Aku mau kirim protes pada penyelenggara segmen ini. Hell, kenapa dari seluruh bagian hubungan Jeongguk dan Tae, aku harus ceritakan part di mana mereka berselisih dan bertengkar. Tidak asyik.
(Iya, iya, mereka selalu datang padaku dan cerita; tapi tidak begini. Hah, demi Tuhan.)
Oke, baiklah. Karena aku orang yang bertanggung jawab dan lagi masih ada sisa tiga lagu yang harus dikerjakan, mari mulai.
Penyebab mereka bertengkar.
Begini.
Let's take a look from their own natural side. Taehyung is someone who needs constant affection. Dia tak akan mau makan sendirian; perlu interaksi dengan sesama makhluk hidup setiap hari; dan akan merengek apabila yang dia dapat adalah respons dingin. Dia butuh itu. Not that he's clingy, I tell you. Itu hanya ada dalam sifatnya. It's not annoying. Jangan buka rahasia kalau aku pernah marahi staf yang katakan Taehyung annoying.
Di sisi lain, Jeongguk adalah tipe reserved, mendekati tertutup, dan he's damn possessive. He's possessive over everything: foods, game console, dan jangan tanya tentang Taehyung. Man, setiap kali Taehyung cium pipinya sebelum pergi bersama hyung circle-nya, tatapan mata Jeongguk seperti ingin bunuh orang.
(Iya, Taehyung tahu tentang ini. Dia cuma senang menggoda Jeongguk.)
Tapi ada satu peristiwa di mana mereka benar-benar berhenti bicara satu sama lain. Benar-benar ada tensi mengerikan di antara keduanya. Kuberitahu saja kalian.
Taehyung has this ability where he can control his resting bitch face perfectly. Well, he can be intimidating without trying. Kalau kita ingat bagaimana posturnya seratus kali lebih tidak menyeramkan dibanding Jeongguk, orang-orang tak akan menyangka.
Man, itu adalah seminggu paling canggung, penuh tensi, dan ... uh, mungkin rekorku menghabiskan waktu terlama di studio. Jujur, aku cuma dengarkan update live news dari dorm lewat mereka berempat. Dan untungnya, tidak ada jadwal penuh waktu itu.
We're not as famous back then, so we have all the time to prepare for our next album, or simply mixtapes, atau menabung lagu.
Aku tak tahu kapan dimulainya. Jeongguk hanya mendiamkan Taehyung dengan alasan sepele.
Hell. Taehyung is a social butterfly, I've known that.
Dia bisa buat orang lain rasakan kenyamanan saat bicara dengannya. Jangan tanya berapa banyak orang yang dia ajak bicara setiap kali kami diundang ke acara akhir tahun, comeback stage, seasonal stage, yeah, seperti itu. Kadang, hal itu berlanjut hingga berbalas pesan langsung.
Jeongguk benar-benar seperti bom akan meledak, sementara Taehyung sibuk dengan grup chat bersama teman-teman hyung-nya. Dia punya tatapan membunuh seperti ini—Jimin, tunjukkan!—ya, kira-kira begitu. Dan Taehyung, si manis Taehyung, bersandar padanya sementara ia terkikik geli akan candaan entah apa.
Lalu, lalu, mungkin karena Jeongguk sudah tak tahan bagaimana harus bersikap, dia bangkit tiba-tiba. Tinggalkan Taehyung yang lantas melongo lucu. Kejadiannya di sofa ruang tengah—bukan begitu, Joon?—dan kami semua kebetulan ada di sana.
Alis Taehyung bertaut, pandangannya mengikuti figur Jeongguk yang menghilang ke kamar. Kami sudah pindah dorm waktu itu. Semua orang punya privasi.
Taehyung tak memedulikan kami.
(Yes, they're crazy for each other, I tell you.)
Dia cuma tutup teleponnya, bergerak tanpa suara, bee-lining to his lover's room. Sementara kami berlima masih diam dan saling pandang di ruang tengah.
Tak sampai satu jam Taehyung dan Jeongguk ada di dalam sana. Hal pertama yang kami saksikan adalah pintu kamar Jeongguk yang dibanting. Jimin yang waktu itu mengejar Taehyung ke ruangannya, hanya untuk kembali dua jam kemudian dengan wajah hampa.
"It's big, Guys. The fight. They attack each other's weakness. He's crying and disappointed on himself." Jimin bilang waktu itu pada kami ketika akhirnya dia meninggalkan Taehyung yang tertidur.
Besoknya—hell, aku berpikir untuk packing dan menginap saja di studio.
Ruang makan hening. Setiap mereka berada di satu ruangan, ada rasa canggung yang menggantung. Bahkan Seokjin-hyung maupun Hoseok tak berhasil mencerahkan mood. Jeongguk akan menempel pada Namjoon, dan Taehyung bersama Jimin. Terus seperti itu, hingga di penghujung minggu.
Aku sudah berencana habiskan akhir mingguku di studio. Selain karena aku benar-benar tak kuat dengan keadaan ini, aku perlu selesaikan tabungan laguku. Guys, your beloved rapper gonna release his own featuring track, don't you love it?
Pukul dua pagi, pintu studioku diketuk.
Taehyung terlihat lebih kurus, tak bersemangat, dan ada bayang kekecewaan di matanya. They're too hard on themselves, menurutku, dan sama-sama keras kepala. Entah dalam konteks pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dan dalam hal ini, aku tahu, I just know, they're blaming themselves. Not each other, tapi tetap ada rasa takut yang lebih besar untuk saling mendekati satu sama lain. Alasannya sama: mereka tak ingin memperkeruh suasana.
Aku biarkan Taehyung duduk di sofa. Dia cuma bertanya lewat matanya dan aku mempersilakan.
Tak tahu kapan bendungannya pecah dan Taehyung mulai meracau. Joon telepon tak lama kemudian, katakan hal yang sama tentang Jeongguk sementara Taehyung sesenggukan di bahuku.
Well, the time's coming.
Mereka harus bicarakan hal ini. Well, ini bukan pertengkaran pertama, sebenarnya. Tapi yang sudah-sudah, setidaknya entah Taehyung atau Jeongguk pasti akan mendekat duluan. Sudah kubilang barusan. They're crazy about each other.
Kami meninggalkan keduanya di ruang tengah dorm, sementara aku kembali ke studio. Jimin dan Hoseok beralasan akan mengubah tatanan kamar mereka, sedangkan Namjoon dan Seokjin-hyung bilang akan ada di ruangan masing-masing.
Sudah.
Jangan suruh aku ceritakan bagian seperti ini lagi. Huh. If you want the tea, please tell, especially for the warmest one. Aku pegang seluruh rahasia mereka, omong-omong.
Haha.
Move on now.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love is All Around • KOOKV
Fanfictionjeongguk dan taehyung; lewat mata kelima kakak-kakaknya. ' kookv. ' interview mode? dunno, just imagine the five of them sitting in a room and spill us the tea. ' only fiction! beberapa peristiwa mungkin ada kesamaan dengan real life tapi this is pu...