Maunya Apa?

456 86 26
                                    

"Saya menolak." Tegas Sehun sembari berdiri, menarik lengan Krystal dan menyeretnya hingga mendorong tubuh ramping Krystal agar keluar kamarnya.

Gila! Kenal saja belum, sudah mengajak yang aneh-aneh, pikir Sehun. Siapapun akan menolak.

"Silakan pergi." Usir Sehun dan menutup pintu lalu menguncinya. Krystal mendengus kesal. Pria sombong. Lihat saja ia akan terus mengejar Sehun walau ke ujung dunia sekali pun.

"Bibi." Rengek Krystal. Yoona yang baru saja keluar dari dapur langsung menghampiri Krystal, dan bertanya kenapa Krystal merengek? Apa yang terjadi?

"anak bibi susah sekali untuk diajak berteman." Gerutu Krystal. Dan Yoona hanya terkekeh, anaknya yang satu itu memang sulit didekati. Yoona menghibur Krystal dengan ia membuat kue untuk Krystal. tak memakan waktu lama, bahkan obrolan mereka membuat kue matang seperti lebih cepat.

"Bagaimana?" Tanya Yoona menatap krystal yang tengah menyicipi kue brownis buatannya. Krystal belum juga menjawab ia masih terpaku pada rasa coklat yang meleleh dimutulnya. Yoona menaikan kedua alisnya saat melihat air mata Krystal mengalir. "Krystal, kalau tidak enak jangan dipaksakan." Ujar Yoona tak enak hati.

Krystal menggeleng dan kembali memakan potongan terakhir. Yoona bergerak, dan mengusap punggung Krystal, ia mengerti pasti Krystal merindukan kedua orangtuanya. "Sudah jangan bersedih, di sini ada bibi." Krystal mengangguk dan mengusp air matanya dan juga kelopak matanya.

"Makasih." cicit Krystal. Yoona menggaguk dan mengelus surai coklat Krystal dengan lembut dan membuat Krystal nyaman. Ia sangat merindukan sentuhan intens seperti ini dari seseorang yang lebih tua darinya. ini sangat mengguncang jiwanya.

Sejak sekolah menengah pertama, ia sudah ditinggal kedua orangtuanya di hadapanya. Tak ada yang pernah tahu kecuali keluarga besar mereka yang akhirnya merawat Krstal. Namun, Krystal sadar, tak ada dari mereka yang tulus merawat Krystal kalau bukan karena harta yang dimiliki kedua orang tuanya. Hingga adik ayahnya kembali dari Amerika dan dengan tulus merawatnya tanpa melihat apapun. Sejak kecil ia memang dimanjakan oleh harta kekayaan, membuat orang-orang iri dan ingin menjadi sosok Krystal. Dan terbalik dengan Krystal, ia hanya ingin hidup dalam kesederhanaan dengan penuh cinta dalam keluarganya. Perasaannya pun semakin hilang saat kedua orang tuanya bertengkar hebat dan meregang nyawa di hadapannya. Tak ada yang menyadari sisi kelam tersebut kecuali Wendy dan Chanyeol yang memang menjadi sahabatnya sejak kecil. Krystal mampu menutup hal tersebut dengan pribadi yang cerewet dan terlihat ceria di hadapan publik.

"Sepertinya aku harus belajar membuat kue pada bibi." Goda Krystal sembari melebarkan senyumnya pada Yoona, ia tak mau membuat atsmofer yang emosional, itu hanya akan memperburuk suasana.

"Bibi akan sangat senang jika seperti itu." Ujar Yoona dan kembali duduk di kursi bar yang ada di dapur, samping Krystal. Krystal kembali mengambil potongan brownis dan melahapnya dengan semangat. Ini benar-benar enak. Mereka kembali membicarakan banyak hal, Krystal juga tak menutup diri jika Yoona memberi masukan padanya.

"Apa Krystal tak bosan, selama seminggu ini kita bertemu?"

"Tidak, aku tidak pernah bosan untuk bertemu seseorang, itu pekerjaanku, hehe," Krystal terkekeh. Yoona baru ingat jika Krystal memiliki butik yang memuatnya harus bertemu dengan banyak orang yang membutuhkan jasanya. "Dan lagi, bibi membuatku sangat nyaman. Atau aku membuat bibi tak nyaman? karena tiap hari datang kemari?" Tanya Krystal sedikit panik, ia tak menyadarinya. Karena terlalu semangat mendapat perhatian dari Yoona hingga lupa dengan tatakrama yang ia pelajari.

Yoona tersenyum dan menggeleng. "Tidak sama sekali. Bibi senang bisa memiliki teman di sini. dari dulu keluarga ini tak pernah menetap disatu wilayah dengan waktu lama. Jadi bibi sangat senang bertemu denganmu, Krystal. Dan bibi memang sangat ingin memliki anak perempuan " Jelas Yoona. Krystal mengerutkan dahinya.

