Vote sebelum dibaca
Happy Reading
*****R.O.S.E****
Malam perlahan menghilang, gelap yang meliputi alam mulai dikalahkan oleh terang. Cahaya yang kian mencuri pandang dari kaca besar kamar So Eun mulai menggelitik mata insan manusia yang masih terlelap di atas ranjang. Gorden telah tersibak, pertanda salah seorang dari manusia yang tidur di kamar itu telah bagun lebih dulu.
Pagi makin giat membangunkan Kim Bum yang kini masih berbaring di atas ranjang. Pria itu kurang jam tidur setelah malam lalu dihabiskannya menemani So Eun, kemudian perang hati dan otaknya juga bekerja saat percakapannya dengan So Eun usai. Dia kesulitan untuk tidur setelah itu.
Hanya menghabiskan waktu 2 jam lebih untuk tidur tidak lantas membuat Kim Bum dimanjakan oleh hasrat untuk terus bermalas-malasan di sana, seperti ada tombol di dalam tubuhnya yang bisa mengontrol jam bangun Kim Bum. Tidak akan pernah lewat dari jam tujuh pagi untuknya membuka mata dan kemudian beraktifitas seperti biasa.Kini, perlahan mata itu terbuka, berkedip pelan dan menyesuaikan cahaya lampu kamar yang telah menyala pada indera penglihatannya. Beberapa saat pria itu berusaha mengumpulkan kesadaran dan ingatan. Tidak lama saat ingatan itu terkumpul, segera Kim Bum menoleh ke sisi kanannya, mencari seseorang yang seharusnya masih di sana.
"So Eun?"
Untuk beberapa saat Kim Bum masih tenang, menepuk dan meraba ranjang kosong di sisinya, tak ada So Eun.
"So Eun?"
Pria itu mulai panik saat tidak ada So Eun yang dicarinya di ranjang. Kim Bum segera turun dari ranjang dan mulai bergerak mencari So Eun di sekitar kamar. Balkon bahkan kamar mandi tidak membuat Kim Bum puas dengan kemungkinan kehadiran So Eun di sana.
"So Eun?"
Panggilnya berulang kali, namun tidak juga ada respon. Paniknya kian ganda mengingat bagaimana keadaan So Eun malam lalu belum terlalu baik. Sampai Kim Bum berhenti di depan meja rias So Eun, sudah tidak ada obat yang malam lalu dikatakan Sehun sebagai obat penenang. Gadis itu bahkan tidak menyentuh obat yang diberikan Sehun.
So Eun sudah sehat seperti sebelumnya? So Eun pergi tanpa mengatakan apapun dan meninggalkannya begitu saja?
Oh sial, baru satu malam mereka bisa bicara dengan baik, apakah mereka harus saling menguliti seperti sebelumnya lagi?
Pria itu berjalan, turun dari kamar So Eun untuk sampai di lantai satu rumah. Mengitari seluruh rumah dan kembali nihil kehadiran So Eun. Gadis itu benar-benar tidak berada dimanapun di rumah itu.
"Apa lagi ini So Eun"Kim Bum membuang napasnya tepat di pintu masuk rumah So Eun.
"Setiap kali aku mulai berempati padamu, kau selalu bersikap sebagai seseorang yang tidak pantas diberi empati" Tambahnya sambil mengacak rambutnya, wajahnya menunjukkan kekecewaan, So Eun meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.
Pria itu memutar langkah untuk kembali ke dalam kamar So Eun. Dia harus mendapatkan jas berikut dengan kunci mobilnya.
Apa yang dilakukannya sepertinya tidak berarti apa-apa bagi So Eun. Lalu untuk apa dia di sana atau mencari tahu keberadaan So Eun jika memang So Eun merasa tidak memerlukan semua itu?
Ayolah, harga diri Kim Bum masih berteriak protes atas aksinya yang belakangan ini mulai menebar perhatian untuk So Eun. Nyatanya hati Kim Bum mulai menciut, perasaan itu sedang ditertawakan oleh harga diri Kim Bum yang sebelumnya selalu memperingati.
Langkah malas itu dibawa Kim Bum menaiki anak tangga.
"Kau baru saja bangun, sekarang kau akan tidur lagi?" Sapa seseorang yang menghentikan langkah Kim Bum di atas tangga. Pria itu membuang napas pelan untuk tidak diketahui pemilik suara, menahan keriangan di wajahnya dan kemudian berbalik untuk memastikan wajah gadis yang menyapanya.