New Page

3K 301 133
                                    

"Itu di sebelah kenapa lagi sih?"

"Ribut banget."

"Iya, rame."

Wajar kok tetangga pada protes begitu, karena rumah bercat krem muda tersebut dihuni tiga abg labil yang tiap pagi kalau nggak rebutan kamar mandi udah pasti rebutan catokan. Belum lagi suara amukan yang mendadak muncul akibat sengketa-sengketa nggak penting itu. Bukan apa-apa, toak Om Surya tuh bahaya banget. Selain ganggu tetangga yang lagi molor, bisa bangunin dajjal dan bekingannya juga.

Ya kayak sekarang contohnya.

"BANGUN CEPETAN! KALAU NGGAK, OM BILASIN OLI MUKA KALIAN!"

Surya Hadirama punya tiga keponakan yang masih SMA. Cewek semua. Kebayang kan tiap hari rumah suasananya kayak ngocok arisan alias selalu heboh?

Kalau kalian kira tiga keponakan Surya itu abg yang manggut-manggut aja diatur, kalian salah besar. Kemarin Surya sampai izin setengah hari dari kantornya karena harus meluncur ke sebuah SMA lantaran salah satu dari tiga keponakannya berantem lalu roknya sobek membelah pangkal paha. Ya, mau nggak mau nelpon Surya supaya dibawakan rok sekaligus memenuhi panggilan guru BK.

Galak-galak gitu Surya sayang sama mereka. Karena satu-satunya yang Surya punya selain saham perusahaan, ya tiga keponakannya.

Lah, memang mereka bertiga nggak punya orang tua?

Punya, tadinya, sebelum kecelakaan pesawat merenggut orang tua mereka atau kakak-kakak Surya yang saat itu berangkat dinas ke daerah Sulawesi. Masing-masing mereka menitipkan satu anak.

Kakak pertama Surya memiliki anak bernama Sonia Rembulan.

Kakak ke-dua Surya punya seorang anak perempuan, Selphi Pancarona.

Kakak ke-tiga Surya pun demikian. Nama anaknya Sidney Permata.

Usai kejadian naas itu berlangsung, Sonia, Selphi, dan Sidney dirawat oleh Surya dan Ayah. Dulu sih enak masih ada Ayah... jadi Surya bisa bagi-bagi tugas mengurus tiga anak itu. Namun beberapa tahun ke depan, Ayah meninggal. Sehingga tak perlu menunggu siap, Surya harus mengambil alih tanggung jawab menghidupi keponakannya serta megang perusahaan keluarga.

Makanya nggak peduli mau senyebelin atau segalak apapun Surya, mereka bertiga sayang banget sama perawakan laki-laki yang tahun ini menginjak umur 29 itu.

Om Surya yang rawat mereka.
Om Surya yang ambil rapot mereka.
Om Surya yang nyetok pembalut buat mereka.

Gara-gara terlalu fokus sama keponakannya, Surya nggak sempat kenal cewek.

Jaman kuliah juga nggak ada waktu buat ikut organisasi.

Surya ingat manakala ia pulang kuliah, Selphi menangis sebab celananya muncul bercak darah. Sementara Sonia dan Sidney yang baru tumben melihat pemandangan itu langsung ngaji sambil tersedu. Mereka mengira Selphi jadi tumbal Genderuwo di taman komplek.

"Hahaha ada-ada aja. Ini tuh tandanya Selphi udah dewasa. Nanti kalian berdua juga bakal begini..."

Iya, masa puber Selphi paling awal dari mereka.

Hebatnya, yang lain masih leyeh-leyeh di umur duapuluh tahunan, Om Surya udah ngatur perusahaan plus ngasuh anak.

Ganteng, dewasa, mapan, apalagi yang kurang?

Bener, kurang pendamping hidup doang.

Karena fisik Surya yang patut dibanggakan, kadang Sonia, Selphi, dan Sidney sering memanfaatkan hal itu dalam urusan sekolah.

New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang