Senyuman Dika

96 4 1
                                    

Magelang serasa menjadi candu dalam hidup Aira, setelah hampir 2 tahun ia menjalin hubungan dengan laki-laki yang dikenalnya selepas acara kirab kemerdekaan di Jakarta beberapa tahun yang lalu. Laki-laki berpostur tegap yang senang sekali dengan potongan rambut gaya nol satu nol itu menjadi pelengkap hidup Aira sampai saat ini.

Namanya Andika Prawira, sosok yang bisa menjadi seperti pengganti Ayahnya yang sudah tiada. Sosok yang selalu membuat Aira tertawa bahagia, yang menasehati Aira ketika berbuat salah. Dika adalah hidup Aira. Begitupun Aira adalah hidup Dika.

"Hallo Ra, kamu sudah sampai mana?"
Nada sambungan telefon mereka bercampur dengan riuhnya lalu lalang orang di bandara.

"Aku sudah sampai di Bandara, kamu dimana sih? Please deh jangan pake acara ngaret lagi" Omel Aira dengan gaya bicara khasnya. Disusul dengan gelak tawa suara bariton khas Dika diseberang sana.

"Eeeh ko malah ketawa. Aku kepanasan nih" Dalam hati Aira tertawa, padahal ia tidak sama sekali kepanasan karena masih di dalam area bandara. Ia sengaja memancing kekasihnya itu supaya cepat-cepat datang.

"Kepanasan? Emangnya kamu nunggu dimana Airaku sayaaang?" Ucap Dika mengeluarkan jurus merayunya. Padahal Dika tahu kalau Aira tepat berada diseberang jalan di depannya. Ia membiarkan gadisnya meracau di telefon sambil mencarinya mondar mandir. Ada kepuasan tersendiri menjaili Aira bagi Dika.

"Jangan ngegombal deh Dik. Buruan!" Merajuk Aira yang disusul gelak tawa Dika.

"Coba deh kamu lihat kedepan seberang jalan. Ada siapa disitu?" Kata Dika.

Aira pun menoleh kearah yang Dika maksud. Dan pandangannya bertemu dengan mata itu. Mata yang tajam seperti mata seekor burung elang, namun mampu meneduhkan hatinya ketika bertemu dan memandangnya.

Dika tersenyum sambil melambai-lambai kearah Aira.

"Yaa Allah, itu Dika. Sudah hampir 6 bulan lamanya dia disibukkan dengan pendidikannya di Akmil. Aku pun juga sama, sibuk dengan deadline kerja dan tugas kuliah. Finally today aku bisa ketemu sama dia lagi"
Batin Aira berkata, hampir saja ia meneteskan air mata ketika melihat Dika dan sebuah senyuman yang terbingkai jelas di wajah laki-laki yang memakai seragam pesiar cokelat itu.

Dika berjalan dengan tegapnya menghamipiri gadisnya. Aira tersipu malu, mukanya sudah seperti kepiting rebus ketika berada di dekat Dika. Pasalnya dari tadi ia mondar mandir bahkan meracau kepanasan pada Dika, ternyata orang yang berada di sambungan telefonnya berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Uluhuluuuh gadisku kepanasan yah" ledek Dika dengan tawanya yang khas.

"Jangan ngeledek deh. Aku tuh cuma pengen ngetes kamu aja, tepat waktu atau ngga gitu nyampe bandara" ngeles Aira dengan gaya merajuknya seperti anak-anak.

Dika tertawa melihat Aira bertingkah seperti itu di depannya. Dan hal itu yang paling Dika rindukan selama ia pendidikan di Magelang.

"Iya iyaaa maaf yah. Hheee" Ucap Dika dengan lembut, sambil membawa koper Aira.

* Perihal kebahagiaan hidup. Ia datang bukan saja dari sebuah harta. Ia bisa saja datang dari sebuah hal sederhana. Seperti senyuman mungkin.😊
(Aira Nara)
.
.
.
.
.
Selamat sore readers.👋🏽
Yeaaaay akhirnya Aira dan Dika bertemu kembali.
Gimana yah kelanjutan cerita mereka di Magelang?
Simak selengkapnya di next chapter yah. Hhiii

Distance I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang