"Kak"
Ara memulai topik dengan kakaknya, Kiana.Ara sangat dekat dengan kakaknya. Wajar saja jarak umur mereka hanya berbeda satu tahun.Walau jarak umur mereka hanya satu tahun, tapi kedua orang tua mereka mengajarkan mereka untuk berkata lebih sopan kepada orang yang lebih tua. Begitu juga Ara yang berbicara lebih sopan kepada kakaknya, Kiana. Mereka sering bertukar cerita ketika mereka sedang menonton tv bersama. Mereka berdua biasanya menonton tv dengan duduk di sofa sampai jam 8 malam.
"Apa?"tanya Kiana sembari melirik adiknya, Ara.
"Aku mau tanya, kalo aku sama cowok dan cowok itu juga suka sama aku. Tapi kita nggak pernah jadian. Suara hari kita kepisah dan ternyata ada orang lain yang menggantikan posisi aku di hati dia. Menurut kakak wajar nggak aku cemburu dan takut kehilangan dia? "
"Kalo kamu cemburu wajar karena dia pernah ada di hati kamu. Tapi untuk kehilangan dia, kamu nggak pernah memilikinya" Kiana dengan petuahnya.
"Oh, gitu ya kak" Ara menundukan kepalanya merasa kecewa.
"Emang siapa sih, cowok itu? " tanya Kiana penasaran dengan lirikan yang tajam.
"Kakak nggak perlu tahu, cukup aku aja yang tahu" ucap Ara dengan wajah polosnya.
"Nggak usah main rahasiaan, deh. Kakak tau kok siapa cowok itu? " ucap Kiana dengan percaya diri.
"Emang siapa?" tanya Ara yang merasa ragu dengan ucapan kakaknya.
"Rama, kan?"ucap Kiana dengan percaya diri.
"Sial. Kok, kakak bisa tau? " bati Ara yang merasa ia gagal menyembunyikan rahasia hatinya.
"Hmm, pokoknya rahasia. Kakak nggak perlu tau" Ara mencoba menutupinya dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan kebenaran, bahwa ia menyukai Rama.
"Ya, udah kalo nggak mau lasih tau" Kiana melanjutkan menonton tv.
Ara beranjak dari sofa dan ingin pergi ke kamar karena ia sudah cukup mengantuk.
"Ra, mau kenapa? " tanya Kiana penasaran yang melihat Ara yang baru saja berjalan menaiki beberapa anak tangga.
"Mau ke kamar. Ngantuk" ucap Ara yang menghentikan langkahnya. Kemudian melirik kakaknya sedang menatapnya.
"Iya, udah sana. Ratapi kesedihan cinta kamu" ucap Kiana menggoda adiknya.
"Apaansih, kak" ucap Ara kesal dan melanjutkan langkahnya.
Inilah sebabnya kenapa Ara kadang merasa kesal pada dirinya sendiri karena telah mempercayai kakaknya untuk bercerita. Tapi ia harus bagaimana lagi, jika ia bercerita dengan ibu atau ayahnya yang ada kuping Ara panas dengan ribuan pertanyaan yang mebuatnya lebih pusing lagi.
Sesampaimya di kamar Ara
Ara menutup pintunya keras hingga suaranya bisa terdengar sampai lantai dasar rumahnya. Ia sedikit frustasi dengan kisah cintanya kali ini.
Ara melangkah menuju tempat tidurnya. Kemudia ia duduk dan memikirkan saran dari kakaknya.
"Gue wajar cemburu, tapi kehilangan lu itu nggak akan pernah terjadi karena gue nggak pernah memiliki lu sejak awal. Andai sebelum perpisahan gue bisa paham akan perasaan gue ke lu. Mungkin rasa patah hati ini, nggak pernah terjadi. Mungkin juga kita udah jadian. Gue nggak tahu tentang perasaan lu ke gue, tapi gue tahu perasaan gue buat lu. Tapi gue ini manusia, yang nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi" ucap Ara dalam hati sembari menatap fotonya bersama Rama yang berada tepat di meja sebelah kirinya.
