SIAL!

485 104 18
                                    

"Kenapa kau keluar dari sana?" Tanya Wendy penasaran saat Krystal baru saja masuk ke dalam mobil.

"Apa tidak bisa kau simpan dulu pertanyaanmu." Guman Krystal sembari membuka cermin yang ada di atas mobil.

Wendy berdecih. "Sudah jawab saja, tak perlu banyak bicara." Ujar Wendy dan melajukan kendaraanya.

"Tetangga baru."

"Ah rumah kosong itu akhirnya ada yang mengisinya juga. Aku sempat berpikir jika rumah itu berhantu."

"Kau benar, rumah itu berhantu, namun ada malaikat juga."

"Apa yang kau bicarakan, Klee?" Kekeh Wendy geli, celotahan sahabatnya sungguh tak masuk akal.

"Kau harus percaya, tadi aku bertemu keduanya."

"Wah, kau mulai gila. Memang pelanggan itu bisa membuat gila." Ejek Wendy.

Mereka berdua sudah menjalani hubungan persahabatan sejak kecil, hinga sekolah mereka bersekolah di tempat yang sama dan mengambil jurusan desain, hanya saja universitas yang berbeda. Namu dengan hal itu lah, sekarang keduanya bisa membuka merek butik sendiri hasil rancangan mereka sendiri, dari titik nol. Dan karena ketekunan keduanya, hingga akhirnya nama merek mereka sudah terkenal dipenjuru-penjuru kota di negara mereka.

Hari ini mereka memiliki jadwal bertemu pelanggan yang akan memesan gaun pengantin. Sebenarnya bisa diwakili oleh salah seorang dari mereka, namun karena sedang tak ada desain yang mereka kerjakan akhirnya mereka sepakat untuk bersama menemui pelanggan. Dan satu hal lagi, pelanggan kali ini bukan orang sembarangan, bahkan mereka bertemu di restoran hotel bintang lima.

Pertemuan mereka dengan pelanggan yang bernama Suho dan Irene berjalan dengan baik, tak ada kendala apapun. Wendy dan Krystal sangat tekun mencatat, menambahkan, dan mengoreksi pakaian yang mereka inginkan, membuat hasil desain mereka sangat memukau. Suho dan Irene pun nampak puas dengan desain yang barus saja Wendy arsir di atas kertas putih. Setelah menentukan jadwal dan sebagainya mereka pamit untuk undur diri.

"Antar aku ke rumah sakit." Ujar Krystal.

"Tapi aku tak ikut mengantarmu ke dalam ya, aku sudah ada janji dengan Chanyeol." Jelas Wendy, sejak di mobil pun ia sudah mengatakan hal tersebut pada Krystal.

"Ya tak masalah."

Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata menuju rumah sakit di tengah kota yang sangat terkenal akan kejujuran dan kualitasnya yang bersetandar internasional. Jadi tak perlu khawatir dengan penangan medis di tempat tersebut. Selain itu, rumah sakit tersebut milik ayah Krystal yang diganti kepemilikannya menjadi nama pamannya yang sudah tulus merawatnya. 

Tak lama, mobil sudah berhenti tepat di lobi rumah sakit. Setelah mengucapkan terima kasih dan sedikit mencubit pipi sahabatnya itu, Krystal cepat-cepat keluar dari mobil agar tidak terkena omel Wendy, yang tak suka jika pipinya di cubit Krystal, karena rasanya sakit. Sahabat yang tega.

Dua minggu yang lalu, Krystal baru saja menjalani oprasi pengangkatan usus buntu. Dirinya terlalu mencintai tomat, hingga tak sadar jika buah atau sayur itu selalu ia makan mau sebelum ataupun sesudah makan nasi. Yang salah saat ia memakan tomat sebelum ia makan yang lainnya, hal itu membuat biji tomat tertumpuk pada usus buntu dan terjadinya pembengkakan. Ada-ada saja.

Hari ini ia akan check up sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap jahitannya yang mulai menjadi daging.

Krystal membuka pintu ruangan yang biasanya ia datangi untuk check up, setelah bebera saat ia menunggu giliran. alisnya mengerut saat melihat dokter yang ada di hadapannya berbeda dari yang biasanya. Ini lebih muda, jika di lihat dari matanya dan jidat lebarnya dan potongan rambutnya, karena sebagian wajahnya tertutupi oleh masker.

"Sore dokter." Sapa Krystal seperti biasanya, sembari berjalan dan duduk di kursi depan dokter yang tengah memeriksa riwayat Krystal yang ada dalam buku.

"Sore." Ujar dokter tersebut tanpa menoleh. Cih sombong sekali.

Krystal tak tahu harus apa, ini dokter sedang baca riwayatnya atau sedang menganalisis bahasa? Lama sekali. Huft!

"Dokter Choi kemana ya, dok?" Tanya Krystal karna ia juga cukup penasaran, dokternya tiba-tiba ganti. Pria tersebut menutup berkas dan menatap Krystal dan matanya sedikit membesar karena rasa teŕkejut membuat Krystal mengerenyit.

"Dokter Choi sudah pindah sejak dua hari yang lalu, dan saya yang mengatikannya." Jelas pria tersebut. Krystal mengagguk dan matanya tertuju pada nama yang ada di atas meja, dr. Sehun Oh. Seperti tidak asing? Tapi sejauh ini ia tak pernah punya kenalan bernama Sehun, mungkin hanya perasaan saja.

"Baik, nona Krystal, tolong berbaring di kasur." Titah dokter Oh, Krystal hanya mengagguk dan melepas tasnya lalu melangkah dan membaringkan tubuhnya. Saat dokter mendekat, entah kenapa rasanya ia sangat degdegan. sorot matanya sangat menggairahkan? gila!

Krystal menelan ludahnya susah payah saat tangan kekar yang terlindungi sarung tangan karet membuka kancing kemejanya, dan kucup atas. Matanya tertuju pada perban kecil yang menutup luka jaitan. Dengan telaten dokter Oh membuka perban, dan sial Krystal tak dapat menahannya, ini terlalu menggelitik. Dan benar, ia malah melenguh hingga dokter Oh berhenti dan menatapnya. SIAL!

Lengan Krystal segera menutup wajahnya, ia terlalu malu. Tanpa Krystal sadari, dokter Oh hanya tertawa kecil. Selesai membuka perban, dokter Oh dapat melihat dengan baik luka tersebut. Entah kenapa Krystal sangant gugup, terlebih saat dokter Oh menanyakan berapa kali ia menggati perban dalam sehari, Krystal hanya menjawab seperti yang diperintahkan oleh dokter sebelumnya.

"Minggu depan sudah tidak perlu memakai perban lagi." Krystal mengangguk dan menjawab iya dengan nada yang gugup, terlebih saat dokter Oh mengolesi cairan dan menutup kembali luka jahit Krystal dengan perban yang baru. Sungguh menggelitik.

Oh sial! Lihat ia terlihat seperti wanita haus sentuhan. Krystal merutuki pikirannya yang kotor. selama 27 tahun hidupnya, ia tak pernah memikirkan apapun tentang hal-hal seperti ini. Oh ini juga bisa menjadi jawaban bahwa dirinya memanglah normal. Ini hal yang langka.

Setelah selesai, Krystal segera mengancingkan kemejanya sendiri, ia bisa gila jika dokter Oh yang melakukannya. Setelah itu, Krystal kembali duduk untuk menunggu resep obat yang kemarin sudah habis.

Dokter Oh melepas sarung karetnya dan menurunkan masker sembari memperbaiki letak kaca matanya. Mata Krystal membulat sempurna melihat pria di hadapannya.

"Kau!" Tunjuk Krystal pada dokter yang sudah Krystal ingat. Pria tadi pagi yang menabraknya dan pergi begitu saja.


-----Lanjut-----

Terima kasih atas dukungannya 🥰🤗

Ditunggu votemnnya ❤❤❤

Knock KnockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang