Indi kembali duduk di ruangan itu. Ruangan kecil dan sempit, yang dipenuhi dengan lemari-lemari berisi barang antik. Di salah satu lemari, matanya menangkap sebuah boneka yang terlihat modern dari barang lainnya.
Matanya lalu berpaling pada sebuah bingkai foto di samping boneka itu. Foto hitam putih dari seorang anak perempuan yang tersenyum dengan mengerikan. Anehnya, pandangan perempuan di foto itu seolah-olah sedang memperhatikannya.
"Apa yang kau lihat?" suara seorang wanita membuatnya terkejut.
Indi menggeleng. Wanita paruh baya itu lalu mengambil tempat, tepat di depan Indi.Wajah wanita itu tampak seperti seorang penyihir pada kisah putri duyung.
"Lagi-lagi kamu, kenapa kamu selalu terlibat dalam sebuah masalah?"
Indi tau tak ada gunanya berargumen pada Ibu Ruth, guru BP di sekolah itu. Indi lebih memilih untuk kesurupan daripada harus berhadapan dengan ibu Ruth.
"Kamu itu punya mulut dipake untuk ngomong!" katanya tegas, dengan ekspresi siap menerkam.
Indi menggeleng. Baling-baling kipas yang berputar sangat pelan, membuat suasana semakin pengap. Ibu Ruth menghembuskan nafasnya, seolah-olah sudah menyerah dengan siswi yang ada di depannya.
"Untuk sekarang kamu lebih baik pulang! Orangtua Clara membutuhkan orang untuk disalahkan, dan teman-teman sekelasmu setuju kalau kamu penyebab Clara pingsan,"
Indi mengangguk. Hal ini merupakan berita terbaik yang di dengarnya dalam minggu ini.
***Rintik-rintik air mulai berjatuhan. Indi berada di halte di depan sekolahnya sendirian menunggu mobil ojek online pesanannya yang sudah satu jam tak kunjung datang. Matanya menyimak pemandangan jalanan yang berhiaskan titik-titik air hujan.
Indi kembali melirik jam tangannya sambil berharap akan ada keajaiban yang muncul. Biasanya ayahnya akan datang menjemputnya di halte ini, namun ia tak mungkin menceritakan kejadian hari ini pada ayahnya.
Indi ingin dia terlihat normal di mata kedua orang tuanya, sama seperti anak-anak lain. Bukan seorang gadis yang bisa merasakan hal-hal aneh yang hobinya kerasukan. Handphone nya lalu bergetar. Via.
"Kamu baik-baik aja kan Ndi? Kamu dimana? Ntar aku kesitu ka-"
"Via nafas dulu," jawab Indi memotongnya.
"Iya aku minta maaf, tapi seriusan kamu baik-baik aja kan? Maaf banget Ndi, aku tadi datengnya telat jadi di hukum dulu nge bersihin toilet, kamu dimana skarang? Biar aku kesitu," tanya Via.
"Nggak usah, kamu masuk kelas aja, nanti aku pulang naik taksi," balas Indi lembut.
"Terus kamu mau kemana? Kamu gak mungkin pulang tanpa alasan yang jelas kan?" seperti itulah Via, ia seperti selalu tahu apa yang di pikiran Indi.
"Udah aku pikirin kok, aku bakal ke perpustakaan kota, kamu tenang aja gak usah khawatir, oke, entar aku telfon lagi kamu," kata Indi lalu menutup panggilannya.
Dari jauh, sepintas Indi melihat seorang anak perempuan di seberang jalan, ia menggigil. Wajahnya tampak murung, sepertinya ia sedang menunggu seseorang, mungkin ibunya.
Anak perempuan itu lalu memandang Indi. Pandangan mereka saling bertemu. Anak itu tersenyum, lalu mengangkat salah satu tangannya seolah melambai pada Indi. Indi tampak bingung.
Anak itu lalu terkekeh, kemudian Indi melihat sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Anak perempuan itu beranjak dari halte tempatnya berteduh. Hujan mengguyur sekujur tubuhnya, ia tersenyum lalu menengadahkan tangannya, sedetik kemudian nyala api muncul dari telapak tangannya.
Indi terbelalak melihat gadis kecil itu. Suara klakson lalu memecah suasana aneh itu.
"Mbak Indi kan? Yang tadi pesan?" dari balik jendela mobilnya, supir ojek online yang sudah ia tunggu tampak bingung dengan Indi.
Indi yang tampaknya masih tak percaya. Ia lalu kembali melihat halte di seberang jalan, anehnya gadis kecil itu tak ada lagi disana.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Indi Go!
FantasyMenuju Ending: Slow Update 📌 [Fantasi - Indigo] Sejak kecil Indi selalu merasa kalau dia bukanlah anak yang normal. Namun hari itu menjadi pembuktian, kalau apa yang dia pikirkan adalah benar. Indi bukanlah.... Nb: Setiap episode dari cerita ini me...