1 ~ Lisa

290 11 1
                                    

Lagi-lagi aku menghela nafas gusar. Bayangkan saja, sekarang aku masuk kelas XI mipa 2. Ya walau ada sahabatku, tapi aku sekelas sama anak-anak badboys itu. Aku gak suka berurusan sm mereka yang cukup famous, yang ada aku bakal dapat masalah. Jadi, kucoba menghindari mereka.

"Lo kenapa Li? Muka lo tambah datar aja," sapa Sisi ketika sudah sampe kelas.
"Gpp," jawabku dengan santai.
"Mulai lagi ni anak dinginnya," timpal Dara.
"Gatau deh gue, jangan-jangan pas Lisa sudah besar dia bisa ngalahin tuh kutub selatan," sahut Gigi.
"Udah deh, ga usah bahas ini lagi," timpal Sisi.
'Makin sayang deh sama Sisi,' ujarku dalam hati.
"Btw, kita duduk dimana?" tanya Gigi dan mereka langsung menoleh ke arahku.
"Pojok, belakang," jawabku.
Huft, kudengar mereka menghela nafas gusar. Aku juga gatau lagi, sejak kejadian itu, rasanya aku gak bisa ngubah sifatku yang malah menjadi-jadi semakin cuek, datar, dan tak tersentuh.
.
Kring... kring...
Bel masuk berbunyi. Tepat saat itu, muncullah keempat badboys. Aku semakin menghela nafas gusar, huft.. Karena kehabisan tempat duduk, mereka duduk di depanku dan temanku.
.
Aku - Sisi - Dara - Gigi (paling pojok, aku dekat tembok).
Alvaro - Radit - Dito - Yuda (depan kami dengan urutan yang sama).
.
'what the hell,'umpatku dalam hati.
.
Guru pun datang.
"Selamat pagi, perkenalkan saya bu Rania, saya guru ipa sekaligus wali kelas kalian. Mari perkenalkan diri kita semua terlebih dahulu."
"Kita mulai dari paling depan," lanjutnya.
Sekarang tepat di giliran Alvaro, dkk.
'Membosankan,'pikirku.
"Alvaro." Wah-wah ga nyangka aku, kalau dia juga dingin kayak aku. Walau tanpa melihat ke arahnya, aku bisa mendengar suaranya yang terkesan datar dan dingin.
"Radit."
"Dito."
"Yuda."

Gila. Mereka lebih dingin. Ternyata, aku gak bisa asal nebak orang mulai sekarang. Sekarang giliran aku dan temanku.

"Gigi."
"Dara."
"Sisi."
"Lisa," jawabku dengan aura lebih mencekam dari Alvaro. Kulihat Alvaro melirikku.

Gak tau mengapa, kulihat Alvaro tersenyum tipis? Walau dia termasuk badboys, tapi dia gak pernah senyum. Namun, berbanding terbalik dengan perasaanku. Aku rasa, setelah ini aku akan terlibat dengan urusannya. Jangan sampailah, aku paling gak suka ngurusin hal yang bukan urusanku. Pokoknya aku mau kehidupanku yang bebas dan tak terlibat masalah apapun.

Kringgggg
Semua murid berhamburan keluar. Cacing-cacing di perut sudah berisik meminta jatah makan. Aku, dkk mau keluar namun di cegah badboys itu.
'Sialan,' makiku dalam hati.
"Hai boleh kenalan gak?" tanya Dito. Kutebak, dia yang paling suka tebar pesona. Buktinya, sekarang dia sambil senyum-senyum gak jelas. Tadi aja dikelas sok cool, sekarang? Diluar dugaan.
"Kalau gak boleh, kalian tetap maksa, kan?" jawab Dara.
"Gue anggap itu pernyataan," sahut Dito.
"Gue Alvaro."
"Gue Radit."
"Gue Dito."
"Gue Yuda."
"Gue Gigi."
"Gue Dara."
"Gue Sisi."
"Lisa."
"Ehm, maaf ya. Nih anak emang gitu. Mohon dingertiin," ujar Sisi.
"Santai aja,"jawab Radit.
"Yuk ke kantin. Lets go!" timpal Dito dengan semangat.

Setiba di kantin...
"Yah, kursinya udah habis," kata Dara.
"Disana aja yuk!" sahut Dito.
Damnn..
Astaga, itu kan tempat cowok mostwanted termasuk ada abang gue. Mampus, bakal dapat masalah nih sama cewek-cewek cabe di sekolah. Tidak henti-hentinya hatiku memaki mereka.
"Gimana Lis?" tanya Sisi.
"Hmm," jawabku dan langsung duduk di sebelah abang gue.
"Dek, kenapa? Lagi gak mood?" tanya abang gue sambil menyandarkanku di dada bidangnya. Cuma kubalas lewat diriku yang semakin nyandar ke dadanya. Dia pun mengerti.
Huft.. kudengar bang Aldo menghela nafas gusar. 'Maaf bang,' kataku dalam hati.
"Kapan sih kamu berubah dek? Abang kangen sama adek abang yang ceria dan manja sama abang," katanya.
"Maaf bang," jawabku lirih tanpa melihatnya. Dia pun mengelus lembut rambutku. Karena bosan, aku pun tertidur.
"Dek, bangun. Makan dulu," kata bang Aldo membangunkanku.
"Hmm."
Karena tidak mood makan, aku tetap bersandar pada dada bidangnya. Mungkin karena sikap posesifnya abang gue, dia pun memaksa dan nyuapin gue.
"Gamau bang," tolakku dengan sedikit cemberut.
"Harus mau!" tegasnya dan tidak ada penolakan. Aku pun terpaksa makan.
Khemm
"Kami dijadiin nyamuk nih ceritanya?" kata bang Yudit, teman bang Aldo.
"Pacaran aja ga bilang, ga setia kawan lo," timpal bang Lano.
"Mata lo pacaran, ini adek gue," jawab bang Aldo datar.
"Berarti gue masih ada kesempatan dong," sahut Dito.
"Gak ada," sahut Alvaro dingin.
"Akhirnya, lo bisa berubah Var, gue senang. Jangan lo kecewain adek gue satu-satunya," ujar bang Aldo.
"Pasti," jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Bro. Udah lampu hijau tuh. Langsung gas bro!" kata Yuda.
"Gue harap, lo bisa balikin sikap adek gue," kata bang Aldo ke Alvaro. Gue tau pasti Alvaro bingung, tapi apa peduliku.
"Nih makan lagi," kata bang Dito dan aku terpaksa makan suapannya.
.
Kami pun langsung ke kelas karena bel sudah berbunyi.
"Nanti tunggu abang di parkiran," kata bang Aldo sebelum kami berpisah.
.
Saat pelajaran di mulai, aku tidak sengaja menangkap basah Alvaro sedang menatapi diriku. Mata kami pun tak sengaja bertemu. Namun, aku memutuskan kontak mata kami duluan. Demi apapun, ini membosankan.
"Bolos yuk," ajak Radit.
"Baru hari pertama, mau alim dlu," jawab Gigi ketawa gak jelas, pasti nih otaknya gresek.
"Besok aja," timpal Dara.
"Yah, bakal bosen nih. Unfaedah," sahut Dito.
Walau dapat julukan cool girls, aku, dkk tetap mempunyai tingkah abstrak dan bad. Namun, lebih menjurus ke cool.
.
Kringggg...... kring....
Semua anak bersorak gembira. Aku pun langsung bangun dari tidurku karena pelajaran sejarah yang paling membosankan. Aku pun langsung ke arah parkiran, tanpa menunggu teman-temanku.
"Ni anak ya, udah sering dibilangin tungguin. Masih aja," dumel si Gigi.
"Sorry," jawabku datar.
"Ga ikhlas lo minta maaf," sahut Dara.
"Hmm."
Huft...
Helaan nafas gusar yang kudengar. Tunggu, kok ada si Alvaro,dkk? Kok juga ada abang, dkk?
Karena gamau nunggu lama, aku pun langsung masuk ke dalam mobil.
"Nanti ngumpul di rumah gue. Jangan lupa," kata abang gue yang terdengar samar-samar sebelum masuk mobil.
Selama perjalanan, aku hanya tidur karena bagiku ini membosankan. Saat kurasa sudah nyampai rumah, aku yang malas tetap saja memejamkan mata.
Huft...
"Dek, gue kangen lo yang dulu. Mana adek gue yang menghiasi hidup abang? Gue harap lo bisa berubah dan lupain dia," kata bang Aldo. Setelah itu, dia menggendongku ke kamar dan menyelimutiku yang sedang tutup mata saja. Lalu, bang Aldo pun tidur di sampingku. Karena aku juga mau melanjutkan tidurku, aku tidur saja. Tiba-tiba terasa ada seseorang memelukku. Aku pun langsung membalas pelukan itu. Kami berdua pun tertidur.

Cool Girls vs Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang