Día de Muertos

35 2 0
                                    

A beautiful poem once said,

"The sun and moon are in love with each other, but people don't like the sun and the moon together. So the couple were split apart. Every time there is a solar eclipse or lunar eclipse, the two are finally able to meet just to be torn apart again."

***


"He should be okay, for now. Sebagai kakak yang baik, Anda cukup cekatan dengan memperhatikan gejalanya dan memutuskan untuk membawanya kemari. Dia akan baik-baik saja."

Terdiam sesaat, Andi bukannya mencoba mencerna perkataan dokter itu. Pikirannya nampak fokus ke hal lain.

"..."

"Dia memang baik-baik saja. Tapi, dia harus tinggal di ruang karantina sementara waktu. Mengingat penyebaran virus yang belum bisa dipastikan."

Ah! Benar. Hal yang ditakutkannya benar saja terjadi. Ia khawatir untuk meninggalkan adik tersayangnya sendirian di tempat karantina. Adik perempuannya itu, satu-satunya anggota keluarga Andi yang masih hidup.

"Sampai berapa lama, dok?"

Setelah sekian lama bersama helaan nafas yang panjang, Andi membuka mulutnya.

Dokter muda nan cantik itu menampilkan senyum khasnya yang anggun. Senyum yang biasa ia tunjukkan kepada para pasiennya. Ia nampak seumuran dengan Andi.

Dr. Anya, spesialis anak. Itu yang tertulis di atas mejanya. Baru sempat Andi melihat sekeliling ruangan dokter itu. Sedari tadi pikirannya hanya dihantui perasaan takut jika ia harus meninggalkan Keira, adiknya yang manja itu sendirian tanpanya di ruang karantina.

***

(Anya POV)

"Tidak akan lama..."

Hening, ucapan dokter itu terhenti. Ah, senyuman itu lagi. Nampaknya ia juga belum bisa memastikan kapan adiknya bisa diperbolehkan keluar. Ia tahu betul dari sorot matanya, Andi terlihat linglung. Tak tahu harus berbuat apa. Selama ia menangani pasien, berkali-kali ia harus menghadapi situasi cukup sulit. Dan seringkali, ia tidak bisa apa-apa selain bersikap profesional layaknya seorang 'dokter' pada umumnya.

Pekerjaan yang sulit. Ia tidak tahu mengapa ia harus menempuh karir ini. Bukanlah profesi yang cocok untuknya, kalau dipikir. Namun, apa daya. Tekanan dan paksaan orang tua Anya yang tidak bisa Anya hindari, harus membawanya ke dalam situasi yang melelahkan seperti ini.

***

(Andi POV)

11.58

Andi melangkahkan kaki menuju rumahnya yang berada di sebuah pemukiman kecil yang terletak di kota Mexico. Rumah mungil yang biasa dihuni dengan keceriaan Keira sepertinya akan kehilangan nyawanya untuk sementara waktu, pikirnya.

"Kenapa bukan aku?"

Dalam keheningan itu, satu per satu pikiran mengganggu pun muncul. Ia mengandaikan, kenapa harus Keira yang terkena wabah mematikan itu. Kenapa bukan aku saja? Sedari kecil, Keira hanya dibesarkan seorang diri oleh kakaknya. Belum pernah sekalipun ia merasakan hangat kasih sayang ayah dan ibu. Lain dengan Andi, yang meski hanya sebentar, ia masih sempat merasakan dibesarkan oleh kedua orang tua yang menyayanginya.

2 November, 2008.

Tepat 12 tahun yang lalu, insiden kecelakaan yang melanda keluarga kecilnya. Terjadi di hari yang sama dengan hari ini. Hari yang terlalu menyedihkan untuk diingat. Sekarang ini pun, Andi lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri. Keira terlalu berharga untuknya. Satu-satunya alasan kuat dalam dirinya untuk tetap hidup, tentu saja. Entah sudah beribu terima kasih yang terucapkan. Adik perempuannya itu, satu-satunya karunia tuhan yang maha agung yang dititipkan kepadanya.

(tbc)

EpilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang