Stupid Angga

40 16 9
                                    

**×**

Setelah kepergian Nellta ke kelas, Ifa berencana akan menemui Sintha dan menanyai kabarnya ia merasa sedikit bersalah setelah memaksa Sintha untuk menjadi teman mereka tapi malah mengabaikannya.

Terlalu asik memikirkan masalahnya Ifa tak menyadari Sintha yang kini malah tengah melambaikan tangan didepan wajah Ifa.

" Kau melamun? " tanya Sintha tapi malah tak mendapatkan respon sama sekali.

Sedetik berpikir ada ide jahil muncul di pikiran Sintha,  ia kembali melihat wajah tegang Ifa. Seyuman jahil muncul di wajahnya.

" IFAA " teriak Sintha di telinga Ifa, sontak saja sang pemilik telinga terlihat kaget.

" Yakk! Kenapa berteriak di telingaku.? "

Melihat raut kesal Ifa membuat Sintha tertawa ia tak menyangka setelah bolos dua hari muka Ifa semakin terlihat meme able.

" Berhenti tertawa aiss. " Ifa membelakangi Sintha, ia kesal tapi tak bisa marah. Karena hatinya saat ini tengah baik untuk di ajak bercanda sekalipun.

" Hahaha,  Maaf.  Habisnya aku memanggilmu dari tadi tapi kamu malah asik menghayal. "

" Aku sedang berpikir "

" Ah Gitu ya.? Hm kamu melihat Angga tidak? "

" Kenapa cari keting.?" tanya Ifa bingung, ia tidak perna tahu jika Sintha akan memiliki urusan dengan keting mereka ya kecuali saat mereka berdua di lapangan indoor beberapa hari lalu.

" Tidak,  aku hanya penasaran saja. "

" Penasaran?. Kamu sedang dekat denganya?-" Ifa melototkan matanya melihat wajah Sintha yang kini malah tenga bingung dengan pertanyaan Ifa.  " Wa, aku tidak menyangka selerahmu sangat tinggi. Keting ya? "

" Tidak..  Tidak..  Jangan berpikir yang aneh-aneh. " Sintha melambai-lambaikan tanganya dihadapan Sintha, jika pemikiran Ifa saat ini salah apapun yang ia pikirkan tentang ketingnya itu.

Ifa semakin tersenyum aneh melihat gelagapan Sintha yang terlihat salah tingkah., ide untuk menggoda Sintha semakin kuat di benak Ifa.

" Lalu kenapa Sintha kita ini menanyakannya.? Hm " wajah Ifa terlihat menjengkelkan di hadapan Sintha,  membuat ia menghela nafas ringan.

" Sudah. Lupahkan saja " ujarnya kemudian dan kembali ketempat duduknya dengan perasaan dongkol.

Ifa terkikik geli setelah berhasil membalas Sintha tentang kejadian tadi,  ah ternyata ia sedang balas dendam rupanya.

" Kenapa tertawa ?" pertanyaa Arwin menghentikan kegiatan Ifa,  dengan cepat ia kembali menormalkan wajahnya.

" Ehm,  tidak ada. " balas Ifa sekenanya, tak lama kening Ifa berkerut melihat Arwin seperti ada yang terlihat berbeda dengan penampilan Arwin, ia semakin memicingkan matanya mencari tahu apa kejanggalan itu.

Di tatap seintens itu membuat  Arwin risih dan segera menyilangkan kedua tanganya di depan dadanya.

" Huff,  hahaha kamu lucu sekali. " Bukan Ifa tapi Sintha yang malah tertawa melihat tingkah aneh Arwin.

" Yakk.  Jangan tertawa." Amuk Arwin ia menunjuk Sintha tepat di wajahnya.  Sedang yang di tunjuk hanya terkikik kecil dan tidak lama ia membalas tatapan Arwin dengan mata melototnya.

" Jangan bertengkar ya. " bosan berada di antara Arwin dan Sintha yang tengah bertengkar,  Membuat kepala Ifa jadi pusing. Dengan malas ia menarik tangan Arwin dan menyuruhnya duduk di kursihnya sendiri.

Setelah memastikan tak ada lagi perkelahian kecil di antara kucing dan tikus itu.  Ifa mendudukkan dirinya kembali dengan malas,

" Kapan mereka damai.? " racau Ifa.

