"Om, Alennya saya pinjam lagi gapapa ya?" tanya Wonu membuat papi terkekeh.
"Gapapa, asal dikembalikan dengan aman." candanya membuatku langsung menepuk lengan papi.
"Dasar papi," ucapku membuat semua terkekeh.
"Ke Pasir Kaliki ada apa gitu Nu?" tanya mami.
"Bunda minta aku ajak calon katanya tante, soalnya ada acara persiapan nikahan kakak sepupu. Bunda pengen Alen juga diajak buat dikenalin, nanti tante sama om saya kasih undangannya." kata Kak Wonu membuatku melongo.
Parah, aku diajak ke rumahnya dalam keadaan lagi rame. Aduh, aku takut salah ngomong, soalnya cara bicaraku kemana-mana :(
"Sip kalau gitu, hati-hati ya." kata papi.
"Iya om, tante, assalamu'alaikum." katanya sambil salim ke papi.
"Mi, pi, pergi dulu ya, assalamu'alaikum." kataku lalu salim.
"Wa'alaikumsalam, pulangnya jangan terlalu sore." sahut mami.
Kak Wonu mengangguk dan aku melambaikan tangan. Setelah itu kami memasuki mobil dan Kak Wonu menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan rumahku.
Suasana canggung kembali menyelimuti kami. Sudah lama tak bertemu membuatku merasa sangat canggung dan tak mau menatap Kak Wonu.
Disela lampu merah, Kak Wonu membuka suara.
"Apa kabar Len?"
Aku langsung menatapnya dengan ekspresi bodoh. "I-Iya?? Alhamdulillah baik, kakak gimana?"
"Alhamdulillah baik juga, gimana skripsi?"
"Iya.. Gitulah kak, alhamdulillah sudah jalan bab dua,"
"Wah cepet juga ya,"
"Hehe iya alhamdulillah banget." jawabku membuat Kak Wonu tersenyum.
"Maaf loh ya ganggu libur kamu dengan pergi ke rumah,"
Aku hanya tertawa canggung, "Gapapa kak, lumayan bisa jalan-jalan awet ongkos." jawabku ngaco membuat Kak Wonu terkekeh geli.
"Dasar ya kamu," suara kekehan Kak Wonu berhasil membuatku mengulum senyum, setidaknya suasana di mobil jadi tak terlalu canggung karena candaanku.
Kukira Kak Wonu tak suka bercanda karena ekspresinya yang terlalu dingin dengan sorotan matanya yang tajam. Jika kau ditatap olehnya, rasanya ditatap begitu dalam. Aku saja suka takut jika ia menatapku begitu.
Obrolan kami berlanjut secara random, mulai dari basa-basi Kak Wonu menanyakan kenapa aku masuk jurusan pendidikan anak, lalu kenapa kak Wonu suka ilmu komunikasi hingga aku bertanya kenapa ia membawaku ke rumahnya yang sedang menggelar acara keluarga.
"Aku kan sudah bilang, bunda yang ngajak, bunda yang ingin." kata Kak Wonu. "Lumayan kan jadi tahu keluargaku."
'Aku juga ingin kamu ke rumahku sih' ㅡWonu.
"Iya sih, tapi aku malu tahu kak. Sampai-sampai bingung pakai baju apa karena takut salah kostum." ungkapku jujur.
Kak Wonu melirikku sekilas, "Pakai gamis gitu cantik dek." katanya membuat pipiku seketika memanas.
"Aduh makasih," ucapku dengan nada bercanda. Padahal hatiku sudah tidak karuan rasanya.
Kak Wonu hanya terkekeh kecil saja hingga mobilnya tak lama sampai dikediamannya yang asri dan luas.
Banyak mobil yang parkir membuat nafasku seketika tercekat. Rame bener rumahnya kayak di pasar.
"Bang Wonu!!!" teriak seorang anak laki-laki berumur sekitar 6 tahun menghampiri Kak Wonu dengan senyum merekahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-Diam Menikah ㅡJeon Wonwoo ✔
Fiksi Penggemar"Bener kata orang, kalo pendiam itu suka tiba-tiba nikah duluan." -bahasa semi baku -lokal -religi Start: 23 Februari 2020 Finish: 24 Februari 2020 Work lama yang ngebangke jd di publish cepet. ©ciciyeoyeol, 2020 #1 - jww: 02072022 #11 - jww: 180920...