Matahari tak semangat menyapa
Tangis awan tumpah ruah
Bumi berubah jadi taman duka
Jadi kolam yang menggerogoti harta
Yang merebut ruang dan nyawaBumi melepaskan cengkeramannya
Kehilangan tenaga, membiarkan dirinya jatuh menimpa jiwa
Makhluk bernama manusia tak jerah
Melawan, menindis, berniat memecahkan relasi manusiaLetupan api yang besar
Burung besi nan besar itu jatuh dan sirna
Semua marah menuntut keadilan yang nyata
Hatinya merah membara
Membara seperti gejolak api di bumi sanaLangit di bumi ini memerah
Nyawa makhluk Tuhan banyak diambil paksa
Diambil oleh lautan si jago merah
Menangis, merintih, hingga gejolak itu padam sudah
Hei, kejutannya belum usai, jangan salah sangka.Di negeri bermata sipit ini, makhluk RNA berkelana
Mereka menempel dan merusak tubuh inangnya
Mungkin mereka berkata, "Ulah kalian, hingga ku renggut nyawa."
Kepada siapa harus mengeluh akan apa yang ada
Kita berulah, kita yang menanggung karena kita salahIni lelucon Januari untuk mendengar tangis bukan tawa
Bukan awal manis, pahit nan sepat malah membuka
Hei, Februari kita kembali berjumpa
Hujan pagi ini kau bermaksud menyapa
Apa kau bersiap meredam tangis mengganti dengan tawa?Nurul Asrah
Makassar, 01 Februari 2020@Nurul_asrah
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi [Berkarya Bersama Earth Streaks]
PoetrySetiap kata itu bermakna. Percayalah .... •Berisi tentang materi puisi dan puisi-puisi karya member Earth Streaks•