*******
Ara sudah menjauhi Rama selama 1 minggu. Itu pun dengan rasa sakit di dadanya. Ia mencoba dengan sangat keras sampai ia berhasil menjauhi Rama selama satu minggu, itu pencapaian yang luar biasa.
Sepulang sekolah.
Ara berjalan keluar gerbang. Hari ini dia sama sekali tidak bertemu Rama. Itu sudah rencanannya. Agar menutup kisahnya dengan Rama dan membuka kisah cinta yang baru. Tapi Ara juga manusia yang tidak bisa begitu saja melupakan kisah cintanya. Apalagi setiap bisa bertemu hanya dengan menengok ke kelas sebelah sudah bertemu sosok Rama yang mengisi hatinya.
"Kiara"panggil Rama dari belakang badan Ara.Ia menarik tangan Ara. Ia ingin menahannya sebentar karena ia ingin tahu alasan Ara menjauhinya.
"Lepasin tangan gue"Ara mencoba melepas tangannya dari Rama dengan wajah menahan rasa sakit.
"Kenapa lu cuwek sama gu. Kenpa, Ra? "Rama mencoba menanyakan pertanyaaan yang selama iniembuatnya bingung.
Ara tak menjawab sepatah kata pun dan terus mencoba melepaskan tanganya dari Rama. Rama tidak tega melihat Ara kesakitan dan ia melepaskan tamgan Ara. Ara pun segera pergi, namun langkahnya terhenti karena ada suara yang memanggilnya.
"Ra, sebelum lu pergi. Tolong dengarin gue dulu" pinta Rama yang melahkah maku sehingga ia berada tepat da depan Ara.
"Lu mau ngomong apa?. Mau ngomong tentang hubungan lu sama Rea" tatap Ara dengan wajahnya yang putus asa.
"Emangnya kenapa kalo gue mau ngomong tentang hubungan gue sama Rea?. Lu cemburu? " duga Rama dengan menatap mata Ara.
"Kenapa gue harus cemburu?. Lagi pula gue bukan siapa siapa lu"
"Siapa bilang lu bukan siapa siapa gue?"ucap Rama membuat Ara bingung.
"Maksudnya? " tanya Ara dengan mengerutkan dahinya.
"Lu itu adalah..... " ucapan Rama terpotong oleh suara seseorang yang bersumber dari belakang.
"Ram"teriak Rea dari belakang Rama. Rea menghampiri Rama dan Ara. Karena kehadiran Rea, Ara melangkah pergi. Namun sebelum Ara pergi Rama menarik tangannya.
"Ra" panggil Rama yang ingin mengucapkan sesuatu.Ara membalikan badan karena mendengan suara Rama.
"Ra, lu itu adalah orang yang spesial di hati gue. Lu mengisi semua ruang yang ada di hati gue dan lu nggak menyisakan sedikit pun ruang untuk orang lain menyelinap masuk ke hati gue. Bahkan Rea sekali pun nggak akan bisa masuk ke hati gue" ucap Rama yang langsung bertekuk lutut dihadapan Ara.
"Ra, lu mau nggak jadi pacar gue" ucap Rama dengan mengulurkan tanganya.
"Hah? " ucap Ara dengan heran.
"Kok,hah?.Jawab gue, terima nggak? "
"IYA. Gue terima"
"Kenapa Rama nembak Ara?.Gue kira selama ini ia suka sama gue dan berniat buat nembak gue. Tapi kenapa sekarang jadi kayak gini? "Rea yang melihat dan mendengar hal itu merasa kecewa, karena selama ini ia berpikir bahwa Rama menyukainya.
"Jadi kita pacaran? " tanya Ara heran.
"Ya, iyalah, kan tadi lu jawab iya, Ra" jawab Rama dengan bahasa seadanya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah Patah hati?
RomanceAra dan Rama. Mereka adalah teman satu Kelas dimana Ara membenci sikap Rama terhadapnya.Namun dibalik sikapnya rama menyukai Ara.Ara juga menyukai Rama karena kejailannya.Namun mereka belum menyadari perasaan mereka.Tanpa mereka sadari munculah pe...