**×**

Sintha pikir setelah beberapa hari terakhir ini Angga tidak merecokinya lagi, membuat dirinya bisa bernafas lega. Well ternyata itu hanya pemikiran saja,  bahkan ada dan tidak adanya Angga tetap saja Sintha di buat pusing dengan kelakuan katingnya itu.

"  Kenapa aku? Aku bukan wakil keting Angga. Jika kau lupa.? " Sintha kini sedang membolak balikkan buku abstraknya dengan kesal. Tapi fokusnya pada suara di seberang sana yang keluar melalui benda canggih di telingahnya. Sebut saja ponsel.

" ..... "

" Bisa tidak.  Sehari saja kau tidak mengangguku dulu.? aku pusing dengan tugas Prof. Alwi dan sekarang kau malah menyerahkan tugasmu padaku.  Oh Good, bunuh saja aku "

"......"

" Baiklah, jika aku memiliki waktu aku akan kesana. "

"......"

" Yakk.!  Berhenti meracau, kau membuatku geli dengan ucapanmu. "

.
.
.
.

Sesuai janji, Sintha akan ke ruang rapat di gedung jurusan dari jauh ia bisa melihat Angga yang tengah melambaikan tangan padanya., entah kenapa ia sedikit malu dengan tingkah Kekanakan Angga.

Merasa percuma menghindar Sintha akhirnya menghampiri Angga yang tengah duduk santai salah satu kursi di ruangan rapat.

" Sintha.? " Sintha melihat Lintang yang tadi sempat memanggilnya dan tengah berlari kecil kearahnya.

" Kau di sini.? " lanjutnya saat sudah berada di hadapan Sintha.

" Iya,  Lintang ketua tingkat juga.? " tanya Sintha,  karena setaunya pertemuan ini untuk para Ketua tingkat dan wakil tingkatnya.

" Hm, aku tidak tau jika Sintha jadi wakil tingkat. "

" Eh.?  Tidak!  Aku bukan wakil tingkat, aku kesini karna paksaan Angga. Tu! " Sintha dengan kesal menunjuk Angga yang tak jauh dari tempatnya sedang yang di tunjuk hanya memasang tampang polosnya dan menyengir bodoh di depan Lintang maupun Sintha.

" Kenapa dengan wakilnya.? " Lintang kembali melihat Sintha, sebenarnya ia sedikit curiga dengan Angga. Tapi ia tidak mau langsung menyimpulkan gelagat Angga terhadap Sintha.

Ia ingin mendapatkan jawaban pasti bukanya mengada-ngada.

" Entah. "  Acuh Sintha,.

"  Aku sedikit cu--"

" Ehm,  permisi boleh aku membawa wakil ku.? Em ketua Lintang.." entah dari mana tiba-tiba saja Angga muncul dari arah belakang Lintang,  dan langsung saja mengambil tempat di antara Sintha dan Lintang. Tidak lupa ia sedikit mendorong Lintang agar memberikan ia ruang.

" Kau.? " Lintang geram dengan kelakuan Angga. Ia ingin memaki tapi tidak jadi karna ia masih tau tempat apalagi di sini banyak mahasiswa lainya.

" Maaf.  Tapi aku ingin berbicara dengan wakilku, sekarang.! " tanpa menunggu jawaban Lintang, ia segera saja menarik Sintha menjauh dari tempat itu.

" Yakk. " kesal Lintang.

" Apa yang kau lakukan sih.? " Saat sudah sampai di tempat duduk Angga tadi,  ia juga mendudukan Sintha tepat di sampingnya. Tidak lupa ia nyengir bodoh di depan Sintha yang sedang kesal.

" Kau manis banget sih,  kalau lagi ngambek gitu. " Gombalnya.

" Heh.? " seketika bulu Sintha bergidik mendengar racauan tak jelas Angga.

" Aku serius, kau sangat. Sangat. Sangat Manis. Hehehe" 

Sintha memukul jidatnya sendiri, ia hanya menggelengkan kepalanya karna bisa melihat tingka ajaib Angga. Padahal awal ia melihat ketingnya itu ia seperti sosok yang pendiam. Tapi nyatanya.? Astaga Sintha pikir. jangan perna percaya dengan pertemuan pertama pada seseorang.

"  Kok Sintha diam.? " ujar Angga lagi, tidak lupa ia sedikit menggeserkan kursinya semakin dekat dengan Sintha.

" Bodoh Ah. "

Tbc.

Jangan lupa vote dan komentnya ya.

Kritik dan saran juga diterimah.

True Friends || Sintha AleaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang