Indi baru menyadari bahwa ia berada di sebuah mansion maha besar. Catherine membawanya menuju ruangan Maddam Noella. Kata Catherine ia adalah orang yang dapat menjawab semua pertanyaan Indi.Di sepanjang koridor terdapat beberapa orang yang lalu lalang. Indi menebak kalau mereka seumuran dengannya, dapat dilihat dari penampilan dan perawakan mereka.
Di dinding-dinding granit terpajang bingkai-bingkai lukisan, beberapa lukisan yang Indi lihat menggambarkan kejadian-kejadian besar yang pernah terjadi di dunia. Seperti 9/11, Tsunami di Aceh, maupun wabah Korona.
"Darimana kalian mendapat lukisan-lukisan ini?" tanya Indi.
"Owh, semua itu lukisan dari murid-murid yang ada disini," jawab Catherine singkat.
Beberapa ruangan yang mereka lalui tampak seperti ruang kelas pada umumnya. Di setiap ruangan yang mereka lalui, terpajang sebuah papan penanda diatas bingkai pintunya, yang dituliskan dengan bahasa yang tak dimengerti Indi.
Hal yang aneh adalah setiap berjalan Indi merasa ada yang menyentuh ataupun menabraknya. Hal itu dialaminya pagi ini, tapi hanya suara. Hanya saja, sepertinya bukan hanya Indi yang merasakannya. Pagi ini Catherine juga mendengar dan bahkan berinteraksi dengan Jeannet, suara yang tadi pagi di dengarnya.
Beberapa orang yang mereka lalui terlihat sedang berbincang ataupun berinteraksi dengan sesuatu yang tak dapat dilihat Indi.
"Kita sudah sampai," kata Catherine yang berhenti di depan pintu ruangan dua bingkai dengan gambar-gambar aneh yang terpatri. Di atas bingkai pintu terdapat papan pengenal bertuliskan Archididascalum: Noelle Indigofera.
Di samping pintu terdapat sebuah etalase titanium setinggi satu setengah meter. Di dalamnya beberapa piala dan piagam penghargaan teratur rapih. Di bagian tengah terdapat sebuah boneka ventriloquist dengan tampang yang menyeramkan. Indi memerhatikannya lebih dekat, boneka itu mengingatkannya pada koleksi guru BP-nya.
"Apa yang kau lihat ha? Dasar tidak sopan!" boneka itu tiba-tiba berbicara, yang membuat Indi terkejut setengah mati.
"Siapa yang kau bawa ini Catherine?" tanya boneka itu dengan suara lelaki cemprengnya.
"Dia tamu yang ditunggu Maddam Noella, jangan menghalangi kami Tom," jawab Catherine jutek. Sepertinya ia sudah sangat terbiasa dalam menghadapi boneka mengerikan itu.
"Jutek seperti biasanya. Dia sudah menunggu kalian, langsung masuk," ucap boneka itu diikuti dengan bingkai pintu yang terbuka.
Ruangan itu penuh dengan etalase-etalase kaca. Di setiap etalase terdapat berbagai jenis boneka. Foto-foto hitam putih menjadi penghias dinding granit berwarna hitam. Di langit-langit ruangan tergantung lampu Kristal lilin yang menurut Indi satu-satunya hal yang menghidupkan ruangan seram itu. Ruangan itu mengingatkan Indi pada Ibu Ruth, guru BP di sekolahnya.
"Hai, kau sudah ku tunggu," kata seorang wanita paruh baya berbadan gempal, dari balik mejanya.
"Silahkan duduk," sambungnya, diikuti dengan sebuah kursi yang bergeser dengan sendirinya.
Indi lalu duduk. Jantungnya berdegub kencang. Suasana ruangan ini benar-benar menekannya. Belum lagi aura yang terpancar dari wanita di depannya.
Maddam Noella memiliki tampang yang sama dengan tokoh Mother Gothel versi subur di film Rapunzel. Aura miliknya seakan-akan mengatakan kalau dia adalah hewan yang berbisa.
Ia memakai jas hitam yang begitu ketat di badannya. Rok pendeknya melekat yang membuat kedua kakinya saling berhimpit rapat. Rambutnya hitam dan bergelombang. Hal yang tak bisa dilepas dari pandangan Indi adalah jambul dari Maddam Noella yang begitu tertata rapi, seperti gulungan ombak.
"Indi Elisa Widjaja, aku tahu kau pasti kebingungan dengan semua hal yang terjadi padamu, tapi tenang saja. Kau aman disini, kami akan menjadi keluargamu, kau tak perlu lagi menjadi orang aneh," jelas Maddam Noella.
Indi mungkin tidak kaget kenapa wanita ini bisa mengetahui nama lengkapnya, yang membuat Indi tak mengerti adalah maksud perkataan wanita ini, tapi sesuatu dari dirinya merasa benar bahwa dirinya aneh. Ia merasa kalau ia selalu dikucilkan, hanya saja ia tak dapat mengingatnya.
"Aku tau kau pasti bingung, tapi Indi harus kukatakan padamu. Kau bukanlah orang biasa seperti manusia pada umumnya, kau bisa merasakan apa yang tak bisa dirasakan, kau bisa melihat apa yang tak bisa dilihat. Kau adalah apa yang mereka sebut Indigo," sambungnya.
Penjelasan tersebut seakan menamparnya. Kepalanya nyeri. Meski ia tak benar-benar ingat seutuhnya dengan apa yang pernah terjadi dengannya. Sekilas ia mengingat saat dibully teman-temannya, ia mengingat saat ia didorong salah satu temannya. Ia mengingat saat ia ditertawakan oleh seisi kelas.
"Maksudmu aku bukanlah orang aneh?" tanya Indi.
Maddam Noella mengangguk.
"Lalu kenapa aku harus dibawa kesini?"Wanita itu lalu mengambil sesuatu dari lacinya. Tumpukan kertas. Indi mengambil salah satu diantaranya.
Hilangnya si kembar Aiko dan Riko
Kasus Penculikkan Keluarga Albert
Kasus Kehilangan: 300 Remaja Hilang Secara MendadakDalam secarik kertas yang diambilnya, terdapat potongan-potongan Koran lama, yang semuanya memuat kasus kehilangan, pencurian, maupun kematian.
"Beberapa tahun belakang, maraknya kasus anak-anak Indigo yang hilang secara misterius. Beberapa dari mereka bahkan ditemukan tak lagi bernyawa. Karena itu beberapa orang-orang Indigo, bersepakat untuk mendirikan tempat dimana anak-anak Indigo bisa hidup dengan aman. Umentia Circum Indicum. Tempat dimana anak-anak indigo bisa aman, tempat dimana anak-anak Indigo tak lagi dianggap orang aneh. Kau beruntung kami menemukanmu hari itu,"
Indi menautkan alisnya, ia tak mengerti dengan apa yang dijelaskan wanita ini. Indi mencoba mengingat sesuatu. Kepalanya terasa sangat sakit. Satu per satu kilasan kejadian berputar di kepalanya.
Ia berada di perpustakaan, Ia melihat seorang anak yang dapat mengeluarkan api, ia melihat ia berlari menghampiri sebuah truk.
"Ma- mama, dimana mamaku? Apa yang terjadi dengannya?" mata Indi mulai berair, satu demi satu kepingan kejadian kembali diingatnya.
Air wajah Maddam Noella berubah. Ia lalu mengambil tangan Indi, lalu memeluknya.
"Ibu kamu sudah tiada."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Indi Go!
خيال (فانتازيا)Menuju Ending: Slow Update 📌 [Fantasi - Indigo] Sejak kecil Indi selalu merasa kalau dia bukanlah anak yang normal. Namun hari itu menjadi pembuktian, kalau apa yang dia pikirkan adalah benar. Indi bukanlah.... Nb: Setiap episode dari cerita ini me...