Vote Sebelum dibaca
Happy Reading
*****
Berbeda dari So Eun, sementara sosok pria yang ditinggalkannya beberapa jam yang lalu telah melakukan banyak hal, saat ini dia telah duduk manis di atas kursi kebesarannya pada gedung pencakar langit yang setiap hari didatanginya.
Sudah banyak hal berguna yang dikerjakannya sejak tadi untuk usaha yang dipimpinnya. Saat semua sudah mulai lengah, pekerjaannya mulai memberinya ruang, kesibukan mulai memberinya jeda untuk bernapas lebih lega, sekarang yang justru berkelabat di otaknya adalah pemilik nomor ponsel yang sejak tadi dihubunginya, namun tanpa jawaban.
"Apa dia mati?" Kim Bum masih sempat berdecak dengan kekesalan, kekhawatiran yang dibukusnya dengan nada kesal untuk menipu mata semua orang dan percaya jika dia tidak peduli.
Entahlah, sejak So Eun meninggalkan rumahnya, semacam ada sesuatu yang mengganjal di hati Kim Bum, dan seolah mendorongnya berfirasat terjadi hal yang tidak menyenangkan terhadap gadis itu.
"Aku penasaran, kapan tepatnya gadis ini bisa ada saat dibutuhkan"
Apa yang kau butuhkan Kim Bum? Kabarnya? Yang benar saja!
Kaki Kim Bum mulai mengetuk-ngetuk tidak tenang di atas lantai. Dicobanya mencari tahu keberadaan So Eun di kantor gadis itu dengan cara menghubungi pihak kantor, dan kembali nihil. So Eun tidak masuk, tanpa pemberitahuan dan tanpa alasan.
"Berhenti mencari tahu Kim Bum. Tolonglah"
Kim Bum mencoba mengalihkan kegusaran itu dengan menyadarkan dirinya sendiri, bahwa So Eun tidak seharusnya menjadi bagian yang dikhawatirkannya.
"Sadarlah, kebodohan keberapa yang kau lakukan ini" Kim Bum mulai memukul-mukul kepalanya, berharap So Eun keluar dari dalam sana dan membiarkannya hidup tenang seperti biasa.
Kim Bum tidak beruntung, bukannya keluar dari pikirannya, So Eun justru menggandai kekhawatiran Kim Bum saat ternyata ponsel So Eun sudah tidak aktif.
"Persetan dengan semua ini. Aku tidak mau gila hanya karena memikirkannya"
Untuk yang kedua kali Kim Bum melawan dan menang terhadap logikannya, pria itu meraih coatnya yang tergantung kemudian berjalan keluar dari dalam ruangannya. Pajangan foto Tiffany dan dirinya di dekat monitornya tidak berhasil menghentikan apa yang Kim Bum pikirkan tentang So Eun.
Saat ini yang menjadi tujuan Kim Bum adalah, memastikan So Eun ada di mana. Maka yang menjadi tujuan Kim Bum sekarang adalah rumah So Eun.
Kim Bum menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai di depan rumah So Eun. Dia menghabiskan nyaris 45 menit diperjalanan, alhasil Kim Bum sampai di rumah So Eun ketika hari mulai gelap, sore kian menghilang, dan malam semakin menang atas kota itu.
Tidak banyak dilema seperti biasa, Kim Bum langsung menerjang langkahnya untuk segera masuk, hingga sampai di pintu, beberapa saat pria itu diam. Menekan-nekan digit angka PIN di sana, sambil berpikir, setelah kejadian dulu, di hari dirinya bisa masuk ke dalam lagi, apakah kali ini So Eun sudah mengganti kode PIN nya?
Pertanyaan itupun terjawab saat PIN yang dimasukkannya berhasil membuka kunci pintu. So Eun tidak mengganti PIN sama sekali. Entah seharusnya Kim Bum senang atas itu, atau justru tidak.
Kim Bum akhirnya melenggang masuk ke dalam rumah So Eun, menjelajahi lantai keramik rumah itu hingga matanya sibuk mencari sosok yang diduganya sedang berada di dalam kamar atau justru tidak ada di rumah. Karena jelas ruang tamu itu kosong.