03:00

274 74 38
                                    

hi there, long time no see.

kalo lupa ceritanya, bisa baca ulang dari awal supaya gak berakhir bingung. selamat membaca!

[dark background]

always taste like you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










always taste like you








"insane," ten melepaskan diri dari leluasa gie.

mereka berdua— lebih tepatnya si gadis memfokus pandang di tengah gelap pada seorang pria dewasa yang ribut sendiri di dalam kendaraan beroda empat itu.

"i know, right? aku emang tahu ideku ga jauh-jauh dari brilliant,"

lengan gie terayun berulang menampar lengan raga di samping, "jadi gimana? putusin sekarang." pinta gie buru-buru.

"putusin siapa? aku gak punya pacar." pemuda itu menjawab gelisah.

gie menoleh, merasa ten salah paham akan tanyanya. netranya kembali mengamati detik-detik krusial,

"damn! maksudnya putusin sekarang, mau bantu aku atau enggak? demi tuhan, aku janji kamu gak bakal masuk penjara."

bukan kalimat peyakin, tapi ten mengangguk panik. terlalu malu akibat salah tangkap maksud tanya si gadis. kemudian, lengannya ditarik tangkas oleh lengan kurus gie. melaju gaduh pada senyap pukul tiga pagi.






sesampainya, ten menarik pemilik mobil sambil membungkam ricuh si pria. lalu gie melempar tendang tepat di tuling keringnya, merampas kunci kemudian berbisik,

"i'm sorry, asshole."





selepas masa-masa menegangkan yang cukup memacu adrenalin, ten kembali disilakan menyelami masa-masa tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









selepas masa-masa menegangkan yang cukup memacu adrenalin, ten kembali disilakan menyelami masa-masa tegang. buku-buku jari miliknya memutih, menggenggam erat pada sabuk pengaman yang melingkar di depannya.

"kalo tahu begini, aku saja yang menyetir tadi." masih punya cukup tenaga, ten bersuara.


lalu disambut gelak merdu dari kursi pengemudi, "ini pertama kalinya aku nyetir mobil. lumayan, ternyata mudah."

begitu ungkapnya, padahal mobil itu dinilai remidi dalam kategori stabil oleh ten. "setidaknya, tolong, setirnya dengan lambat sedikit."

gie menoleh, timbul garis sabit pada kurvanya.
"baiklah, gak susah juga permintaan kamu."


and her finger walked on his hand. hold it tight, with her warm feelings.






sunyi tapi bukan sepi. mereka menutup rapat kurva tutur, merasa tidak perlu bicara lantaran atmosfirnya benar-benar berperan sebagai pelipur.

ten gugup, tidak mencoba berbohong. merasa sedikit lemah sebagai seorang pria, yang turut ikut panduan gadis aneh di sebelah.

aneh, karena kuasa menetapkan langkah untuk mengikutinya sejak perempuan itu menari bebas di tengah malam, di atas jalanan lengang.

beraroma kuat sigaret dan manis permen stroberi, memicu perasaan aneh sejak pandang temu.

aneh, menyiram atmanya dengan balutan afeksi hangat.






"kamu tau? aku selalu direndahkan." buka gie pada jalur bincang mereka.

"kenapa?"

"kenapa tanya aku, kan aku sebagai penerima tindakan disini. jelas tidak tahu."

"mereka gila. harusnya mereka mendidik diri jadi manusia lebih dulu."

gie lagi-lagi tergelak, "jangan bertindak menggemaskan, it makes me wanna kiss you, badly."

"aku lagi enggak menggemaskan, aku sedang marah."

"karena aku?"

ten menggeleng, "karena orang-orang yang merendahkanmu."

si gadis mengangguk paham, jari-jemarinya menguatkan tautan genggaman, dan mengintip sedikit, kemudian tersenyum.

udara di mobil itu sejuk, tapi mereka merasa hangat.

"kita mau kemana?"

"aku enggak tahu, lagian dari awal juga aku emang gak punya tujuan." gie membelokkan setir pada jalur tanjakan, menuju puncak.


si gadis memejamkan mata sebentar, "seperti katamu, malam ini kita sewa." lalu menoleh dan menatap ten di samping, yang juga melukis senyum hangat sebelum melepas kecup pada tangan pucat gie.

"boleh aku koreksi?" melabuhkan tanya, dijawab angguk oleh gie.



"berhubung ini sudah termasuk pagi, kita gak bisa bilang malam lagi."

"lalu?"

"semesta ini kita punya."








you always leave me wanting more,
i can't shake my hunger for,
strawberries and cigarettes always taste like you.





can anyone guess in which time this story will end?

omong-omong, hah! aku hampir hilang semangat di sini, tapi karena cerita ini juga ikut andil dalam bicaraku perihal sekelebat runyamku —plus ten nya bikin aku dagdigdug mulu, jadinya bakal aku selesaiin.

lagi pula, ini cerita singkat.

kata terakhir, terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak sebagai upah jerih payahku

© epochsolitude

strawberries & cigarettes ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang