09; Abaikan saja ketakutanmu

394 23 4
                                    

Hari ini dia kembali membuka lemari kayu sederhana berwarna cokelat gelap itu, pemandangan apik sederat kerudung-kerudung cantik dengan berbagai warna, berbagai model, langsung menyambut indra penglihatannya.

Sudah berbulan-bulan gadis itu sengaja mengumpulkan kerudung, satu demi satu hingga tanpa terasa sudah memenuhi lemarinya.

Dia ingin berhijrah.

Dan salah satu pintu hijrah bagi seorang perempuan adalah menutup aurat sesuai dengan syariat agama.

Berhijab.

Pagi ini dia sudah bertekad untuk memakai jilbab, berusaha untuk membuktikan cintanya pada Sang Pemilik Raga. Dengan semangat menggebu ia ambil salah satu kerudung berwarna merah jambu yang terlihat sangat manis itu. Kemudian, segera ia memakainya.

Dia tersenyum melihat pantulan dirinya yang memakai jilbab panjangnya. Namun senyuman itu tak bertahan lama, lambat laun senyuman manisnya perlahan memudar, dia memang terlihat cantik, tapi bagaimana pendapat orang-orang terdekatnya dengan perubahannya ini? Seperti apa komentar mereka? Bagaimana kalau mereka berkomentar negatif? Bagaimana penilaian mereka?

Dia membuang napas kasar, masih memikirkan tentang mereka, dan mereka, lalu mereka. Mengabaikan penilaian Rabbnya.

Hingga akhirnya, kembali dia membuka kerudung itu, kemudian melipatnya lagi.

Dia belum sanggup. Pikirnya.

Dia masih membutuhkan waktu lagi, bahkan setelah berbulan-bulan pun dia masih membutuhkan waktu, seolah lupa, jatah hidupnya memiliki masa akhir. Kita tidak akan hidup selamanya bukan?

Hari ini dia kembali memutuskan untuk menunda niat mulianya, lagi.

Dan sementara itu, di belahan sana terlihat gadis lain yang juga sedang berperang dengan bisikan-bisikan lembut dari si Durhaka. Gadis ini sedikit berbeda, dia seolah tak peduli walaupun nanti, orang-orang terdekatnya akan melemparkan komentar tak manis, lagipula itu belum tentu terjadi, bukankah hal baik akan selalu berjalan dengan yang baik pula?

Jika benar terjadi pun, dia sudah tau senjatanya, yaitu sabar.

Biarlah orang lain sibuk dengan berkomentar tak manisnya, kita cukup sibukkan diri saja dengan ketaatan kepada Allah.

Cukup Allah saja yang menjadi pemilik hatimu, karena jika menurutNya itu baik, maka itu benar-benar yang terbaik.

Spirit HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang