Setelah beberapa hari masuk kerja dan Arka masih Acuh seperti biasa. Tiba-tiba saja Arka memanggilnya agar masuk ke dalam ruangannya. Awalnya Kiara merasa tidak ada yang aneh tapi setelah ia masuk ke dalam ruangan Arka, perasaannya jadi tidak enak. Disana tengah duduk seorang perempuan dengan pakaian cukup tipis hingga memperlihatkan bentuk dan warna dalaman yang ia kenakan.
"Ada apa, pak Arka memanggil saya?" Tanya Kiara terbata.
"Duduklah!" Ucap Arka datar sambil menunjuk ke arah kursi yang bersebelahan dengan wanita itu duduk. "Ini adalah Jeny, dia adalah sekretaris baru saya. Jadi, saya minta kamu untuk mengajari Jeny dan memberitahu apa saja yang perlu dia lakukan. Saya memberikan kamu waktu selama satu minggu." Ucap Arka lagi.
"Sekretaris baru? Tapi, pak-"
"Cukup! Setelah satu minggu, kau bisa kembali bekerja normal di bagian kebersihan." Potong Arka.
"Arka. Kau keterlaluan!" Ujar Kiara.
"Apa kau masih belum paham dengan peraturan di perusahaan ini? Siapapun yang menentang ku, silahkan kirim surat pengunduran diri secepatnya!" Ucap Arka.
"Pak Arka, sepertinya saudari Kiara ini tidak ingin posisinya bergeser, jadi lebih baik saya tidak perlu untuk melanjutkan-" Ucap Jeny tertahan saat Arka mengangkat tangannya.
"Tidak perlu, disini tidak ada yang bisa menentang saya." Ucap Arka. "Keberatan atau tidak, aku tidak akan pernah peduli." Ucap Arka pada Kiara. Kiara tidak menjawab, ia pun segera pergi dan menumpahkan air matanya, berlari ke kamar mandi dan meluapkan tangisnya.
"Kamu sungguh keterlaluan, Arka! Jika kau memang membenciku, kenapa kau masih menikahiku?" Lirih Kiara pelan, tidak ada siapapun di sana. Sehingga ia bebas mengeluarkan kata hatinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, ia keluar dari kamar mandi setelah membersihkan sisa sisa kesedihannya, ia berusaha bersikap tegar di depan Arka agar pria itu berfikir bahwa sekeras apapun usahanya untuk menyakitinya, Arka akan semakin merasa dirinya gagal membuat Kiara terluka.
.........
"Arka, apa benar tidak apa-apa jika aku menggantikan posisi Kiara, istrimu sebagai sekretaris kamu?" Tanya Jeny setelah beberapa saat Kiara meninggalkan mereka dengan penuh kekecewaan.
"Kenapa harus dipikirkan? Akulah bosnya disini. Siapa yang salah, dia harus menerima konsekuensinya." Jawab Arka.
"Tapi, dia istrimu. Bagaimana bisa kamu memperlakukannya seperti itu?" Tanya Jeny.
"Di dalam sebuah pekerjaan, tidak ada istilah perlakuan suami istri. Semua sama di mataku." Jawab Arka.
"Kamu sangat tegas, rasanya aku jadi semakin menyesal karena tidak bisa mendapatkan hatimu." Ucap Jeny terang-terangan.
"Kamu sangat berlebihan. Aku hanya ingin bersikap profesional saja." Jawab Arka meskipun bukan jawaban yang sebenarnya. Ia hanya ingin membuat Kiara merasakan kecewa lebih dari apa yang ia rasakan.
"Arka, boleh kutanya sesuatu padamu?" Tanya Jeny mulai bisa membaca mimik wajah Arka saat berhadapan dengan Kiara.
"Apa?" Tanya Arka.
"Tapi, kau harus menjawabnya dengan jujur!" Ujar Jeny.
"Hm" Arka mengangguk ragu dan tersenyum miring.
"Apa kau ada masalah dengan Kiara?" Tanya Jeny, Arka diam tidak tahu apakah ia harus menjawabnya atau tidak. "Kamu tidak perlu menutupinya dariku, Aku tahu kau pasti ada masalah dengannya. Aku bisa lihat. " Lanjut Jeny.
"Dia menghianatiku. Aku hanya ingin membuatnya merasakan apa yang aku rasakan. Itu saja." Jawab Arka akhirnya.
"Dengan cara memindahkan dia ke bagian kebersihan? Apa itu tidak terlalu berlebihan?" Tanya Jeny.
"Apa yang dia lakukan jauh lebih menyakitiku. Ini hanya pembalasan kecil." Jawab Arka.
"Apa rencanamu?" Tanya Jeny ingin tahu.
"Entahlah. Aku belum tahu." Jawab Arka.
"Boleh aku membantumu?" Tanya Jeny. Arka menatap Jeny dalam diam. Tidak begitu mengerti apa maksud Jeny sebenarnya. "Aku adalah sekretarismu yang baru. Secara tidak langsung kamu sudah melibatkan ku dalam aksi balas dendammu. Jadi, aku sudah terlanjur basah terlibat dalam hal itu." Ucap Jeny. Benar juga apa yang dikatakan oleh Jeny, Arka lah yang mengundangnya masuk ke dalam masalahnya. Jika Jeny ingin membantunya, kenapa dia harus menolaknya?
"Baiklah. Terimakasih sebelumnya." Jawab Arka.
"Sama-sama." Jawab Arka.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu, aku akan datang lagi besok untuk pekerjaan baruku." Ucap Jeny pamit.
"Ya, Berhati-hatilah di jalan." Ucap Arka. Jeny membalasnya dengan senyum.
Setelah Jeny keluar, Arka mulai memikirkan tawaran Jeny. Apakah dengan menerima tawaran wanita itu, ia bisa membuat Kiara sakit hati? Apakah tidak apa-apa jika ia melibatkan orang lain untuk membalas sakit hatinya pada Kiara?
Entahlah, Arka masih ragu dan bimbang dengan langkahnya kini. Setelah melihat reaksi Kiara saat dirinya menggeser posisi istrinya itu, Arka merasa bahwa Kiara sudah cukup kecewa tapi, bagi Arka itu adalah awal muka pembalasannya.......
Tidak ada siapapun di rumahnya, Arka sama sekali tidak menemukan Kiara di rumah saat dirinya baru pulang dari kantor. Tidak ingin terlalu ingin memikirkan apa yang telah dilakukan oleh Kiara, Akhirnya Arka memilih untuk beristirahat di dalam kamarnya.
Duapuluh menit kemudian, Kiara masuk ke dalam kamarnya dengan pakaian yang cukup rapi, jika dilihat dari penampilannya, Kiara baru saja pulang dari pergi entah kemana, Arka tidak tahu. Ia juga tidak peduli.
Kiara pun juga tidak membuka bibirnya hanya sekedar untuk menyapa Arka atau mengucapkan selamat malam. Kiara justru langsung mengganti pakaiannya bahkan di depan Arka seakan tidak ada siapapun di sana.
"Ck, murahan!" Umpat Arka dalam hati melihat tingkah istrinya. Arka tersenyum mengejek dan kemudian mengabaikannya. Arka bahkan berfikir bahwa Kiara akan menawarinya makan malam seperti biasanya, tapi ternyata tidak. Kiara justru berbaring setelah mengenakan gaun tidurnya. Kiara benar-benar mulai mengabaikan Arka saat ini.
Ponsel Kiara berdering dan wanita itu pun menarik perhatian Arka hanya dengan menjawab telepon dari seseorang yang entah siapa itu.
"Ada apa? Apa ada yang terlupa?" Tanya Kiara pada seseorang di telepon.
"Oh, iya tentu saja. Aku pasti akan coba. Terimakasih ya! Lain kali kita main lagi." Ucap Kiara membuat Arka semakin curiga meskipun awalnya ia tidak peduli, kini ia jadi penasaran apa yang telah Kiara lakukan sebelum ini.
"Ok, bye!" Lanjut Kiara lagi sambil menutup panggilan teleponnya. Kemudian Kiara kembali tidur miring membelakangi Arka.
"Dasar murahan! Sekali murahan tetap saja murahan." Arka ingin sekali mengutuk bibirnya sendiri yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan isi hatinya itu. Kiara menoleh dan tersenyum sinis padanya.
"Sebelum kau mencela orang, lebih baik kau lihat dulu dirimu sendiri!" Balas Kiara kemudian kembali mengabaikan Arka dan tidur.
Niat hati ingin membuat Kiara kesal, tapi sekarang, justru wanita itu yang membuat Arka kesal seolah ingin mencekik Kiara andai ia tidak ingat akan suatu hal yang membuat dirinya menikahi Kiara.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiara
RomanceSUDAH TERBIT Menemukan calon istrinya tidur bersama pria tidak dikenal, membuat Arka murka, namun tidak membatalkan pernikahan mereka. "Sudah bagus aku tidak membatalkan pernikahan kita, seharusnya kau bersyukur, bukannya mengeluh seperti itu." Pria...