin, kalau aku yang kalah, aku akan traktir kamu di kantin, gimana?"
"Hahahaha boleh juga, walaupun aku tak mau mempertaruhkan sebuah hubungan demi makanan"
"Ini bukan soal makanannya, tapi harga diri"
"Baiklah"Itulah yang dikatakan Vilia padanya. Beberapa orang di kelas mereka juga beranggapan kalau ia dan Keichi memiliki kecocokan. Tapi Zhilla masih belum berani mengatakannya apalagi mengakui kalau dia menyukai Keichi.
Sepulang sekolah Zhilla sangat malas untuk segera pulang. hari ini dia mendapat libur di Bar, latihan dance juga diliburkan jadi rasanya ia sangat malas untuk segera pulang ke rumah.
"Enggak pulang?", tanya Keichi pada Zhilla
"Malas"
"Mau jalan-jalan?"
"Kemana?"
"Keliling sekolah"
"Cuma itu?"
"Kalau begitu, sudah berapa banyak tempat yang kamu kunjungi di sekolah ini? Kelas? Ruang olahraga? Ruang guru? Ruang kesehatan? Lab?"
"Semua yang kamu sebutkan sudah pernah aku kunjungi"
"Pernah ke ruang eskul? Perpustakaan? Kolam renang? Atau lapangan?"
"Memangnya ada ruang eskul? Kalau perpustakaan, kolam renang dan lapangan cuma lewat"
"Ada, misetai?", tawarnya
"Boleh"Mereka berjalan berdampingan keluar dari kelas. Kelas mereka memang sudah sepi, tapi beberapa siswa masih lalu lalang di sekitar sekolah. Tak sedikit yang memperhatikan Zhilla dan Keichi yang berjalan menyusuri koridor sambil bercanda. Ada beberapa teman mereka juga yang menyapa dan mereka membalasnya dengan senyuman. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menggoda Zhilla dan Keichi seperti pasangan yang serasi.
"Lelah?", tanya Keichi setelah mereka berkeliling sekolah
"Lumayan", jawab Zhilla singkat. Mereka akhirnya memilih duduk di depan salah satu kelas yang sudah kosong. Mereka duduk bersampingan sambil melihat lapangan yang ada di depan mereka. Yang mereka lihat adalah beberapa siswa yang memang sedang latihan eskul untuk lomba yang akan diadakan tidak lama lagi.
"Sekarang, aku sudah tahu cukup banyak tempat di sekolah ini. Ternyata cukup luas, ya?", ucap Zhilla membuka pembicaraan
"Ya. Bagaimana denganmu? Apakah kamu mengikuti salah satu eskul?"
"Ya, aku ikut eskul kesenian"
"Hmmm kamu bisa melukis?"
"Tidak, lagipula seni bukan hanya melukis, ada teater, menyanyi bahkan menari"
"Dan kau?"
"Menyanyi"
"Artinya suaramu bagus"
"Tidak sebagus Dhiana dari kelasmu dulu"
"Kamu kenal Dhiana?"
"Teman ospek dulu"
"Kamu sudah mau pulang?"
"Tidak, aku malas berjalan kaki. Mungkin nanti kalau sudah tidak malas lagi"
"Memangnya kamu pulang dengan berjalan kaki?"
"Ya"
"Mau kuantar?", tawar Keichi yang membuat Zhilla menoleh kearahnya dan menatap Keichi seolah mencari kebohongan tapi nihil. Keichi memang serius dengan ucapannya barusan "Naik sepeda", ucap Keichi akhirnya setelah menyadari kebingungan yang ada pada wajah Zhilla. Zhilla kembali menatap lapangan di depannya
"Boleh, tapi tidak sekarang, mungkin nanti. Kakiku cukup lelah setelah berjalan-jalan"
"Hahahaha baiklah"
"Kamu mau mengantarku, memangnya rumah kita searah?"
"Tidak. Aku akan pergi ke tempat om ku yang rumahnya melewati rumahmu", jawab Keichi membuat Zhilla cukup terkejut
"Kamu tahu rumahku?", tanya Zhilla tak percaya
"Ya, kita pernah berpapasan sebelumnya, ingat?", jawab Keichi membuat Zhilla menyadari sesuatu. Ingatannya kembali pada saat kelas VII. Saat ia pulang dengan berjalan kaki dan tak sengaja melihat orang yang disukainya naik sepeda melewatinya. Waktu itu Keichi dan Zhilla belum sedekat ini, jadi mereka tidak saling menyapa satu sama lain
"Aa.. Aku ingat itu", jawab Zhilla. Setelahnya mereka masih saling bercerita, baik itu tentang keluarga mereka ataupun kegiatan yang mereka sukai. Zhilla termasuk salah satu orang yang pendendam. Pasalnya, yang ia tahu dari cerita ibunya, ayahnya meninggalkannya saat ia masih di dalam kandungan ibunya. Dan sakit hati yang dimiliki ibunya itulah yang membuatnya membenci ayahnya yang tak pernah ia temui seumur hidupnya
"Jangan membenci dan jangan dendam padanya", ucap Keichi membuat Zhilla terkejut. Laki-laki di hadapannya ini juga mengalami nasib yang sama sepertinya. Ayahnya meninggalkannya. Namun perbedaannya, Keichi sempat mengenal ayahnya sedangkan Zhilla tidak. Zhilla tidak mempercayai pendengarannya sendiri bahkan ia terdiam mendengar setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki itu. Mungkin sakit yang ia rasakan lebih perih dari yang Zhilla rasakan, tapi Keichi tidak membiarkan dendam itu menguasai dirinya. Hal itulah yang membuat Zhilla seolah tertampar dan memyadari betapa laki-laki ini telah mencuri bahkan mengambil hatinya. Zhilla mencintai Keichi. Hanya itulah yang ia tahu################################################################
Hari-hari terus berlalu. Zhilla dan Keichi semakin dekat bahkan mereka juga sering pulang bersama. Keichi selalu mengantar pulang Zhilla sedangkan Keichi akan melanjutkan perjalanannya. Semakin hari, perasaan Zhilla kepada Keichi semakin besar. Bahkan ia tidak bisa menjelaskan sebesar apa perasaannya saat ini. Bahkan tak sedikit orang yang mengharapkan mereka berpacaran. Mereka berdua memang terlihat sangat serasi dan cocok. Bahkan banyak momen dimana mereka bisa berbicara bersamaan tanpa mereka sadari. Hal itulah yg membuat mereja terlihat sangat cocok
"Besok aku akan keluar kota", kata Keichi
"Berapa lama?"
"Mungkin seminggu"
"Oh, take care yaaa"
"Oke"
Keesokan harinya, Zhilla merasa ada yang hilang dari hidupnya, ya, seperti yang dikatakan Keichi, ia pergi keluar kota untuk menemui saudaranya yang tinggal disana
"Zhilla, kamu kenapa?", tanya Villia yang mengetahui perasaan sepi Zhilla
"Aku? Aku tak apa-apa", jawab Zhilla
"Kamu terlihat kesepian, apakah aku benar?"
"Mungkin"
"Karna dia tidak ada disini, kan?" ucapan Villia membuat Zhilla sadar kalau dia merindukan sosok Keichi saat ini. "Baru satu hari loh", goda Villia yang merasa perkataannya benar saat ini. Zhilla hanya tersenyum masam menanggapi perkataan Villia. Memang sedikit banyak, perkataa Villia ada benarnya. Saat ini perasaan Zhilla agak sedikit kacau, padahal baru satu hari Keichi tida masuk sekolah, tapi itu sudah cukup membuat Zhilla kacau.Tring
Ponsel Zhilla berbunyi. Zhilla segera melihat notifikasi yang masuk ke ponselnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat nama yang muncul pada notifikasi pada layar ponselnya "KEICHI" itu sudah cukup membuat Zhilla tersenyum kecil saat ini.
yayyyyy akhirnya bagian ketiga selesai juga. Mohon dukungannya melalui vote dan comment. Terimakasih sudah setia menjadi pembaca wattpad
stay safe and healthy ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love
Romance"Aku memang manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah, namun dihatiku hanya satu, cinta untukmu, luar biasa" - Yovie and the Nuno Note : Seluruh cerita ini adalah murni hasil karya saya. Apabila ada kesamaan nama, gambar, tempat atau bahkan...