Zhilla memasuki kelas barunya di tahun kedua ini. Dan lagi-lagi kelasnya berada di ujung koridor sekolah ini. Entah apa yang mengutuknya hingg mendapatkan kelas diujung koridor lagi. Belajar dari pengalamannya di tahun pertama, kelas diujung koridor itu sangat menyebalkan. Mendapat julukan kelas terbelakang bahkan guru saja jarang masuk ke kelasnya. Sebuah keuntungan memang tapi tetap saja memiliki kelas yang berada di ujung koridor sama saja dengan harus mengeluarkan energi lebih untuk berjalan menuju kantin, ruang guru bahkan lapangan atau gedung olahraga. Dan Zhilla sangat membenci itu. Dengan langkah lemas, Zhilla mulai berjalan menuju kelasnya. Beberapa orang yang mengenalnya menyapanya dan ia hanya tersenyum membalasnya. Sesampainya di kelas, Zhilla yang bingung mau duduk dimana, akhirnya memilih bangku yang kosong disana. Ia meletakkan tasnya sambil sibuk dengan ponselnya. Zhilla memang memiliki kebiasaan untuk selalu mendengarkan musik melalui pon selnya di waktu senggangnya. Dan saat ia berangkat sekolah tadi, ia menyetel musik kesukaannya. Ia juga sibuk mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Novel misteri yang ia keluarkan pertama kali. Zhilla memang sangat menyukai membaca semua buku yang membuatnya penasaran. Terutama novel misteri apalagi novel teenlit. selain itu Zhilla juga sangat menyukai komik. Tapi biasanya ia membaca komik melalui situs web yang tersedia secara online.
Zhilla sangat menikmati waktunya saat membaca bahkan ia mulai tidak menyadari keramaian yang ada di sekelilingnya. Bel memang belum berbunyi, itulah sebabnya ia masih sangat asyik membaca. Novel yang dibacanya dari semalam ini memang cukup tebal, membuatnya harus melanjutkannya hari ini. Bukan karna ia ingin cepat menyelesaikannya namun ia sangat penasaran dengan kelanjutan ceritanya bahkan ia sangat penasaran dengan akhir ceritanya. Tak selang berapa lama, bel pun berbunyi. Seluruh siswa berhamburan masuk ke dalam kelas. Kelas pun mulai terisi penuh. Semua bangku yang tadinya kosong sudah ditempati oleh siswa yang tadi berada di luar kelas. Bahkan bangku disampingnya yang tadi kosong sekarang mulai menampakkan penghuninya.
Berjalan dengan santai setelah tadi bersenda gurau dengan teman-temannya, ia mulai menempati bangkunya. Diliriknya bangku disebelahnya sudah ada yang menempati bangku yang tadinya kosong itu. Laki-laki itu terdiam melihat siapa yang duduk disana. Pemandangan yang sangat indah memang, seorang gadis duduk disana sambil membaca novelnya bermandikan cahaya matahari pagi. Sosoknya bagaikan malaikat yang bersinar dimatanya. Sangat indah.
"Zhilla", panggil laki-laki itu. Yang dipanggil menoleh kearah suara itu. Ia pun terkejut bukan main. Laki-laki itu tersenyum sangat manis kepadanya. Seolah melihat pemandangan yang menakjubkan, Zhilla bahkan hampir tidak berkedip melihatnya. "Oboete iru?", tanyanya dalam bahasa Jepang. Jika diperhatikan lebih dekat, laki-laki disampingnya ini memang nampak seperti orang Jepang, matanya sipit dan kulitnya juga putih layaknya orang Jepang.
"K.. Keichi?", ucap Zhilla gugup.
"Anata wa watashi o yoku oboete iru", jawabnya lagi. Ia langsung melirik sekilas orang yang ada di sebelahnya "Ah, maaf, itu tadi bahasa Jepang, artinya 'kamu mengingatku dengan baik'", jelasnya pada orang yang ada di sampingnya itu. Keichi kembali melihat buku yang masih dipegang oleh Zhilla "Baca apa?", tanyanya. Sadar kalau novelnya masih ada di tangannya, Zhilla melihat sekilas novelnya
"Novel", jawab Zhilla sambil menunjukkan novel itu pada Keichi.
"Oh", jawab Keichi singkat sambil tersenyum. Itu adalah senyuman manisnya yang biasanya ia tunjukkan kepada teman-temannya. Zhilla langsung mengalihkan pandangan kedepan, berharap Keichi tidak melihat wajahnya yang tersipu malu saat ini. Dan ternyata Keichi juga mengalihkan pandangannya ke depan karna guru pengajar sudah masuk untuk memulai pelajarannya.Zhilla sangat terkejut dengan pertemuannya ini. Pertemuannya dengan cinta pertamanya. Orang yang sama yang dulu pernah berpandangan dengannya di lapangan satu tahun yang lalu, dan orang ini ada di sampingnya, duduk di sebelahnya. Zhilla masih tidak berkonsentrasi dengan pelajarannya, ia kembali mengingat bagaimana ia akhirnya mengetahui nama dari cinta pertamanya.
