3. Kesialan Lara

70 10 4
                                        

Sreek

"Apa ini?" Mata Lara melotot ketika mendapati orang yang baru saja dibicarakan muncul tak terduga.

"Lo cari mati ya?" Theo memiting Lara ketika barusan dia melihat gambar dirinya yang ditimpuk pake buku oleh Lara.

"Itu bukan gue yang gambar kok," ucap Lara sambil berusaha melepaskan diri.

"Terus ini apa?" Theo menunjuk nama yang tertulis di sampul buku itu.

"Itu emang buku gue, tapi bukan gue yang gambar."

"Oh jadi lo gak mau ngaku?"

"Hei kalian kalau mau bermesraan jangan di depan ku dong," Helen yang sedari tadi hanya memperhatikan kini angkat suara yang membuat Theo dan Lara menatapnya.

"Wah kalian tambah cocok saja, lihatlah tatapan kalian pun sama-sama menyeramkan," ujar Helen lugu.

"Cocok apanya?" ucap Theo dan Lara bersamaan

"Tuh kan, bahkan ucapan kalian saja sama." Helen melirik ponselnya yang bergetar lalu memasukkannya kembali kesaku rok.

"Yaudah deh aku gak mau ganggu kalian, kebetulan jemputan aku udah nunggu di luar. Aku pulang duluan yah, bye." Helen melambai dan melangkah pergi meninggalkan Lara dan Theo yang hanya diam mematung.

Sadar posisi mereka masih terlalu dekat, spontan keduanya memisahkan diri.

"Kenapa sih lo deket-deket gue, kalo lo jatuh cinta sama gue gimana? Gue gak mau ya, tanggung jawab," ucap Lara asal untuk mengurangi kecanggungan yang sempat terjadi.

Theo berdecih mendengar perkataan Lara yang super pd itu. "Jangan kepedean deh, gue sama sekali gak tertarik sama lo"

Lara hanya memutar bola mata dengan malas lantas dia melihat bukunya yang masih dipegang oleh theo. Bagaimana caranya dia mengambil buku itu.

Lara harus memikirkan cara agar dia bisa mengambil buku itu. Berpikirlah Lara, berpikirlah.

Ting!

Jika dalam film kartun akan muncul sebuah lampu yang menyala terang, maka seperti itulah yang terjadi pada Lara, ketika sebuah ide itu muncul di dalam otaknya yang beku.

"Haaa, kecoa terbang," teriak Lara memulai aksinya.

Spontan Theo mengikuti arah pandangan Lara. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas Lara berjalan mendekat kearah Theo dan dengan sekuat tenaga menginjak kakinya lalu merebut buku itu dari genggamannya dan berlari sekencangnya.

Saking kencangnya Lara berlari, dia sampai melupakan sesuatu.

"Ahh," Theo meringis kesakitan sambil memegang kakinya yang diinjak tadi.

"Cewek itu makan apa sih, kok bisa tenaganya kuat gitu."

Theo berjalan sedikit pincang menuju motornya, tapi pandangannya tertuju disamping motornya. "Lho ini sepedanya kenapa ditinggal? Dasar bodoh."

Sedangkan dilain tempat Lara merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa dia melupakan sepedanya sih, kalau gini kan jadinya harus pulang jalan kaki.

Apa harus balik sekolah aja kali ya? Tapi kalau si Theo masih disana gimana?

Ahh mana mataharinya panas banget lagi hari ini. Kalau maksain jalan yang ada Lara sampai rumah dalam keadaan gosong.

Oke gak apa-apa jadi gosong, nanti bisa luluran lagi. Oke setelah berpikir dengan sangat keras akhirnya Lara memutuskan pulang dengan berjalan kaki.

Godaan terbesar saat pulang jalan kaki itu adalah melewati minimarket, ingin diri ini segera pulang kerumah tetapi hati kita tidak sejalan. Seperti halnya yang Lara rasakan saat ini. Dia berhenti tepat di depan minimarket tersebut.

Ketua Kelas BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang