4 ~ Aldo

81 8 0
                                    

Saat botol bergerak, Lisa tiba-tiba memanggilku dan mereka mengarahkan perhatian kepadaku dan Lisa.

"Bang.." panggil Lisa.
"Kepala Lisa pusing," lanjutnya.
"Kenapa pusing princess?? Capek ya?? Yuk tidur," ujarku.
"Gak kuat bang," balas Lisa melemah.
"Sisi, cepat telpon dokter Rian sekarang," kataky dengan panik kepada Sisi.
"Dek bertahan dek," katanya dengan mata berkata-kata.
"Bang.. Lisa kuat kok. Gak usah nelpon dokter Rian. Lisa cuma pusing biasa," ucapnya dengan nada makin melemah.
"Arghhh dek.. Harusnya gue tadi gak ingetin lo dengan dia. Gak bikin lo nangis. Semua salah gue. Lo gak bisa capek sedikit. Ahrggg gue gak becus jadi abang," kata gue lirih.
"Abang udah jadi abang yang baik sama Lisa. Jangan salahin diri abang dong," kata Lisa sambil tersenyum pucat.

Tiba-tiba...
Tangan Lisa langsung jatuh ke lantai. Air mataku langsung turun begitu saja, bersamaan dengan itu, Sisi, Dara, dan Gigi juga menangis.

Tok..tok...tok..
"Permisi den, ini dokter Rian sudah datang. Saya permisi," kata salah satu maid. Aku pun langsung menggendong Lisa ke kamarnya. Saat di kamar Lisa, dokter Rian sudah berada disana dan langsung mengecek Lisa.
"Uncle, Lisa gapapa kan?" tanyaku.
"Dia cuma kecapekan. Kamu tau kan, ini udah sering terjadi. Saya tidak mau ini terulang lagi. Saya khawatir, nanti bisa lebih serius lagi efek kecapekannya terhadap tubuhnya yang daya tahan lemah. Dia tadi kenapa?" jelas dan tanya uncle Rian.
"Lisa nangis uncle," jawabku sambil menunduk.
"Gak apa-apa. Lain kali jangan lagi. Uncle tau kamu bisa beri dia yang terbaik. Kalau dia gini terus, uncle bakal bilang ke mom dan dad mu untuk memindahkan Lisa ke Luar dengan perawatan lebih baik dan menghilangkan traumanya," jelas uncle.
"Jangan bawa Lisa lagi uncle.. Aldo janji bakal jaga Lisa lebih ketat dan baik," balas Aldo.
"Udah. Uncle nitip Lisa. Uncle pasang dulu infusnya."
Setelah memasang infus dan memberi obat, uncle pun pamit pulang. Sisi dkk masih aja nangis.
"Jadi, lo pada udah tau kan ini alasan gue tadi siang maksa dia makan di kantin. Gue juga tadi bilang jangan ganggu tidurnya karena ini. Gue gak becus tau gak!" teriak gue frustasi.
"Lo udah becus jadi kakak yang baik buat Lisa, Do," kata Radit menenangkan.
"Gue yakin Lisa kuat," sahut Alvaro.
"Lisa kuat kok dari dulu. Tapi di mata gue, dia tetap adek terkecil dan tersayang gue," kata gue tersenyum memandangi Lisa.

"Oh iya, lo nginap sini?" tanya gue.
"Iya," jawab mereka semua bebarengan.
"Ya udah, cewek tidur di kamar masing-masing dan kalian yang cowok pilih aja tuh kamar tamu banyak. Gue mau tidur sama princess gue," kata gue.
"Kami tidur di kamar Lisa aja. Di karpet sama sofanya aja, Do, " sahut Yuda.
"Hmmm," balas gue dengan gumaman.

Saat kami cowok-cowok sibuk dengan cerita sedangkan cewek sudah pada tidur, gue memutuskan untuk tidur.
"Udah yuk tidur," ajak gue.
"Yuk," balas Radit, Dito, Yuda.
"Hmm," balas Alvaro.

Tanpa gue duga, Alvaro jalan ke arah adek gue dan dia...
"Good night my cool girl.. Cepet sembuh," kata Alvaro sambil mencium kening adek gue. Alvaro pun langsung ke sofa, gue dkk hanya melongo melihat itu.
"Yah, langsung dipepet sama badboynya sekolah ni v
:D," goda Dito.
"Hmm," balas Alvaro.
Kami semua pun hanya tertawa.
Sebelum gue tidur...
"Good night princessnya abang. I love u, mimpi indah, jangan sakit-sakit lagi ya," kata gue sambil nyium kening, pipi, dan tangannya, kebiasaan gue sehari-hari.
Gue pun tertidur sambil memeluk tubuhnya yang lemah.

Cool Girls vs Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang