"Astaga!" Kaget Krystal saat tubuhnya terbentur oleh sebuah mobil yang tengah keluar dari garasi.
"Apa mobilnya tak memiliki kaca spion?" Maki Krysal sembari menoleh menatap tajam mobil biru. Tak lama pemilik mobil tersebut keluar dan menghampiri Krystal.
"Hey, paman, apa kau tak lihat aku sedang berdiri di sini?" Tanya Krystal dengan wajah memerah menahan amarah yang ingin sekali ia keluarkan. Krystal mendengus, tak ada reaksi sedikit pun dari pria yang ada di hadapannya ini yang hanya menatap dirinya dari atas hingga bawah.
"Apa lihat-lihat!?" Pelotot Krystal, berharap pria itu menyudahi pandanganya. Krystal mengerenyit saat pria itu mengeluarkan dompet dan menarik beberapa lembar uang, lalu mengulurkannya pada Krystal, agar masalah cepat teratasi.
Mulut Krystal terbuka dengan lebar, tak menyangka dengan respon orang yang sudah menabraknya. "Gila!" Maki Krystal. "Kau pikir aku terlihat membutuhkan uang?" Tanya Krystal sewot. Ia merasakan harga dirinya tengah diinjak-injak secara tak langsung.
"Manusia sekarang, punya mulut hanya jadi pajangan." Sindir Krystal, matanya membola, kesal dengan perlakuan pria tak tahu diri ini.
Pria itu memasukan kembali lembaran uang yang tak juga Krystal terima dan menarik kartu nama dan menarik lengan kanan Krystal, sembari memaksa memberikan kartu tersebut pria itu hanya berkata, aku tak punya waktu, hubungi nomor ini jika kau butuh biaya perawatan jika kau terluka. Krystal meremas kartu nama tersebut dan mengantonginya, tak boleh membuang sampah sembarangan.
"Memang lebih baik dijadikan pajangan saja." Guman Krystal dan sedikit menggeser agar ia tak lagi tersenggol mobil pria gila itu. Krystal terdiam dan menatap pintu garasi yang secara otomatis tertutup sendiri.
"Ah sepertinya ini rumahnya." Krystal melihat arlojinya yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya, untuk memastikan jam. Ia masih memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan seseorang.
Tidak mungkin jika pria itu tinggal sendiri. Mungkin ia memiliki istri. Ya harus mengadu pada isitrinya agar sadar jika dirinya sudah menikah dengan pria gila.
Setelah mengetuk beberapa kali dan memencet bel, tak lama pintu bewarna putih terbuka dan muncul seorang wanita. Tak salah lagi pasti istrinya, pikir Krystal. Krystal menaikan kedua alisnya, sepertinya orang baru, ia tak pernah melihat wanita ini di sekitar komplek rumahnya. Rumah Krystal hanya terhalang oleh dua bangunan rumah dan ia adalah penghuni lama di daerah sini. Oh ya ia melupai fakta jika runah ini kosong, maka dari itu ia selalu beridir di depan garasi tersebut untuk menunggu sahabatnya menjemput.
"Mencari siapa?" Tanya wanita tersebut dengan suaranya yang lembut.
"Suara yang teduh." Celetuk Krystal, namun ia segera tersadar dan memukul mulutnya yang tak sopan dan tercicit berkata maaf telah berkata seperti itu dan wanita itu hanya tersenyum yang lagi-lagi membuat Krystal merasa teduh.
"Emm, apa pria yang baru saja keluar dari garasi, pemilik rumah ini?"
"Ah, Sehun." Ujar wanita tersebut. "Dia anakku."
"Anak?" Krystal melongo tak percaya. Pria tadi terlihat sepantaran dengan wanita yang ada di hadapannya, apa matanya salah lihat? Wanita tersebut menggaguk mengiyakan, jika pria yang bernama Sehun itu memang anaknya.
"Oh Tuhan, maaf bibi, kau terlihat awet muda." Ujar Krystal tak enak hati.
"Tak apa, lama-lama kau akan sadar jika aku ini sudah tua." Ucap wanita itu. "Oh ya, siapa namamu?"
Krystal menujuk dirinya. Wanita itu mengangguk sembari tersenyun. "Krystal." Jawab Krystal.
"Nama yang cantik seperti orangnya." Pujian itu sukses membuat Krystal malu, hingga wajahnya merah. Ia selalu mengutuk wajahnya yang mudah memerah. "Ada apa memcari anakku?"
"Bukan mencari." Krystal sedikit panik. Apa ia harus mengadu atau tidak. Jadi tidak enak.
"Masuklah Krystal." Namun Krystal tak juga beranjak hingga dirinya ditarik, sembari wanita itu menyuruhnya memanggil bibi Yoona. Dan ia menawari minuman. Sangat baik dan ramah. Apa benar pria yang bernama Sehun itu anak bibi Yoona? Rasanya mustahil.
"Saya tidak akan lama bibi."
"Benarkah?" Yoona sedikit kecewa karna tamunya datang sebentar. "Kau tamu pertama sejak bibi pindah kemari." Ujar Yoona dengan ceria.
"Pantas saja aku asing dengan wajah bibi." Jelas Krystal.
"Rumah mu di sekitar sini?"
Krystal mengangguk. "Terhalang dua bangunan ke kanan." Jelas Krystal sembari menujukan arah rumahnya. Yoona begitu senang ada tetangga yang bertamu kerumahnya walau ia tak tahu ada tujuan apa Krystal datang ke runahnya dan menanyakan anaknya. Jangan-jangan ia tertarik dengan putranya.
Jika dilihat-lihat, kali ini Yoona seperti tengah bercermin menatap Krystal. Namun, Krystal lebih muda dan cantik dengan mata yang tajam berbeda dengan yang memiliki mata yang teduh.
"Lain kali bibi akan main ke rumahmu, kau suka masakan apa?" Tanya Yoona. Krystal menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kemudia ia mengangguk dan menjawab jika ia sangat suka masakan korea. Krystal sudah lupa dengan tujuannya datang kemari, ia terbawa suasana untuk mengobrol lebih banyak lagi bersama Yoona. Ia dan Yoona type yang banyak omong jadi sangat cocok.
"Kau bisa anggap bibi sebagai ibumu dan suami bibi sebagai ayahmu." Krystal tersenyum canggung. "Jangan sedih lagi, maafkan bibi tak bermaksud."
"Iya tak apa, Bibi Yoona." Ujar Krystal. Krystal merasakan ponselnya bergetar dan melihat nama sahabatnya di layar ponselnya.
"Ah Bibi, sepertinya aku harus pergi, ada beberapa pekerjaan yang harus aku lakukan."
"Baiklah. Hati-hati di jalan ya." Ujar Yoona, ia yak mungkin menahan Krystal walau obrolan mereka sangat mengasikan.
"Sampai jumpa, Bibi!" Krystal melambaikan lengannya. "Ya sampai jumpa. Kemabali lagi ya! Hati-hati, Krystal." Teriak Yoona.
"Anak yang ceria dan manis." Guman Yoona masih dengan senyum yang mengembang. Ia akan menceritakan pada suaminya. Sungguh tak sabar.
.....Lanjut.....
Hai teman-teman aku benar-benar minta maaf. Aku sangat menyesal. 😭😭😭
Cerita ini sebagai permintaan maaf pada kalian. Semoga kalian memaafkan diriku inii 🥺🥺
Jadi cerita ini lanjut?
Ditunggi votmennya ❤❤💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Knock
FanfictionMari kita berdamai dengan masa lalu, agar tidak terlukan dan menyedihkan.