FLASHBACK
"Zhilla, kamu jadi perwakilan eskul untuk rapat OSIS ya?", kata Emilia dengan wajah memohon
"Kenapa? Aku bukan ketua eskulnya", tolak Zhilla
"Soalnya aku harus ikut rapat untuk persiapan studi banding dengan sekolah lainnya", jelas Emilia
"Wakil Ketua?"
"Dia ikut olimpiade sains tingkat daerah. Kamu bisa, kan, menggangtikan kita?", tanya Emilia sekali lagi
"Sekretaris?"
"Zhilla, kita bukan OSIS yang harus punya sekretaris. Kita cuma punya kamu sebagai bendahara disini. Jadi kita tidak punya pilihan lain", jelas Emilia lagi. Sebenarnya Zhilla mengikuti eskul ini hanya untuk formalitas saja, tapi ia malah terpilih sebagai salah satu pengurus eskul, mau tidak mau, ia juga harus menjalani kegiatan eskul ini
"Apa agenda rapatnya?", tanya Zhilla mulai tertarik
"Tentang kegiatan pentas seni dan olahraga sekolah yang akan diadakan bulan depan. Kamu hanya perlu mencatat hal-hal penting yang akan dijelaskan oleh ketua OSIS nanti setelah itu berikan padaku, biar aku yang urus sisanya", jelas Emilia
"Kapan rapatnya?"
"Besok, setelah pulang sekolah"
"Baiklah"
"Terimakasih Zhilla, kamu memang penyelamatku", ucap Emilia sambil memeluk erat Zhilla
"Iya, iya. Terimakasih kembali"Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, Zhilla menghadiri rapat antar eskul yang dijelaskan Emilia kemarin. Ia berjalan menuju sebuah ruangan rapat yang ada di dekat ruang guru. Zhilla memasuki ruangan yang hampir terisi penuh itu. Sudah banyak siswa perwakilan dari berbagai eskul disana. Wajahnya semua tak dikenali oleh Zhilla, namun melihat dari seragamnya saja sudah dapat dipastikan kalau mereka semua adalah siswa di tahun kedua sekolah ini. Zhilla dapat melihatnya dari seragam mereka, karna disana terdapat perbedaan pada warna dasi mereka. Warna dasi adalah pembeda angkatan pada siswa di sekolah ini. Biru tua untuk tahun pertama, Hijau untuk tahun kedua dan Merah untuk tahun ketiga. Dan Zhilla dapat mengetahuinya karna semua seniornya memakai dasir berwarna hijau dan hanya dia sendiri yang memakai dasi warna biru tua. Ia pun mulai mengambil bangku yang kosong lalu duduk disana.
Seorang laki-laki yang bertubuh tinggi memasuki ruangan. Ia juga siswa tahun pertama disini, terlihat jelas dari warna dasinya - biru tua. Laki-laki itu memasuki ruangan dengan senyuman manisnya dan bersenda gurau dengan senior laki-laki lainnya. Ia memperhatikan sekitarnya dan mendapati seorang gadis duduk sendiri tanpa ditemani siapapun. Dari seragamnya sudah dipastikan kalau dia juga siswa tahun pertama disini. Mata mereka bertemu. Seperti deja vu mereka saling berpandangan hingga tak lama kemudian seseorang dengan dasi warna merah memasuki ruangan itu. Sudah dapat dipastikan kalau ia adalah siswa tahun ketiga disini. Laki-laki yang tadi sedang memperhatikan gadis itu langsung memilih duduk disamping gadis yang berada di angkatan yang sama dengannya itu.
"Keichi", ucapnya sambil mejabat tangannya untuk mengajak si gadis berkenalan. Gadis itu menengadahkan kepalanya lalu membalas jabatan tangannya
"Zhilla", jawabnya
"Untuk selanjutnya, mohon bantuannya", katanya sambil tersenyum dengan sangat manis dan dijawab dengan anggukan oleh Zhilla.Selama rapat berlangsung baik Zhilla maupun Keichi sama-sama saling mencuri pandang. Walaupun mereka tahu kalau mereka saling jatuh cinta, tapi lidah mereka terasa kelu. Inilah pertemuan kedua mereka.
FLASHBACK END
Sejak saat itu, baik Zhilla dan Keichi sama-sama saling mengetahui nama masing-masing.
Yeay akhirnya bagian kedua sudah rilis. Tetap dukung dan bantu saya dalam mengembangkan cerita, yaaaa.... Terimakasih banyak minna
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love
Romansa"Aku memang manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah, namun dihatiku hanya satu, cinta untukmu, luar biasa" - Yovie and the Nuno Note : Seluruh cerita ini adalah murni hasil karya saya. Apabila ada kesamaan nama, gambar, tempat atau bahkan...