Suara sepatu bergema di sepanjang lorong menambah kesan menyeramkan di tempat itu.
Terdengar suara rintihan dan teriakan di setiap pintu-pintu lorong tersebut.
Pemilik sepatu itu pun masuk di salah satu ruangan. Ruangan yang terdapat wanita muda cantik berlumuran darah.
Wanita tersebut memohon ampun kepada pemilik sepatu tersebut yang di pastikan bos besar di situ.
"Tuan tolong jangan bunuh saya. Saya tidak akan mengulangi lagi. Berikan saya satu kesempatan lagi saya mohon. Saya akan melakukan apapun asalkan jangan bunuh saya."
Pria pemilik sepatu itu duduk di kursi yang ada dalam ruangan lalu tersenyum miring mendengar kata-kata wanita muda itu.
"Melakukan apapun heh?"
"Ya! Saya akan melakukan apapun, tapi tolong lepaskan saya jangan bunuh saya."
"Benarkah. Tapi aku tidak percaya dengan lidah yang sebentar lagi akan dipotong."
Wanita itu semakin ketakutan mendengar perkataan pria itu di tambah salah satu anak buahnya mendekat sambil membawa sebuah pisau.
"Tidak Tuan, saya mohon maafkan saya. Saya mengaku salah saya tidak akan melakukannya lagi!"
Wanita itu memohon dengan putus asa. Dia tau hidupnya tidak akan lama lagi hingga...
Crakk
CrakkAagghhh
Suara lidah terpotong beriringan dengan suara teriakan yang semakin lama semakin kecil menandakan wanita tersebut sudah tidak bernyawa.
"Bereskan." Perintah pria itu yang tidak lain adalah Axel Jeferson.
Axel pun keluar dari ruangan itu. Sepanjang jalan menuju pintu keluar ia menikmati rintihan dan teriakan dari ruangan-ruangan yang ada.
Axel keluar dari bangunan itu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari situ.
Ia melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Jam yang sama harganya dengan gedung bertingkat 15 itu menunjukkan pukul jam 10.30 malam.
Axel menghidupkan mobilnya dan pergi dari bangunan tua itu yang terletak di tengah-tengah hutan.
Di lain tempat seorang gadis perempuan jalan menuju apartemennya.
Sepanjang perjalanan ia merasa jalan yang di lewati nya tidak seperti biasa. Gadis itu merinding ketakutan tanpa sebab.
Di jalan ia mendengar suara mobil dari arah belakang. Lalu ia menoleh dan langsung menghindar saat mobil itu hampir saja menabrak nya.
"Apa kau tidak bisa menyetir dengan benar. Kau tidak lihat ada orang disini!"
Maki gadis itu kepada mobil yang hampir menabraknya. Mobil itu terus melaju seakan tidak sadar dengan yang di perbuat nya.
"Sialan! Kau bahkan tidak meminta maaf dan pergi begitu saja dasar keparat gila.!"
Tambah gadis itu yang tidak lain adalah Niandra Heston.
"Semoga kau kecelakaan di tempat sepi sampai jasad mu membusuk." Teriak nya sambil mengacungkan jari tengah nya ke mobil itu.
Tanpa di ketahui nya, pria yang mengendarai mobil itu melihat semua kelakuan Niandra. Pria itu tentu saja Axel.
Axel melihat melalui kaca spion mobilnya dan tersenyum miring. Ia seperti mendapatkan mainan baru.
Awalnya Axel tidak peduli, tapi melihat gadis itu memberikan jari tengah nya dia merasa terhibur dan membayangkan bagaimana kalau gadis itu memohon kepadanya agar tidak di bunuh.
"Aku menantikannya little girl."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Obsession
Teen FictionUntuk pertama kalinya aku tidak bernafsu membunuh. Saat matanya yang bulat itu menatap ku dengan ketakutan aku ingin merengkuhnya dalam dekapanku. Badan nya yang mungil itu bisa saja remuk dalam pelukan ku. Dia milikku tidak ada satupun yang boleh m...