"kenapa?"

"Apa itu artinya bibi akan pindah lagi?" Tanya Krystal, jika iya, ia akan kembali kehilangan sosok ibu lagi.

"Ini yang terakhir. Sepertinya suami bibi sudah muak." Yoona terkekeh, ia ingat perjanjian dengan suaminya, ini adalah kepindahan mereka yang terakhir.

Katakan saja Krystal jahat. ia memang licik, setiap hari ia mengunjungi Yoona, di awal ia memang hanya ingin menggali tentang Sehun dan keluarga tersebut. Ya kalian tahu sendiri untuk apa hal tersebut. Dan setelah tiga hari ia mengunjungi Yoona, ia merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu, yang sudah lama ia cari. Seperti kata pepatah sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ia sudah mendapatkan hati ibunya dan tinggal menunggu anaknya.

Tak lama, Sehun yang sudah terbalut kemeja dan celana bahan, turun dan mendekati Yoona. Ia mencium pipi Yoona, hal itu sudah kebiasan bagi dirinya sejak kecil dan masih terbawa hingga saat ini.

"Mam, aku berangkat."

Yoona mengusap punggung Sehun, "ya hati-hati." Ujar Yoona. Hal kecil yang membuat Krystal iri. Sehun melewati Krystal begitu saja. Cih!

"Bibi sepertinya aku juga harus pergi."

"Kau bisa ikut dengan Sehun." Ujar Yoona. Tapi Krystal masih terdiam belum beranjak. "Kenapa?"

"Apa aku boleh mencium pipi bibi juga?" Cicit Krystal sembari memainkan unjung bajunya. Yoona terkekeh dan mendekati Krystal.

"Sangat boleh." Secepat kilat Krystal mengecup pipi Yoona dan Yoona melakukan hal sama terhadap Krystal, seperti yang ia lakukan pada Sehun.

Setelah itu, Krystal menyambar tasnya dan berlari untuk mengejar Sehun yang sepertinya sudah di garasi.

Brak.

Sehun yang tengah membalas pesan seseorang menoleh dan mendapati Krystal sudah duduk dengan manis dan memasang sabuk pengaman.

"Kau menungguku kan?" Ujar Krystal.

Sehun mendengus. "Kau tidak lihat, saya sedang membalas pesan!" Geram Sehun sembari meletakan ponselnya.

"Keluar." Usir Sehun.

"Tidak, kita memiliki tujuan yang sama. Apa Pak dokter lupa, hari ini jadwal check up, ku?" Tanya Krystal dengan menggoda.

Sehun memejamkan matanya dan akhirnya ia hanya bisa mengalah dan menjalankan mobilnya. Ia juga tak mau ambil pusing.

Keduanya diselimuti keheningan. Krystal merasa bosan, Sehun benar-benar manusia langka, bahkan ia tak repot-repot menyalakan musik ataupun radio.

"Apa kau benar-benar menolak tawaranku?" Tanya Krystal sembari menaruh kepalanya pada lenganya yang bertumpu pada dashboard mobil untuk melihat wajah Sehun, karena dari samping tidak cukup, harus dari depan.

Sehun tak tertarik untuk menjawab ia hanya terus fokus menyetir. Menjawab pertanyaan bodoh apa tak lebih bodoh lagi?

"Astaga, benar-benar dokter yang munafik." Singgung Krystal dan kembali bersender pada kursi dan melihat jalanan kembali.

"Munafik?" Heran Sehun.

"Ya, dihadapan pasien kau seperti malaikat, nyatanya hanya setan bertampang malaikat." Cibir Krystal.

"Meminta maaf saja tidak bisa. Memang uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang, hehe." Oceh Krystal, Sehun memejamkan matanya, ia meresa tersindir. Seminggu lalu ia benar-benar sedang terburu-buru hingga lupa meminta maaf.

"Baiklah, saya minta maaf."

"Saya tidak terima." Ujar Krystal. "Bibi Yoona yang baik dan cantik, pasti sangat sedih jika tahu anaknya tak bisa mengucapkan kata maaf." Pancing Krystal. Sehun menggenggam stirnya semakin kuat. Ia ingin sekali membekap mulut Krystal.

"Ini saya sudah minta maaf."

"Tidak ada ketulusan sama sekali." Ujar Krystal. "Sepertinya aku harus..."

"Apa yang kau mau? Katankatan!" Potong Sehun. Ia mudah sekali diancam jika itu menyangkut Yoona. Ibunya itu lebih galak jika sudah mengomel dan lagi ia tak mau membuat ibunya sedih.

"Mari kita memadu kasih." Ujar Krystal enteng.

........Lanjut....

Krystal maksa banget, Ya Tuhan. 😬😬😬
Ini lagi Sehun, galak bener wkwkkw

Ditunggu votmennya💜

Knock KnockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang