"Aaaaaaaa"
Bughhh...
"Lara." Helen turun ke bawah dengan hati-hati, dan secepatnya mengecek keadaan temannya itu.
"Lara, kamu gak mati kan?" tanya Helen panik.
"Mati apaan sih, ini sakit banget woy. Bantuin berdiri kek," ucap Lara kesal. Pasalnya Helen bukannya membantunya berdiri malah bertanya seperti itu.
"Eh iya maaf maaf. Abisnya aku panik tau, kamu main turun seenaknya aja. Gak liat tuh temboknya tinggi gitu."
"Ihh siapa yang main turun seenaknya, ini semua karena ulat bulu sialan itu tau."
"Apa ulat bulu?" tanya Helen spontan.
Lara melihat ada perubahan dari wajah Helen, dari yang biasa saja menjadi pucat dan tidak lama kemudian dia pingsan.
"Eh eh kok malah pingsan sih," ucap Lara panik.
"Duh gimana nih ngangkatnya, mana kaki sama tangan gue sakit lagi."
Tak mau berdiam diri Lara harus mencari bantuan. Dengan berat hati Lara meninggalkan Helen sendirian.
Lara meringis ketika kakinya yang berdarah terasa sangat perih, tapi mau bagaimana lagi dia harus mencari seseorang untuk membawa Helen ke UKS.
"Oh shit," Lara mengumpat dalam hati. Mengapa dari sekian banyaknya siswa disini, kenapa harus dia yang muncul.
"Theo." Lara tak punya pilihan lagi, hanya Theo yang bisa membantunya sekarang.
Langkah Theo terhenti ketika dia baru dua langkah menaiki anak tangga. Dia berbalik dan mendapati Lara yang nampak menahan sakit. Dengan segera Theo menghampiri Lara.
"Lo kenapa?" tanya Theo, ada raut khawatir di wajahnya.
Tanpa pikir panjang Lara menarik lengan Theo menuju halaman belakang sekolah.
Theo menghentikan langkahnya yang membuat Lara ikutan berhenti, "lo mau bawa gue kemana?"
"Jangan banyak tanya dulu, nanti gue jelasin. Mending lo ikut aja." Lara kembali menarik lengan Theo.
***
"Aish, pelan-pelan dong. Lo pikir gak sakit apa," ringis Lara ketika Theo memberikan obat merah tepat di luka nya.
Ya sekarang mereka berada di UKS. Dengan Theo yang sedang mengobati Lara yang sedari tadi meringis.
"Jelasin sekarang apa yang terjadi," ucap Theo meminta penjelasan pada Lara.
"Helen pingsan karena takut sama ulat bulu," terang Lara
"Terus kenapa kaki sama tangan lo berdarah gitu?" desak Theo
"Masih persoalan yang sama," Theo mengerutkan dahi bingung
"Ngomong tuh yang jelas, jangan dibuat kayak hidup lo yang gak jelas," ujar Theo dengan pedasnya.
"Siapa bilang hidup gue gak jelas. Yang ada tuh hidup gue penuh warna gak kayak lo datar kayak jalan aspal,"
"Back to topic," ucap Theo serius.
"Kan udah di bilang tadi, salah sendiri lo gak ngerti."
"Ceritain ke gue atau gue bilang ke pak Sam. Biar sekalian lo di hukum."
Mendengar itu Lara sedikit menciut. Dia heran dengan sikap Theo, kadang baik, kadang perhatian, kadang dingin, dan kadang seperti sekarang, menyebalkan.
Lara menghela nafas pasrah, "gue jatoh karena mau singkirin ulat bulu yang nempel di tangan gue, trus si helen pingsan pas denger ulat bulu."
"Terus kenapa kalian sampe manjat tembok?" tanya Theo masih penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas Bobrok
Ficção Adolescente"Didunia ini gak ada yang gratis." "Ada kok." "Apa?" "Ngehalu." "Kampret." Aku updatenya sesuai mood aja.