*Vote sebelum dibaca, komentari setelah dibaca*
Dunia yang menyedihkan!
"Baiklah, buatlah aku jahat dengan memukuli kekasihmu. Tapi apakah kau tahu?"
So Eun menahan napasnya beberapa saat, dilepasnya perlahan dan kemudian membalas tatapan rasa bersalah mendalam dari Kim Bum.
"Saat itu aku sungguh mencintaimu"
Oh astaga So Eun, air mata itu masih saja tumpah. Dirasakannya sakit itu kembali mengingat ketulusan yang sungguh disediakannya untuk Kim Bum.
Begitu pula dengan Kim Bum, dia mengangkat salah satu tangannya, menutup wajahnya terlalu pedih hati itu mendengar So Eun mengatakan pernah sunguh-sungguh mencintainya namun diperlakukannya seperti itu.
Lalu lihat sekarang Kim Bum, cintanya sudah berubah menjadi benci yang teramat dalam untukmu saat kau perlahan lahan memiliki perasaan untuknya. Bencinya pantas untukmu Kim Bum. Kau sangat layak mendapatkannya.
"Bodohnya aku, percaya begitu saja. Kuserahkan seluruh hidupku padamu. Kepercayakan segalanya padamu, sampai pada akhirnya aku menemukan diriku hamil. Di saat yang sama aku juga harus melihat sendiri kau dan sahabatku mengkhianatiku. Kau pikir apa yang kurasakan di saat seperti itu?" Tanya So Eun dengan isakan berat.
"Aku mati. Aku manusia hidup yang mati. Kau dan dia menghancurkan hidupku. Kepercayaanku, dan perasaan cinta yang ku perjuangkan begitu lama untukmu"
So Eun menjawab pertanyaannya sendiri, agar Kim Bum tahu jelas apa saja luka yang pernah Kim Bum berikan untuknya.
"Jika di awal tujuanmu memang untuk mendapatkan Tiffany, kenapa kau libatkan aku dalam perasaan kalian? Kenapa kau harus memperalatku lebih dulu? Kenapa kau harus repot-repot membuatku jatuh cinta lebih dulu? Aku semudah itu di matamu? Aku serendahan itu?"
Teriak So Eun yang masih digelengkan Kim Bum. Tidak, dia tidak pernah menganggap So Eun wanita seperti itu. Hanya saja saat itu hasratnya atas So Eun dan egonya yang ingin bersama Tiffany tidak bisa berdamai."Oh benar. Aku memang serendah itu. Dengan begitu mudahnya aku terima saat kau menciumku, dan perlahan-lahan kau melucuti pakaianku. Terlalu takut kau akan melihat wanita yang lain, dan begitu senangnya aku tidur denganmu. Dan saat aku hamil, bukan justru bersedih. Aku justru terlalu bahagia bisa memiliki anak dari orang sepertimu"
Teringat kebodohan yang begitu terpatri di memori So Eun. Mengejek dirinya sendiri kemudian terkekeh untuk menertawakan mereka berdua sekaligus.
"Kau bahkan tidak pernah menjajinkan masa depan atau pernikahan padaku. Aku benar-benar rendahan saat bersamamu. Aku budak cinta yang terlalu takut ditinggalkan hanya karena kekasih yang entah menjadikanku wanita keberapa adalah pria tampan, kaya raya dan punya segalanya. Lihatlah, aku memang wanita murahamu seperti yang lain"
Ungkap So Eun berapi-api, dia sudah tidak bisa menyeimbangkan antara kemarahannya dengan kesedihannya dalam waktu bersamaan. Kembali ditarik So Eun napas itu dalam-dalam, malam yang indah tidak berhasil mendamaikan keduanya. Udara yang dingin tidak mampu membuat keduanya merasa perlu berpelukan untuk menghangatkan. Tidak ada apa-apa yang bisa melunturkan sedikit suasana itu menjadi lebih damai. Hingga perlahan So Eun menutup matanya kembali untuk sesaat, yang paling disesalkannya sejak dulu adalah kenapa dia harus jatuh cinta yang dalam kepada Kim Bum. Andai saja itu tidak terjadi, mungkin semua tidak akan seperti ini.
"Saat itu aku pikir kita merasakan hal yang sama. Aku pikir saat itu kita saling tergila-gila. Ku pikir kita saling jatuh cinta"
Ucap So Eun pelan, ditumpukannya kedua tangannya di atas kakinya. Air mata itu semakin deras saat tidak ada pembelaan dari Kim Bum selain tatapan menyesalnya. Terlihat begitu jelas jika Kim Bum membenarkan apa yang dikatakan So Eun.