"Cara kamu memotong tahu cukup aneh, Mil. Itu berantakan!" Dira kembali memekik frustasi melihat Mil yang hanya memamerkan senyum lebarnya.
"Maaf kak. Tapi Mil selalu lupa cara yang kakak ajarin." Mil mengelak membuat Dira kembali berdecak.
"Aku yakin, kalau kamu sama Bunda hanya masak berdua, pasti masakan kalian aneh." Kali ini Dira menyindir mertuanya. Sarah hanya mengangkat bahunya santai. Sudah biasa baginya melihat sang menantu mengomel saat ia menyentuh dapur. "Yaudah lah. Terserah kalian berdua aja. Dira mau santai aja dari pada stres di dapur." Dengan wajah masam Dira beranjak dari sana.
Sarah tersenyum geli melihat tingkah menantunya itu. Wanita paruh baya itu tidak akan pernah sakit hati akan hal itu. Menantunya memang akan selalu masam jika mengajarinya memasak. Lagipula Sarah memang tidak handal dalam hal itu. Jadi dia tidak akan sakit hati dengan menantunya. Apalagi dia sudah mengenal Dira dari kecil.
"Gausah pikirin Dira. Dia memang sensitif kalau masalah dapur." Kata Sarah sembari tersenyum menenangkan kearah Mil yang dibalas senyum kecil oleh gadis itu. "Oh iya, kamu bisa masak kan, Mil? Dira udah gak ada di dapur dan kalau masakan kita gak selesai, kita gak akan makan siang."
"Sebenarnya Mil suka masak tante. Tapi Mil kurang suka diatur kalau masak. Karena masak itu menurut Mil seperti karya seni. Gak ada orang yang suka dikasih arahan kalau lagi berkarya. Benarkan?" Terang gadis itu. Sarah tersenyum puas seolah merasa sependapat dengan Mil. Padahal ia tidak tahu apa hubungannya seni dengan masak.
"Ya, kamu benar sekali!" Sarah memekik girang.
"Mungkin memang nanti bentuknya sedikit aneh. Tapi Mil jamin rasanya enak."
*__*
Mil dan Sarah menatap antusias pada Dira yang tengah mencicipi rasa masakan karya mereka -maksudnya Mil. Rasanya mendebarkan seperti sedang ikut kompetisi. Sarah tak kalah antusiasnya sejak tadi. Padahal bukan ia yang menyiapkan semua ini. Sarah hanya mengajak Mil berbicara selagi gadis itu mengerjakan karya seninnya. Sarah sadar diri, tangan-tangan indahnya sama sekali tidak cocok di dapur.
"Hm.. Rasanya lumayan enak selain bentuknya yang aneh." Dira berkomentar setelah mencicipi beberapa makanan yang terletak di atas meja makan itu. Mil menghembuskan napasnya lega. Ia memang sudah memprediksi ini sebelumnya.
"Dira percaya pasti bunda yang potong-potong sayur ini, kan?" Dira menodong Sarah. Hasil makanan-makanan ini memang tidak buruk. Hanya saja tampilannya begitu aneh. Aplagi bentuk potongan sayuran yang menurut Dira tidak pada porsinya.
Sarah yang dituduh seperti itu menggeleng keras. "Bunda gak ada kerja di sana. Itu semua karya Mil. Lagian berkarya itu lebih baik sendiri, Iya kan, Mil?" Penuturan yang semakin lama semakin ngaco yang malah ditanggapi anggukkan oleh Mil.
"Sebenarnya Dira lebih percaya gak ada campur tangan bunda di sini," ujar Dira kemudian ketiganya tertawa.
Dira menatap Mil dengan kagum. Baru pertamakali dilihatnya ibu mertua sekaligus tetangganya sejak kecil begitu menyukai orang asing. Apalagi perempuan. Tapi Sarah memang tidak salah menilai orang. Mil terlihat begitu polos dan menyenangkan. Baru pertamakali terlibat perbincangan hangat saja Dira sudah merasa nyaman dengan gadis itu. Mungkin inilah yang dirasakan ibu mertuanya saat bersama dengan Mil.
*__*
"Mil kamu harus sering-sering main kesini. Harusnya kamu nginep aja. Ini udah malem." Sarah berjalan berdampingan dengan Mil dan Dira yang ada di belakangnya menuju pintu keluar.
"Masih jam 8, tante. Mil masih berani pulang sendiri," jawab Mil.
"Mil pulang ya, tante. Makasih buat makan siang dan malamnya. Maaf untuk Kak Dira karena Mil udah hancurin dapurnya." Mil tersenyum di akhir kalimatnya membuat Dira tertawa. Seharian dengan gadis itu membuatnya yakin bahwa Mil memang perempuan baik-baik. Pantas bundanya begitu senang dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Merah Jambu
ChickLit(Sudah diadaptasi menjadi web series dan tayang di Genflix) Leon tidak bisa percaya orang lain. Sedang Mil adalah perempuan naif yang tidak bisa menolak keinginan orang lain. Mulanya, mereka berdua adalah orang asing. Sampai Leon menemukan satu fak...