09

49 4 0
                                    

Bulu kuduk sisi meremag kala
Mendengar ucapan Casandra.

"Lo mau ngapain sand! Gue minta maaf sand plis lepasin GUE " Sisi meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan yang melilit tangan serta kaki nya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa karna tali yang mengikatnya begitu kencang.

"GUE UDAH BILANG JANGAN BERBISIK sisi sayang " bentak Casandra suaranya melembut di bagian akhir.

"Sand plis lepasin gu..."
Belum selesai sisi berbicara mulut nya langsung disumpal menggunakan kain.

"Good girl gini dong jangan berbisik " Casandra menepuk-nepuk kepala sisi.

Casandra layaknya psikopat ia benar-benar tidak merasa kasihan ataupun ngeri melainkan senang dan bangga atas apa yang ia perbuat 'benar-benar kejam'

"Mmmm.." teriakan sisi tertahan karna kain yang menyumpal mulutnya, air mata mengalir bercampur darah. Tetesan demi tetesan membasahi baju yang sisi kenakan.

"Hah Kamu mau ngomong apa?"
Tanya Casandra sisi menjawab namun karna mulut nya disumpal kain tidak jelas apa yang sisi teriakkan.

"Apa sih gue gk denger lo ngomong apa?" Casandra mulai menyayat wajah sisi setiap inci dan semakin lama sayatan itu semakin di perdalam Casandra.

Membuat luka menganga lebar di beberapa 'sisi'.

Setelah puas Casandra melepaskan kain yang menyumpal mulut sisi.

"Gimana? Keren bukan?" Tanya Casandra bangga seolah-olah ia melakukan sesuatu yang menakjubkan.

"BANGSAT LO SAND maksud lo apa HAH..." bentak sisi menggebu-gebu

"Mulut kamu kayaknya perlu di jahit deh supaya gk berisik" kata Casandra santai ia sama sekali tidak menggubris makin sisi.

"kalau tau begini gue nyesel udah ganggu sandra! Seandainya waktu bisa di ulang" sisi membatin

Casandra tersenyum miring saat mendengar suara hati sisi! Ya Casandra dapat mendengar suara hari orang lain.

"Baiklah ku rasa tidak perlu menjahit mulut mu itu" kata Casandra, ia mulai melangkah kan kakinya mendekat ke arah sebuah pedang yang tergeletak manis di atas meja.

"Emm...." sandra mengetukkan jari-jari nya ke dagunya seolah berfikir
"Gimana kalau aku langsung memisahkan kepala kamu aja jadi aku tidak perlu repot-repot menjahit mulut mu itu"

"DASAR GILA, BANGSAT " sumpah serapah sisi ia tidak habis pikir dengan apa yang di lakukan sandra.
"Plis... sand kalau emang lo mau bunuh gue bunuh aja sekalian jangan siksa gue ke gini" tangis sisi pecah ia benar-benar frustasi

"Tapi gue gak tega bunuh lo " jawab sandra dengan tampang sok polos nya.

"Lo GILA!! lo menyiksa gue kaya gini terus lo bilang lo gak tega bunuh gue" kata sisi tidak percaya "lebih baik lo bunuh gue langsung dari pada lo siksa gue kaya gini. BANGSAT "

"Baiklah jika itu yang kau mau"
Casandra mulai mendekatkan pedang itu ke arah leher sisi mengambil ancang-ancang untuk menebas nya.

Sisi menutup mata nya rapat-rapat berusaha pasrah apapun yang akan terjadi "ini akan cepat berakhir aku tidak akan merasa kan apa-apa setelahnya" sisi meneguhkan hatinya

Naas bagi sisi karna sandra dapat mendengar suara hati nya sandra tersenyum miring 'ini tidak akan secepat yang kau bayangkan sisi dan benar-benar akan menyakitkan' batin Casandra

Casandra semakin mendekat kan pedang di tangannya ke leher sisi, ia tidak langsung menebas lehernya melainkan menggerakkan pedang itu secara perlahan layaknya memotong hewan.

Sisi menggigit bibirnya kuat-kuat menahan jeritan agar tidak meledak, hingga cairan merah keluar dari bibir sisi.

"DASAR ORANG BUTA SIALAN"
maki sisi.

Detik berikutnya kepala sisi sudah terjatuh ke lantai terlepas dari tempatnya.

Darah menyembur ke mana-mana bahkan sampai mengenai baju Casandra.

Casandra bergidik jijik melihat darah sisi yang mengenai bajunya
"Sungguh menjijikan cih..."

"Ini untuk mu selamat menikmati" kata Casandra mulai meninggal kan ruangan minim pencahayaan itu "Oh yah dan makanan selanjutnya akan ada sekitar seminggu lagi" sambung Casandra lalu benar- benar meninggalkan jasad sisi di ruangan itu bersama sosok yang ia ajak bicara tadi

Mata Batin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang