"Sehun, kau punya nomor Krystal?" Yoona menatap ponselnya. Bodohnya ia tak pernah meminta nomor ponsel Krystal, mungkin karena hampir setiap hari mereka bertemu.
Sehun melihat guratan cemas pada wajah Yoona. "Ada apa?" Tanya Sehun. "Punya tidak?" Ujar Yoona.
"Tidak." Jawab Sehun.
"Mam, kau terlalu berlebihan." Ujar Sehun. Yoona menoleh pada anak tunggalnya yang baru menyelesaikan sarapannya.
"Bagaimana mama bisa tenang? Ini sudah lima hari, Krystal tak berkunjung. Kemarin mama kerumahnya, kata penjaga, Krystal sudah empat hari tak pulang."
"Seperti mencemaskan anak sendiri." Guman Sehun malas.
Yoona menoleh, menatap Sehun. "Pokonya Krystal sudah seperti anak, mama." Ujar Yoona sembai berseri. Sehun mebghela nafas.
Sehun menghela nafasnya. "Krystal punya kehidupannya sendiri, kita hanya orang asing baginya."
"Jahat sekali kata-kata mu itu." Ujar Yoona.
"Lalu Sehun harus apa?"
"Gak tau. Udah deh kamu berangkat saja. Mama mau cari Krystal."
"Mah jangan aneh-aneh."
"Siapa yang aneh. Selama ini mama hidup, cuma Krystal yang mengerti perasaan mama." Ujar Yoona serius. Sehun terdiam, ia sedikit tersinggung. Selama ini ia selalu perhatian pada Yoona.
"Mam."
"Iya mama tau kamu sama papa kamu tuh perhatian banget, selalu memanjakan mama dengan ini itu, tapi pernah tidak menanyakan, Mama hari ini mau apa? Mama hari ini punya cerita apa?atau Mama tadi aku di rumah sakit gini- gini, atau Mama jalan yuk. Mungkin pernah, saat ayahmu masih muda." Ujar Yoona sembari terkekeh, ia sudah kehilangan momen seperti itu, tapi Krystal kembali menghadirkan hal tersebut, ia selalu menanyakan perasaanya, apapun dan mengajaknya jalan sekedar untuk menghilangkan rasa suntuk berada di rumah. Anak dan suaminya sama-sama sibuk.
Sehun terdiam, jelas sekali ia melihat kesedihan pada wajah Yoona walau tengah berseri. Ia mengeraskan rahanya. Yang dikatakan Yoona benar, ia belum pernah mengajak Yoona sekedar jalan keluar rumah atau hanya ke taman. Ia terlalu sibuk dengan karirnya sebagai dokter sejak muda, dan sekarang usianya sudah 28 tahun.
"Nanti Sehun cari Krystal." Ujar Sehun, ia tak mau membuat Yoona kembali mengingat hal yang busa membuat Yoona bersedih. Ia hanya melihat Yoona baik-baik saja selama ini, dan ia anaknya tidak tahu perasaan Yoona yang sebenarnya.
"Mama istirahat aja, kalau Sehun sudah menemukaan Krystal, nanti Sehun bawa ke sini." Ujar Sehun agar Yoona sedikir terhibur. Yoona tersenyum sembari mengangguk kemudian membereskan meja makan.
Sehun berdecak, belum dua minggu, tapi Krystal sudah mencuri hati Yoona. Mengesalkan. Ia sepèrti memiliki saiangan baru. Apa ini yang di rasakan seorang kakak saat memiliki adik?
---------
"Krystal!" Suara Wendy, membuat Krystal menoleh yang tengah memperhatikan gaun yang baru saja selesai sekitar delapan luluh persen.
"Kau ini bukan robot, Klee. Setidaknya istirahat." Wendy memberikan minuman kaleng pada Krystal yang di sambut dengan baik.
"Aku saja baru lima puluh persen membereskannya. Lagi pula masih ada seminggu lagi untuk menyelesaikannya."
"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa aku tak pernah bisa berhenti."
"Itu tak baik untuk kesehatan tubuhmu. Kau sudah empat hari tidur di butik."
"Itu memudahkan, karena aku selalu terjaga di tengah malam, jadi harus ku pergunakan untuk hal yang bermanfaat." Ujar Krystal.
Wendy menghela nafas. Ia sangat tahu hal seperti ini pada Krystal, setelah kematiian orang tuanya, Perubahan hidup Krystal sangat terbalik. Ia lebih ceria, tapi orang-orang tidak tahu, jika Krystal susah hanya untuk sekadar tertidur saja, bahkan ia harus meminum obat tidur jika dua hari ia tak dapat tertidur. Dulu saat sekolah menengah atas, Krystal tak tidur selama lima hari dan Wendy yang memberitahu pamannya Krystal hingga Krystal akhirnya mau ditangani.
"Apa malam kau tidur?"
"Ya, tiga jam, sangat cukup." Wendy bersyukur mendengarnya, setidaknya sahabatnya ini tidak kambuh seperti ketika remaja.
"Klee, pergilah ke luar, kau butuh matahari."
"Iya, kalau gaun ini sudah selesai."
"Tidak, tidak." Guman Wendy. Ia memikirkan cara agar Krystal berhenti. Ia memanggil Jaehyun? Sudah tidak mempan. Ah ia tahu."
"Kau tidak lagi mengunjungi bibi Yoona, itu?" Tanya Wendy, sukses membuat Krystal berhenti mengukur renda yang akan ia pasangkan pada gaun.
Krystal menghela nafas, benar ia melupakan bibi Yoona. "Nanti siang saja aku ke rumahnya."
"Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu, aku membawa motor."
"Oh ya? Aku tidak lihat."
"Ada di belakang." Wendy mengangguk dan ia membuka majalan edisi terbaru bulan ini.
"Hai!" Sapa seseorang membuat Sehun yang tengah membawa nampan yang berisi makan siangnya menoleh ke sumber suara.
"Hai." Balas Sehun, sedikit canggung, mengingat ia tak kenal dengan wanita yang berada di sampingnya. Sehun tidak berhenti sedetik pun, ia tetap jalan untuk mencari meja kosong, dan wanita di sampingnya tetap mengikuti.
"Kau dokter baru ya?" Tanya wanita tersebut. Sehun sedikit mengangguk dan mempercepat jalannya, bukan ia sombong. Namun, ia butuh tempat kosong untuk segera duduk dan memakan makanannya. Makanan di kantin rumah sakit sangat enak menurut Sehun. Lagi-lagi wanita itu tak menyerah, ia duduk di bangku kosong depan Sehun.
"Aku Jisoo." Wanita itu memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya. Sehun mengedipkan matanta beberapa kali. Ada apa dengan wanita-wanita di daerah ini, kenapa seagresif ini?
Dosa apa yang aku lakukan?" Batin Sehun.
Tak mau berlama-lama menahan makananya, Sehun menjabat uluran tangan Jisoo. "Sehun." Singkat, padat, jelas. Ia segera berdoa agar tak diganggu lagi. Jisoo yang mengerti hanya terkekeh.
"Kau jangan kemana-mana, aku akan mengambil makananku." Jisoo memperingati, ia segera beranjak ke tempat makanan dengan cepat tak mau membuang waktu.
"Ya Tuhan." Guman Sehun, helaan nafasnya terdengar jelas, menjelaskan bahwa ini sedikit tak nyaman.
Segera menyantap makanannya agar cepat kemabali ke ruangannya. Dan terbebas dari yang mengganggu dirinya. Saat suapan ketiga, mata Sehun tak sengaja melihat wanita yang tengah melambai ke arahnya dengan balutan celana jeans yang dipadukan dengan kaos oblong putih dan jaket kulit hitam. Pupil mata Sehun melebar.
Krystal. Ya tuhan. Lagi-lagi Sehun merasa hidupnya tak tenang melihat wanita yang terang-terangan memintanya menjadi partner biologisnya. Tapi, ia sudah janji untuk membawa Krystal pada Yoona.
Krystal kian mendekat dan Sehun semakin menunduk. Namun, suara Jisoo lah yang terdengar oleh Sehun. "Kau kenapa?" Tanya Jisoo.
Sehun menegakan tubuhnya, ia menatap Jisoo yang kembali duduk di hadapannya. Apa ia tengah melihat bayangan Krystal? Tapi rasanya cukup nyata, Krystal melambaikan tangannya.
Selang beberapa detik suara tawa memenuhi kantin yang cukup luas. Sehun menoleh dan melihat Krystal tengah tertawa lepas bersama pria yang memunggunginya.
"Biarkan saja, mereka memang selalu seperti itu, tak memiliki tata krama." Ujar Jisoo.
Sehun menoleh dan mengerenyitkan dahinya. Tapi ia tak ambil pusing, tapi ia harus memikirkan bagaimana cara membawa Krystal ke rumahnya dan kembali menyantap manananya. Dan sesekali menjawab pertanyaan Jisoo. Ya tak apa-apa, ada teman baru di rumah sakit baru.
.......TBC......
Haiii! Udah lama banget gak sihh wkwkwk
Karena udah jarang banget. Hari ini aku up lebih dari satu part 🤗🤗
Ditunggu votmennya💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Knock
FanfictionMari kita berdamai dengan masa lalu, agar tidak terlukan dan menyedihkan.