02; Mungkin saja

1.1K 52 0
                                    

Rasanya amat penat, kebosanan itu sudah berada pada titik tertinggi hingga kau merasa seperti orang kerdil.

Satu menit kau lempar ponselmu, matamu yang mulai sayu berbalut kelelahan beralih ke arah laptopmu. Lima menit, kau kembali menutup layar empat belas inci itu, lalu kembali pada ponselmu.

Kau melakukannya berulang-ulang, hingga kau ingin menjerit karena bosan.

Game itu tak lagi menyenangkan hatimu, film favoritmu tak lagi membuat jiwamu melayang senang karena hanyut dalam kisah yang mengharu biru.

Apa yang terjadi?

Kau tercenung, lalu berdecak, mendengus. Terus berkutat dengan beribu rasa yang tidak menyenangkan. Hingga detik berganti menit, lalu menit berganti jam.

Berdiam diri tanpa melakukan apa-apa, karena kau sedang mengalami kebosanan tingkat tinggi. Sudah berminggu-minggu kau mengalami kebosanan itu, setiap kegiatan favoritmu, tak lagi mampu mengalahkan rasa hampa yang menggerogoti jiwamu.

Lalu.

Kau keluar dari kamarmu, menghubungi satu teman dan mengajaknya jalan. Kalian bersenang-senang, ralat ... bukan kalian, tapi hanya temanmu, karena kau masih merasakan rasa itu. Namun kau tidak menyerah, dengan gontai kau memasuki toko yang menjual salah satu benda favoritmu.

Novel.

Kau membeli beberapa, lalu segera membacanya, namun tetap saja...

Tak berhasil.

Kamu dilanda kebingung, semangat kebahagiaan rupanya sedang memusuhimu, pikirmu.

Namun, mungkin saja tak begitu.

Kamu tak menyadarinya, kamu terlalu abai dengan Rabbmu, kamu terlalu jauh berlari, hingga tak melihat ada tali panjang yang sedang meraih tubuhmu, hatimu, juga semua perhatianmu, tali itu adalah rahmat Allah.

Mungkin saja Rabbmu rindu dengan suara rintihan keluhmu.

Mungkin saja Rabbmu rindu dengan suara sendu tilawahmu.

Mungkin saja Rabbmu rindu dengan suara riang syukurmu.

Itu mungkin saja.....

Spirit HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang