Halaman Satu: Lembaran Baru
Arinda Marchia. Lahir di akhir bulan Maret. Sebagaimana zodiak Aries dikenal, Arinda punya karakter berani dan tegas. Apalagi kalau sudah masuk ranah pelecehan terhadap wanita dan perilaku-perilaku abusive lain yang sering dialami kaumnya, Arinda bakal jadi pihak terdepan yang menentang itu. Makanya di umur yang nyaris kepala tiga ini, Arinda belum ada tanda-tanda membuka hati buat pria mana pun. Mau sebagus apa seorang cowok, menurut penilaian Arinda, mereka ada sisi brengsek. Karena Arinda tahu cowok pada dasarnya cuma ada dua jenis. Pertama, cowok brengsek. Kedua, cowok yang menutupi kebrengsekannya. Bodo amat, titik. No debate.
Arinda bekerja sebagai guru matematika sekolah swasta di kota metropolitan bagian selatan. Tiga tahun berturut-turut belum ada guru SMA Nusa yang melampaui rekor Arinda dalam pemilihan angket guru ternyebelin.
Arinda ini musuhnya dimana-mana. Rekan guru, ada. Murid-murid? Bukan ada lagi, tapi ngambrak.
Cuma memang diantara semua musuhnya, ada tiga murid paling menonjol.
"Selamat pagi..."
nah, itu mereka.
Tiga murid cewek berdiri di luar pintu kelas. Berniat masuk, tapi gerakannya berhenti karena melihat sosok yang tengah menerangkan integral dengan spidol di tangannya.
Arinda alias Bu Bocil.
Bukan tanpa alasan mereka bertiga menyematkan nama Bocil untuk Arinda. Sebab fisik yang mungil ditambah kelakuannya yang terkenal rese di kalangan murid-murid. Rese dalam artian hobi menghukum dan galak.
Kalau dihadang sama Bu Bocil mah kayaknya lebih masuk akal Taylor Swift ngecover lagunya Opick Terangkanlah --daripada Sonia, Selphi, Sidney diizinkan masuk ke kelas tanpa hukuman.
Arinda melirik sebentar ke bibir pintu sebelum akhirnya menghampiri ketiga murid tersebut. Namun Arinda agaknya tersentak begitu pria dewasa muncul --membelah barisan diantara tiga murid ceweknya berada.
"Maaf, Bu. Keponakan saya telat karena tiga-tiganya lagi diare jadi sesi di kamar mandi lebih lama dari biasanya."
Mendadak, dunia di sekitar Arinda berjalan lambat. Bukan karena terpukau fisik dan raut menawan pria yang diketahui om dari Sonia, Selphi, dan Sidney. Melainkan mukanya tak asing. Kendati demikian, bukan Arinda saja yang merasa seperti itu. Tatkala Surya bertemu tatapan Arinda, ia melongo. Raut menawan dan ramah khas Surya perlahan memudar. Seolah ada kekuatan telepati yang terhubung, Sonia, Selphi, dan Sidney saling melempar tatapan. Netra mereka bertiga bertanya-tanya. Ada apa dengan dua orang dewasa ini?
Apa Bu Arinda mantan pacar Om Surya?
Tapi, nggak mungkin ah, Om Surya kan jomblo dari zigot.
Lalu dengan sendirinya, di otak Arinda terbayang rentetan kejadian antara dirinya dengan cowok di hadapannya bak video lama yang diputar ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Page
General FictionKalau di persimpangan Jalan Panorama kalian lihat rumah yang didominasi warna khaki no. 26 terdengar ribut, jangan heran, karena penghuninya: tiga perempuan dan satu laki-laki. Siapa aja mereka? Yuk, kenalan.