3 : Rumah

24 3 0
                                    

Rista dan Loli hanya bisa menghela napas prihatin. Mereka hanya bisa bulak-balik memutar badan sekedar melihat keadaan Adelia yang duduk di kursi paling belakang hari ini.

Sejak datang ke sekolah, Adelia selalu bermalas-malasan dan hanya membaca buku Fisika nya. Memang dasar otak encer, lagi galau pun yang dipegang buku.

Tapi masalahnya, tak ada satu pelajaran pun yang benar-benar diikuti gadis itu.
Ia benar-benar hanya membaca buku paket Fisika nya yang sempat hilang.

Hari ini adalah hari senin.
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Adelia terlambat. Ia sudah mendapatkan potongan point sebanyak 10. Jadi, sisa pointnya dihitung dari semenjak dihukum bersama Darrell, yaitu sisa 70. Point terendah selama Adelia bersekolah. Biasanya, pointnya akan tetap berada diangka 90-95. Tak heran dia selalu menjadi murid teladan.

Tapi, semenjak dia berurusan dengan bocah pembawa sial itu, Adelia menjadi anak yang namanya diberi garis kuning oleh para guru.

Passinggrade point terendah disekolah mereka adalah 65. Dan jika sampai diangka itu, mereka harus ditindak ke kelas pendisiplinan.

Kelas yang paling dicemooh oleh para siswa di SMA 101 unggulan ini.

Kelas yang jam belajarnya dimulai setelah jam 5 hingga pukul 7 malam, dan setiap kelas hanya terdiri dari 4 murid dengan satu guru.

Mereka akan diberi tugas dan setiap harinya harus membahas apa yang diajarkan pada hari itu.

Semua siswa menjaga point mereka hanya agar tidak mengikuti kelas itu. Itu adalah kelas neraka. Siapa juga yang mau pulang malam hanya demi mengikuti jam belajar tidak jelas itu?

Dan, Adelia hanya butuh pengurangan 5 point dengan mudah agar bisa masuk kelas itu. Adelia menjadi dongkol sendiri.

Satu kali berulah, ia akan benar-benar masuk ke kelas neraka itu.

*******

Adelia keluar dari ruangan bu Rai dengan lemas. Ia sudah memohon untuk beasiswanya agar tidak diambil. Namun apa daya?
Komite sekolah tidak mau memberikan pada anak yang nakal.

Nakal apanya?
Jika dibandingkan dengan teman sekelasnya, Adel adalah orang paling mencari aman.

Saat ia melewati lapangan, ia melihat Darrell sedang bermain basket. Ia berdecih kesal. Lelaki itu baru memasuki bola ke ring dengan tambahan point. Semua siswi bersorak-sorai.
Dan apa itu?

Adelia menganga syok melihat tingkah Darrell yang membuka kaos olahraganya sambil disahuti oleh teriakan manja para siswi disana.

"Amit-amit dah kelakuan!" Rutuk Adel jijik.

Adel pun melangkah menuju kelasnya, ia harus menyiapkan bahan presentasi hari ini.

"Del! Adel!!"

Adel berbalik.
"Apaan lagi dah, Rista? Gue kan dah bilang gak mood makan." Ucapnya malas.

Rista menarik lengan Adel hingga keluar kelas. "Eh! Apaan dah ini, maksudnya?! Woy!" Teriak Adel.

Rista tidak menggubris. Ia membawa Adel hingga pagar balkon dan menunjuk kearah lapangan.

"Liat si Darrell. Tuh anak bener-bener bisa ya bikin sensasi." Tunjuk Rista.

"Apaan sih?" Adel menyipitkan matanya, dan ia melihat si Darrell itu sedang berlutut sambil mengangkat setangkai bunga berwarna merah pada cewek berbaju cheerleaders.

"Tuh anak ya! Ga ada takut-takutnya ama guru." Ucap Rista.

"Berarti bener ya, kalian gak pacaran?"

SCHOOL IN LOVE (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang