3-alasan

2.1K 199 1
                                    

Ospek universitas di mulai dan semua maba diminta berkumpul di dalam aula.

Wonu yang melihat semua maba berbaris, memantau kondisi agar maba memasuki aula dengan rapi. Begitu sampai di bagian resepsionis cek in peserta, Wonu memerhatikan seorang gadis yang terus berwajah dingin dan mengikuti instruksi untuk berbaris menunggu giliran selanjutnya.

"Aku merasa melihat diriku yang tak banyak bicara dari dirinya." gumam Wonu lalu memantau kondisi yang lain.

Tapi diam-diam, matanya memerhatikan sang gadis yang sedang mengantri untuk cek in peserta.

Wonu tipikal orang yang harus ditanya dulu sebelum berkenalan, jadi ia susah beradaptasi. Begitu melihat si gadis itu diam setelah tanda tangan kehadiran, Wonu dikejutkan dengan sikap si gadis yang menengok ke sana ke sini. Seolah mencari temannya.

Ia juga melihat masih ada maba yang diam saja dan belum akrab dengan maba yang lain. Tapi si gadis ini malah mencolek gadis dengan pita biru (tanda jurusan bahasa) membuat perhatian si gadis pita biru itu teralihkan.

Si gadis yang Wonu kira pendiam itu langsung tersenyum lebar, dia menyapa si gadis pita biru dan mereka saling berpelukan. Wonu yakin mereka pernah satu sekolah tapi berbeda jurusan. Gadis itu begitu ramah. Wonu juga bisa melihat ia mengajak si gadis biru untuk berkenalan dengan anggota kelompok si gadis.

Wonu tertawa kecil, menggemaskan sekali. Jarang ada yang berinisiatif memperkenalkan diri seperti itu.

Dilihat dari pita jurusannya, sepertinya si gadis itu jurusan pendidikan. Ah, lain kali Wonu akan menanyakan siapa namanya.

-----

"Ah, jadi Kak Wonu gak sengaja melihatku lalu merhatiin aku?" tanyaku membuat Kak Wonu tersenyum tipis.

"Iya... Begitu," katanya pelan.

"Tapi setelah itu aku lupa mau nanyain nama dan jurusan kamu dibagian apa, hingga kita bertemu lagi saat kamu jadi panitia. Kemudian kita saling memperkenalkan diri, membagi tugas di bagian divisi apa dan rapat."

"Tapi aku nggak ingat kita pernah mengobrol kak, aku rasa kita hanya saling tanya masalah sound system yang rusak atau bertanya perihal bakal calon presiden mahasiswa. Itupun dengan teman-teman yang lain karena aku minta ditemenin." kataku.

"Yang aku ingat kita mengobrol sama dua orang temen perempuanku, kak Wonu dan ketua BEM kak Uyong. Maaf aku agak pelupa. Itu udah lama banget."

"Iya pas itu Uyong lagi bercanda dan tiba-tiba usil. Dia memang begitu, terus aku cuman ngeliatin Uyong bercanda sama dua temen kamu sampai kamu dijahilin untuk ngebuangin sampah tapi kamu malah bawa tong sampahnya di depan Uyong." jelas Kak Wonu sambil menahan tawa. "Sampai kamu bilang: 'buang sampah aja sendiri!'"

Tawa Kak Wonu gara-gara kejadian itu membuatku menahan malu.

"Kamu tahu? Di situ aku merasa kamu itu menarik. Uyong aja sampai kaget karena baru tahu kalo kamu juga suka bercanda. Kamu juga ikut mengobrol dan menimpali beberapa candaan Uyong. Tapi kenapa kamu malah bersikap canggung?" tanya Kak Wonu membuatku terdiam.

"Iya karena aku gak biasa."

"Tapi buktinya sekarang kamu sama aku bisa ngobrol dengan santai." kata Kak Wonu membuatku termenung.

Iya juga ya?

"Entah?"

"Itu karena kita cocok dek," Kak Wonu menatapku dengan tatapan hangat membuat darahku tiba-tiba berdesir. Ia tersenyum manis membuatku rasanya meleleh. "Aku penasaran dan gak berani deketin kamu karena aku yakin kamu hanya berani bicara jika banyak orang. Sampai aku diam-diam memperhatikan kamu kalo kita bertemu di kantin atau gak sengaja saling bersilangan di perpustakaan."

Diam-Diam Menikah ㅡJeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang