03. Eh?

19 4 0
                                    

Setelah kejadian Anin yang pengen makan Raket Bulu Tangkis,Amel asumsikan ia harus lebih sabar menghadapi Anin yang menurut nya Gesreknya kelewat batas.
Tapi bagaimana pun Anin tetaplah temannya.

Di sisi lain Raja yang nampak sangat kesal sekali karena dirinya bangun ke sorean sekitar pukul enam sore dirinya baru bangun dari tidur siangnya,padahal ia memiliki jadwal bersama Revan untuk menuju sebuah tempat yang setiap hari sepulang sekolah ataupun sore hari selalu ia kunjungi.

Tapi Hari ini? Dirinya tidak bisa karena Raja tertidur sampai lupa akan kebiasaannya itu.

Raja terbangun dan langsung melihat jam tangan yang masih bertengger di tangannya samar samar dirinya melihat masih pukul setengah lima sore,tapi apa? Sudah hampir magrib!

"Astaga! Kok gue bisa se pules ini sih tidur,"
Ucap Raja yang langsung mendudukan dirinya dengan rambut yang acak acakan

"Gimana bro? Nyenyak lo?"

Tanpa di sadari suara Revan yang sudah berjalan di belakangnya dengan membawa minuman dingin di tangannya,Raja langsung menoleh ternyata Revan disana dengan menggunakan setelan Hoodie polos berwarna Abu Abu.

"Loh?" Raja kaget dengan kehadiran Revan

"Lo pules banget tidurnya,gue gak tega buat bangunin," Ucap Revan langsung mendudukkan dirinya di kuris depan Raja

"Yah! Lo kenapa gak bangunin sih! Kalo gini kan gue gak bisa ke sana!"

"Bisa kok Ja,Mandi sana sholat magrib dulu baru kita ke sana" ucap Revan dengan sesekali menengguk minuman yang ada di tangannya

"Beneran nih? Bukannya lo biasanya habis magrib kencan sama doi?" tanya Raja sekali lagi untuk memastikan,pasalnya memang Revan ini selalu saja kencan kencan terus,kan Raja jadi kesel. Ya iri sih tepatnya,karena Raja masih Jomblo.

"Udah sana buruan,"

"Yaudah iya tungguin!"

Dengan secepat kilat,Raja bangkit dari duduknya dan langsung berlari ke arah kamarnya untuk mengambil handuk dan peralatan mandinya,bisa Revan lihat jika Raja sudah menyangkut tempat itu dirinya bahkan bisa secepat kilat dan dangat bersemangat.

Untuk berharap bertemu dia.

Sampe kapan lo nunggu dia Ja - Batin Revan melihat Raja dan manggelengkan kepalanya samar dan di akhiri dengan helaan nafas.

-----

Ramai adalah suasana yang sangat Anin sukai,apalagi kalau itu ramai dengan anak anak kecil yang sedang bermain,bersenandung bahkan Anin sangat ingin bercerita kepada mereka.
Mungkin Anin juga ingin merasakan rasanya mendapatkan kasih sayang Orang Tua,tapi sepertinya Anin tidak akan bisa.

Orang Tua Anin meninggalkannya di sebuah rumah seorang Bidan,yang sekarang Anin memanggilnya dengan sebutan Nenek Ratih,ia yang membesarkan Anin sampai sekarang,awalnya Anin mengira Nenek Ratih lah ibunya,telat di umurnya yang ke 12 tahun,Nenek Ratih memberi tahu semuanya tentang Anin,bahkan cerita Anin di buang oleh orang tuanya.

Anin Kaget? Pastinya.
Anin menangis? Sudah jelas.
Tapi ia menangis dengan senyum lalu berkata "Mungkin Mama sama Papa Anin lagi sibuk,jadi gak bisa ngurus Anin kan Nek?"

Sampai sekarang pun Anin tetaplah Anin,yang Kuat,Tegar bahkan tidak lupa dengan Senyum manisnya.

"Nek? Gimana sih rasanya punya pacar?"

Anin yang sedang membaringkan dirinya dan paha Nenek nya di gunakan sebagai bantalanya pun bertanya.

"Hmm,emang kamu punya pacar?"
Tanya Ratih dengan sedikit senyuman

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince To AninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang