Cantik

94 7 0
                                    

Satu jam berlalu sejak istirahat adik kelas. Ini baru hari pertama, tapi sudah terlalu banyak yang meminta tanda tanganku. Kira-kira ada tujuh puluhan adkel(adik kelas). Lumayan merepotkan memang menandatangani buku sebanyak itu. Dan sejauh ini aku tak melihat gadis itu dimana-mana setelah apel pagi tadi. Gambaran wajahnya pun agak samar. Mungkin karna aku melihatnya sekilas ya?

Eh? Tunggu, kenapa aku mencari-cari gadis itu? Buat apa ya?

Di jadwal, sekarang waktunya rigem. Di jam-jam ini biasanya digunakan untuk pemberian materi seperti visi misi sma atau tata tertib sma atau digunakan untuk mempersiapkan yel-yel selama kegiatan. Saat-saat ini adalah yang paling seru menurutku.

Sambil menenteng fruit tea rasa lemon dan kuping yang masih terpasang headset, aku berjalan-jalan menuju kelas para adkel. Tujuan pertamaku ruang kelas kelompok kedua. Apa yang kucari? Sudah tentu gadis itu.

Sampai disana Yunita sedang menulis lirik mars sma. Terlihat di papan tulis juga ada visi misi sma dan hymne sma. Tiara dan Beni sedang bersama empat siswa melingkari sebuah meja yang ada di depan kelas, mungkin berdiskusi. Semua adkel sedang berkutat dengan pulpen dan kertas di atas meja mereka masing-masing sambil menoleh ke arah Yunita. Eh, bukan semua, kulihat segelintir adkel malah mengobrol. Celia juga ada di kelas itu, dia duduk di meja yang ada di belakang kelas. Lagi asik bermain ponsel dia.

Aku bersender pada pintu kelas sambil melihat tampang-tampang mereka satu persatu. Tetap saja aku tak menemukan gadis itu. Kulihat ke tempat Beni dan Tiara, wajah adkel yang disana. Semua wajahnya terlihat. Tapi dia yang kucari tetap tak ada disana.

Apa aku salah lihat? Jelas-jelas aku melihat dia ada di barisan kelompok dua, warna nametag dia harusnya warna biru, eh tapi emangnya iya biru? Tapi, hei?! Kenapa aku terobsesi untuk mencari dia terus? Lu kenapa Ion? Sadar woeee bentakku untuk diri sendiri.

"Adik-adik apa sudah selesai mencatatnya? " Yunita memecah keheningan.

Mereka serentak mengatakan "Belum~"

"Yun"

Gadis itu menoleh ke arahku, langsung berjalan menghampiri "kenapa kak?"

"Ada yang nggak hadir di kelompok dua?"

"Nggak hadir?" dia langsung mengecek adkelnya sambil mengingat-ingat "seingetku hadir semua kak, kenapa ya?"

Hadir semua, apa aku salah liat kali yak? aku mengingat-ingat kejadian apel pagi tadi. Tapi yang kuingat hanya rambutnya yang kriting dan warna kulitnya yang putih.

"Kak?"

"Eh, ya? " aku termenung lagi.

"Jadi kenapa nanyain kehadiran adkel? "

"Oh, E... Itu buat ngingetin aja. Siapa tau lupa ngabsen adkelnya, kan nanti absennya bakal di rekap" responku cepat mengalirkan apa yang ada di otakku

"Oh iya!!! Kertas absensinya belum aku kasi ke mereka, makasi udah mau ngingetin aku kak, hehe"

"Ya nggak papa, lain kali jangan dilupain lagi, ok? "

Dia bergegas pergi keluar kelas menjawab "Siap!" sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berbehel warna pink.

Kebetulan di SMA Harapan Bangsa ini ada delapan kelas yang tata letaknya berada pada satu garis lurus, jadi jaraknya tak terlalu jauh. Ditambah di depan kelas tersebut, sekitar empat meternya sudah ada lapangan upacara. Sebelah Utara lapangan upacara ada aula. Jadi ruang kelas inilah yang menjadi tempat strategis untuk setiap kegiatan yang ada di SMA.

Masih pada posisi menyender di pintu kelas, aku kembali meneliti tiap wajah adkel yang ada di kelas. Dan semua wajah-wajah itu tak ada yang kukenal. Padahal di datanya, mayoritas adkel asalnya dari SMP yang sama denganku dulu. Mungkin karna kebiasaanku waktu SMP yang membuatku tak begitu familiar dengan wajah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Someone...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang