| Chapter 01 |

1.9K 93 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐳

Suara dengkuran seorang pemuda berusia 17 tahun terdengar halus dan teratur dibalik selimut tebalnya yang menandakan bahwa pemuda itu sudah tertidur lelap. Wang Yi Bo¹ selalu menutup dirinya dengan selimut dari ujung kepala sampai ujung kaki ketika hendak tidur. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Untungnya, Wang Yang Mi²–mama Yi Bo selalu menyempatkan waktu berkunjung, datang setiap malam ketika Yi Bo sudah terlelap, dan dengan telaten membantu Yi Bo menyingkap dan menarik selimut sampai sebatas dada agar mempermudah Yi Bo dalam bernafas. Kegiatan ini secara otomatis telah menjadi jadwal rutin Yang Mi di malam hari walau hanya sekedar untuk melihat putranya tidur. Tak terkecuali malam ini.

Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Yang Mi mengetuk pelan pintu kamar putranya beberapa kali. Tanpa menunggu jawaban, Yang Mi langsung membuka pintu yang menjulang tinggi empat meter ke atas itu. Kemudian berjalan masuk dengan pelan menyusuri lorong luas, melewati satu lukisan besar "The Fall of The Rabel Angels" karya Pieter Bruegel³ yang tergantung di dinding lorong sebelah kiri dan satu bingkai besar foto keluarga Wang⁴ di dinding lorong sebelah kanan. Lorong besar bernuansa putih tersebut diterangi ratusan lampu crystal yang memanjang ke bawah dengan bentuk pola rumit yang luar biasa indah. Setelah melewati lorong besar tersebut, Yang Mi kini berada di bundaran lobi kamar. Lalu melangkahkan kakinya menuju meja bundar yang terletak di tengah lobi, yang beralaskan karpet berbulu tebal berwarna coklat tua. Di atas meja ada banyak toples cemilan yang mengelilingi sebuah guci giok besar. Guci itu berisi berbagai macam bunga kering yang dirangkai secara profesional. Yang Mi mengambil coklat di dalam toples kaca dan meletakkannya kembali. Sambil mengunyah coklat, Yang Mi mengedarkan pandangan ke kiri kanan lobi memastikan bahwa lampu di ruangan masing-masing sisi sudah dipadamkan. Di mana sebelah kiri lobi ada deretan pintu kaca menuju ruang belajar dan di sebelah kanan lobi ada deretan pintu kaca yang di dalamnya terdapat ruangan walk in closet dan kamar mandi.

Setelah cukup mengamati sekeliling, Yang Mi beranjak maju lurus ke depan menuju ruangan tanpa pintu langsung ke tempat tidur Yi Bo. Tepat ketika melangkah masuk ke ruangan utama kamar itu, telapak kaki Yang Mi langsung disambut dengan karpet tebal berbulu halus. Semua properti mewah di ruangan tersebut didominasi dengan warna abu-abu, putih, coklat tua dan coklat muda sehingga suasana terlihat lembut dan nyaman.

SECRET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang