Bagianku sebenarnya tidak terlalu menarik.
Ah, ya. Maaf. Aku melewati bagian perkenalannya, haha. Jadi, sebagai yang tertua dan memiliki kewajiban agung untuk menjelaskan bagaimana sepak terjang dua bocah sialan ini, you better make yourself comfy now and put a box of popcorn with you.
Karena aku akan mulai. Dan aku tidak suka disela, termasuk kamu, Jimin. Diam dan berhenti tertawa.
Oke.
Jadi, kita sudah dengar awalnya dari Namjoon.
Hari debut kita, wow, tidak semulus yang dibayangkan. Kamu harus bangun sangat pagi, rasakan adrenalin dengan sepercik gugup, lalu digiring ke tempat shoot.
Sebenarnya ini terlalu tiba-tiba. Kami mendapat satu slot karena ada satu performer yang mendadak tak datang. Haha. Kesempatan emas.
Jeongguk tak berhenti bergerak di van. Goyangkan kaki, hafalkan lirik, ah, jangan tambahkan kelakuan yang lain. Dia menempel pada Taehyung seharian. Dan sebaliknya, Taehyung mencoba bersikap biasa dan tenang. (Pft. Walau aku tahu, perasaannya pasti lebih berantakan.)
Mereka benar-benar tidak terpisahkan. Di depan ataupun di belakang kamera. Seringnya Jeongguk akan menjahili Taehyung di sela-sela istirahat, tapi tidak jarang juga kami yang kena bagian tidak enak.
"Gukkie! Gukkie! Aku lihat ada sunbae keren di hall! Dia senyum barusan! Aaaaaaa! Sepertinya nama kita akan segera besar dan terkenal, whoa!"
Ruang tunggu sungguh berisik. Jangan mulai dengan suasana dorm.
Ah, ya. Tambahan kalau Jimin dan Hoseok ikut bergabung, astaga. Pusing. Di beberapa kesempatan memang tingkah mereka mujarab menghilangkan jenuh, tapi tidak untuk hari lainnya. Tidak, terima kasih. Tak sehat.
Di satu jadwal ketika kami harus pergi ke luar negeri, keduanya akan pasang tatapan memohon. Taehyung akan minta satu kamar dengan Jimin, sebaliknya, Jeongguk lebih penurut. Walaupun mereka akan berakhir tidur di ruangan yang sama. Seringnya, Jimin akan pindah, sebelum ambil belasan foto untuk digunakan kemudian. Penjahat kecil.
Somewhere along the way, ada perubahan dalam dinamika mereka—iya, diam dulu, Joon, shush!
Mungkin semakin dewasa, dan semakin ditempa di lingkungan ini, menyebabkan satu, dua kebiasaan berubah.
Taehyung, menurut kami para hyung—termasuk Jimin—masih merupakan Taehyung kecil yang perlu dilindungi. Haha. Masih senang menggunakan aegyo, merajuk kalau ingin sesuatu, tak bisa sendirian terlalu lama. Dia pernah nekat mendatangi Yoongi di studio yang notabene sedang bad mood karena satu hal di suatu malam. (Diam, Yoon, aku tahu kamu punya banyak soft spot buat Taehyung.)
Sementara Jeongguk? Wah. Dia benar-benar kehilangan soft touch di masa lampau. Eh. Maksudku, bukan untuk konteks negatif, haha. Dinamikanya yang berubah.
Hm, bagaimana menjelaskannya, ya?
Mari katakan kalau Jeongguk bsia berlaku seperti hyung kepada Tae? Ya, begitu maksudku. Walaupun dia masih bisa berlaku bandel seperti dulu; lebih-lebih malah. Jeonggukkie, sumpah, kurangi waktumu di gym. It's Jeon Jeongguk on top, seperti kata yang lain. Kasihanilah kami para hyung.
Dan pada suatu ketika, Taehyung mendapatkan musibah besar di tengah karier kami. Orang tersayangnya pergi jauh.
Dia hancur, bisa dibilang.
Pandangannya kosong waktu kami mengantarkannya sampai ke mobil. Kami tak bisa paksa Taehyung untuk menunggu penerbangan atau jadwal kereta esok harinya. Well, kalau aku ada di posisinya pun, aku akan pergi ke rental mobil dan menyetir hingga ke rumah. Dia bahkan terlambat pulang lantaran jadwal di sisi negara yang lain. Entah bagaimana Taehyung memendam semua beban itu hingga kami kembali. Setibanya kami di Seoul, seseorang membawa dia pulang.
Jeongguk mendadak bisu. Kami tahu, dia pasti ingin mendampingi Taehyung dan ada di sana. Hah. Tapi jadwal benar-benar tak bisa ditinggal. Anak itu fokus pada layar ponsel di waktu senggang.
Dan sekembalinya Taehyung, Jeongguk benar-benar menempel padanya. Pijat tengkuknya, usap rambutnya, bahkan tanpa bicara mengambilkan jjangmyeon pesanannya (ini terjadi waktu kami dapatkan day off selama sehari penuh.)
I don't know how the boy stand still with all that losses?
Tak akan bohong. Taehyung kehilangan banyak orang terkasihnya, dan lama-kelamaan, pribadinya yang dulu terkikis. He's more laidback and reserved now; so do the other maknaes, but I think Taehyung's the most changed.
But what's more warming is how Jeongguk treats him.
Mungkin di depan kamera, Jeongguk masih bertingkah layaknya adik lelaki kurang ajar yang gemar mengusili semua kakak-kakaknya. But, no, once the camera is off, all that gaze will be softer.
Aku bahkan diam-diam menginterogasi member yang lain tentang ini.
Do you all notice how the two communicating? Like ... Taehyung will use this pouty voice, acting all aegyo, and his voice will get higher even a little bit. In the other side, Jeongguk will low his tone.
Damn.
Aku dapati mereka tengah menonton ulang drama di ruang tengah, pukul dua malam. Man, aku tak pernah lihat Jeongguk—si bocah bandel—berubah sangat gentle. Hell. Kalau aku tak ingat perlu ke kamar mandi, aku bisa rekam dan tunjukkan pemandangan itu pada semua orang.
And at that time, I just know. There is something blooming between them.
You know, being the oldest means having another responsibility to deeply know the younger ones. Sedikit mirip dengan tugas Namjoon, mungkin. Tapi aku ada di sana, di masa-masa mereka tumbuh. Dimulai dari Jeongguk yang mengikuti Taehyung seperti anak bebek hingga berbalik si bungsu yang pasang badan di depan Taehyung pada waktu-waktu tertentu.
Ah, young love.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love is All Around • KOOKV
Fanfictionjeongguk dan taehyung; lewat mata kelima kakak-kakaknya. ' kookv. ' interview mode? dunno, just imagine the five of them sitting in a room and spill us the tea. ' only fiction! beberapa peristiwa mungkin ada kesamaan dengan real life tapi this is pu...