[Marriage Series] - Revan Dan Velma

37 10 2
                                    

2. Revan Prayoga & Velmasya Armadetta

***

Derai hujan membasahi perut bumi, usai menentramkan seluruh penghuninya dengan semerbak aroma petrichor penuh kedamaian. Senyuman penuh kehangatan tercipta saat air hujan menciptakan kedinginan, angin dan awan saling bersentuhan menciptakan gemuruh petir yang samar-samar terdengar ditelinga.

"Hujan, Velma."

Velma menoleh, tetap dengan senyuman indah kesukaan Revan yang malah terlihat sebaliknya, kecewa dan merasa bersalah.

"Gak apa, bukanya ini lebih romantis?"

Revan ikut tersenyum kecil, kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirnya ikut menatap pemandangan indah tepi pantai bersama Velma yang sudah menjadi istri sahnya dua bulan lalu.

"Aku masih gak nyangka." ucap Velma kemudian disusul angin yang mampu menerbangkan helaian rambut indahnya.

"Hmm?"

Velma tersenyum, "Kamu beneran jadi pelengkap hidupku."

"Waktu itu semesta memang menunggu waktu yang tepat, kita yang terlalu berambisi ingin memiliki. Padahal dengan sabar, semua bisa teratasi."

"Ya, kamu yang terlalu ingin membersamai."

Revan terkekeh, "Aku hanya tak ingin kehilangan orang yang aku sayangi."

"Apa sih," Velma tersipu kemudian menghela nafas pelan.

Sementara waktu mulai menyelusup ke dunia penuh pertentangan saat mereka dulu, namun, lagi-lagi semesta bilang bahwa itu belum saatnya mereka terjatuh.

Melupakan rindu untuk sementara, melupakan perasaan membuncah saat bersama, mereka kira kapalnya sudah karam. Nyatanya mereka hanya kehilangan arah mata angin, menikmati setiap deruan angin laut yang akhirnya mengantarkan mereka pada tepi.

Jauh melangkah, menikmati lara. Hingga semesta yang sadar, bahwa mereka masih sama-sama mengukir harap untuk kembali bersama.

Walau tenang tak pernah menyapa, hanya angan yang setia menemani senyuman langkah kaki disetiap harinya, kemudian akhirnya yang tak terdua; sangat bahagia, mereka kembali dipersatukan oleh Sang Maha Kuasa.

Walau yang mereka lewati sebelumnya adalah sepi, sunyi dan kelam setiap harinya. Namun, mereka sama-sama percaya bahwa terang akan berteman nanti, setelah melewati beberapa malam kelabu.

Benar saja.

Angin lumayan kencang membuyarkan lamunan Velma, disampingnya ada Revan yang entah sejak kapan sudah bersama gitarnya.

"Denganmu, tenang." Lantun pria itu kemudian.

"Tak terpikir, dunia ini. Karenamu, tenang. Semua khayal seakan kenyataan. Berlari-lari di taman mimpiku, imajinasi telah menghanyutkanku."

Velma tersenyum menikmati alunan irama dari suaminya, menghirup napas sambil memejamkan mata.

"Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa." Revan asik memainkan gitarnya, berharap menciptakan sesuatu yang romantis untuk akhir pekannya bersama Velma.

Velma mengambil napas untuk melanjutkan nyanyian Revan, "Karenamu, tenang. Semua khayal seakan kenyataan. Berlari-lari di taman mimpiku, imajinasi telah menghanyutkanku. Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa."

"Aku berbeda, aku... Berbeda." Keduanya bersama menyanyikan lagu Indie kesukaannya.

"Pikirkan indah tentang syurga, seakan-akan disana. Berkhayal semua tentang jiwa, ku tenang."

Ditemani laut yang tenang, dan hujan yang mulai mereda. Suhu bumi kembali hangat, dengan kicauan burung-burung seakan ikut bercengkrama, Velma dan Revan tenggelam dalam kata.

Seakan rongga kenangan memenuhi ruang, bersama Revan membuat perubahan, hingga akhirnya dipersatukan.

***

Selama ini, resah telah kau jaga.
Menahan amarah rindu yang membuat remang seisi dada. Izinkan aku menulis surat untukmu.

Berbeda dengan yang lalu,
Lepas, sekarang aku tenang.
Karena bersamamu, tak mungkin keliru.

Terima kasih, sudah memilihku.
Menjadi separuh hidupmu.
Terima kasih, sudah menunggu.
Aku menyayangimu, bukan main.

Dari teman seumur hidupmu.
Baiklah, biar kutegaskan.
Dari Istrimu, Velmasya Armadetta.

***

Lagu yang Revan mainkan ;
Fourtwnty - Aku tenang

Jule

Marriage Series [Cerita Pendek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang