Sore hari Abirah membawa begitu banyak pelengkapan bayi, wajahnya terus memancarkan kebahagian, bibirnya terus tersenyum hingga Arthur yang menemani Abirah seharian senang melihat wanita kesayangannya bisa ceria.“Arthur...terima kasih ya sudah menemaniku, aku bahagia sekali” kata Abirah. Lelaki dengan kulit hitam manis itu mengangguk sembari tersenyum.
“Oiya tadi aku membelikan ini untukmu, tenang saja aku beli pake uangku kok, bukan punya Wisma” ucap Abirah meberikan gelang tali berwarna putih. Dengan hati yang teramat senang Arthur menerimanya lalu mengelus kepala wanita yang akan selalu di jaganya.
“Mandilah, setelah itu minum susu hamil” kata Arthur lalu di angguki oleh Abirah, ketika dirinya hendak masuk kedalam Wisma datang dengan wajah yang begitu lesu.
Wisma menatap Abirah sejenak lalu beralih menatap Arthur dengan tatapan yang amat tajam.
“Wisma kau sudah pu-“ ucapan Abirah terhenti karena lawan bicaranya itu mengabaikannya.
Arthur yang melihat ekspresi tuannya mendadak emosi, yah Arthur tau saat ini Wisma sudah mulai meenyukai Abirah, terlihat dari wajah yang Wisma yang tengah cemburu itu, dan ia memantapkan diri untuk segera membawa Abirah pergi dari sini.
“Arthur aku kedalam dulu ya, sepertinya Wisma sedang tidak enak badan, dari semalam ia demam” ucap Abirah, ada rasa cemburu saat Abirah menunjukan perhatiannya pada Wisma dan bukan pada dirinya tapi ia tetap bertahan, ia harus memperjuangkan Abirah.
Didalam kamar Abirah meletakan barang belanjaannya di meja rias, ia melihat Wisma yang tengah melepas jaket, lelaki itu nampak dalam kondisi yang tidak baik saat ini, bahkan Abirah sedikit takut untuk menyapa seperti biasa.
“Aku siapkan air panas ya” ucap Abirah.
“Tidak usah” balas Wisma ketus.
“Em, akan ku siapkan baju ganti” kata Abirah.
“Tidak perlu” ucap Wisma melempar kaos kakinya kesembarang tempat.
“Em, kalau begitu aku siapkan makanan dulu” kata Abirah sedikit pasrah.“Tidak usah”
“Aku-“
“Kau dengar tidak sih!! Aku bilang tidak usah! Aku bisa melakukannya sendiri! Tidak usah menyiapkan apapun! Kau dengar!” marah Wisma. Abirah menahan air matanya agar tidak jatuh, dadanya terasa sesak saat Wisma membentaknya.
“Kenapa kau marah-marah? Apa aku berbuat salah?” tanya Abirah pada Wisma.
“Pikir saja sendiri, oh ya lebih baik kau urusi saja sopir itu, tidak perlu repot menggurusi ku! Mengerti!” jelas Wisma pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, entah apa yang membuatnya kembali marah-marah pada istrinya itu, setelah melihat betapa perhatiannya Arthur terhadap Abirah di depan pintu tadi rasanya darahnya naik menyambut emosi yang meledak-ledak.
Abirah duduk dipinggiran ranjang, ia menunggu suaminya selesai mandi, ia ingin bertanya apa salahnya hingga Wisma berbuat kasar lagi padanya.
Sungguh Air matanya tidak berhenti mengalir sejak tadi. dan tak lama Wisma keluar dengan anduk yang di lilitkan sebatas pinggang juga rambut basah sehabis keramas.
“Minggir aku mau ganti” usir Wisma mencari pakaiannya di lemari. Abirah tak mendengarkan, ia malah mendekati Wisma yang tengah memakai kaos lengan pendek berwarna coklat.
“Jelaskan padaku, apa salahku” Ucap Abirah.
“Keluarlah” balas Wisma.
“Jelaskan dulu!” ujar Abirah keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/136849706-288-k94865.jpg)