Telepon terhubung tetapi tidak ada orang yang berbicara.
Tiara menanyakan dengan gerak tubuhnya "apa ada suara orang?"
Aku hanya mengangkat bahu.
hingga menunggu tidak sampai satu menit ada suara samar-samar terdengar."Halo ada yang bisa saya bantu?" aku kembali berbicara.
"Oh...hm" suara itu terdengar kembali. Aku yakin itu suara perempuan sebayaku.
"Kau punya nomor Handphone pribadi?, aku ingin curhat denganmu" perempuan itu berkata rintih.
Tiara terus memerhatikanku.
"Dia minta nomor handphone, gimana nih" tanyaku pada Tiara.
"Jangan dikasih takutnya kriminal, udah jangan dikasih" jawab Tiara."Terserah kamu mau memberi atau tidak, tetapi aku mohon aku perlu kau, aku bingung harus kepada siapa bercerita tentang ini" suara itu kembali terdengar.
Bodohnya aku ketika itu aku memberikan nomor telepon pribadiku kepadanya."Ini +156... ... ...kau dapat menghubungiku kapan saja".
"Oh aku sangat berterimakasih" jawab perempuan didalam telepon itu tak lama kemudian ia menutup telepon tanpa perlu berbasa-basi lagi.
"Kenapa kau beri!" tatap Tiara, ia melotot kepadaku. "kalo itu modus tindakan kriminal gimana, itu berbahaya"sambungnya.
"Ah tidak mungkin dia cuman perlu bantuan, aku akan menolong sebisanya. Tidak usah dipikirkan" jawabku santai.
"Terserah lah, jika ada apa-apa hubungi aku" Tiara memalingkan pandangannya padaku.* * *
Waktu terus berjalan hingga sore akhir shift ku aku beranjak dari tempat duduk kerjaku.
Aku menuju keparkiran khusus karyawan bersama Tiara.
Kerjaku untuk hari ini telah selesai, aku ingin sekali pulang secepatnya membaringkan badanku yang letih.
Didalam mobil sama seperti tadi ketika kami ingin pergi berkerja semua lenggang hingga mobil Tiara berada tepat didepan pagar rumahku."Sampai jumpa" Tiara melambaikan tangannya ketika aku keluar dari pintu mobilnya.
"Aku pulang" Tak ada yang menjawab kecuali mam yang sedang mempersiapkan makanan untuk makan malam ini. aku kedapur menjumpai mam yang sedang sibuk membuat kue dan makanan lainnya.
"dimana James?" aku bertanya kepada mam saat ia memasuki adonan kue yang sudah jadi kedalam oven. "Dia sedang berada didalam kamar, coba kau cek dia sedang apa" mam menjawab.
aku bergegas menaiki tangga untuk kekamar James, kamarnya ada diatas bersama kamar ibuku sedangkan kamarku ada dibawah. Aku mengetuk pintu James, tidak ada jawaban dari dalam kamarnya.
"James apa kau ada didalam" aku mulai memanggilnya dengan suara lantang. "James jawab" dia tidak menjawab sama sekali lalu aku membuka pintu kamarnya.
"Dasar, kerjaannya main game terus. Bisa tidak kau beranjak dari tempat tidur untuk melakukan sesuatu yang lebih berguna hah" Aku berbicara kepada James. aku menarik headset nya secara paksa, karna sepertinya ia tidak mendengarkanku.
selang beberapa saat ia langsung menarik paksa kembali headset yang ada ditanganku. sayang seribu sayang aku tidak sempat mengamankan headset tersebut. awalanya aku berencana untuk menyitanya dalam beberapa hari namun ternyata itu gagal, ia berlari membawa handphonenya bersama headset itu keruang bawah, sepertinya ia melanjutkan bermain game disitu.
Ah adikku yang satu ini memang susah diatur, aku memutuskan turun kebawah kekamarku.
Dikamar aku membaca buku yang kupinjam dari Perpustakaan setempat beberapa pekan silam bersama Tiara, sepertinya buku ini bagus untuk dibaca.
Setengah jam aku membaca buku, hanya ada suara teriakan James. sepertinya ia kalah bermain game.Hingga mam memanggilku untuk makan bersama, aku bergegas menaruh buku itu ke meja dikamar ku lalu menuju ke meja makan.
Hari ini mam sepertinya memasak makanan spesial, banyak sekali menunya."Oh ya james, kau sudah tau keluarga Smith pekan depan akan datang kerumah kita" mam memulai obrolan dimeja makan."Benarkah?apakah Sam ikut datang?" James bertanya kegirangan. "tentu, sepertinya ia akan menginap 1 malam disini, Sam juga sudah lama tak berjumpa denganmu". mam menjawab.
Aku senang keluarga smith datang, sudah lama ia tak berkunjung kesini. terakhir kali ketika Ayah meninggal 4 tahun yang lalu³.
Apalagi James, Sam juga sama seperti James suka bermain game. Itulah yang membuat James senang bukan kepalang.Jarak rumahku dengan paman Smith terbilang cukup jauh harus menumpang satu kali kereta lalu menaiki 2 kali bis baru sampai, itulah yang membuat kedatangan keluarga Smith merupakan suatu hal yang ditunggu-tunggu.
Setelah beberapa saat makan malam pun selesai, aku membantu mam membersihkan piring dimeja dan mencucinya, mam beristirahat diruang tengah ia sedang menonton televisi.
Selesai membersihkan piring aku beranjak ke kamar, aku mengambil handphone ku yang ada ditas kerjaku aku menyalakannya.
"Tut...Tut...Tut"
"Tut...Tut... Tut"
"Tut...Tut...Tut"Banyak pesan dan panggilan tak terjawab di handphone ku, nomor tak di kenal. Tunggu aku ingat nomor itu, sepertinya itu nomor orang usil tadi. Dia ternyata mengirimkan pesan kepadaku, bahkan aku telah melupakannya ketika pulang dari tempat kerja.
Aku membuka semua pesan itu, dia telah mengirimkan pesan sejak sore tadi.
"Ada keperluan apa?" aku membalas puluhan pesan darinya.
Tak butuh waktu lama ia kembali membalas
"Boleh aku curhat?"
"Boleh ingin curhat apa" balasku kembali.
"Jadi begini, aku berkerja sebagai pelayan cafe, aku pergi pada pukul 8 pagi dan pulang ketika menjelang sore. Sudah beberapa hari aku selalu diikuti oleh seorang yang tak kukenal. Perawakanya besar memakai jaket hitam besar dan kepalanya ditutup oleh topi. Awalanya aku kira dia cuman pejalan kaki namun di hari esoknya ia mengikutiku lagi aku yakin akan itu."Wanita itupun mengirimkanku pesan baru lagi.
"Aku sangat takut, aku tinggal di apartemen sendirian."
"Saat jalan pulang ke apartemenmu carilah jalan yang banyak terdapat orang, jangan bertindak seperti orang ketakutan. Dan buat jaga-jaga bawalah pepper spray" jawabku sebisanya
"Aku tahu itu tapi aku takut ia mengetahui tempat tinggalku, maukah kau untuk sementara tinggal bersamaku, aku akan mengirimkan alamatku untukmu" dia memohon
"Jangan macam-macam, aku tidak akan menginap sekamar oleh orang yang tak kukenal" aku langsung memblok kontak teleponnya. Aneh sekali dia berkata demikian, benar kata Tiara mungkin ini modus kriminal.
Aku mulai melupakannya, menaruh telepon genggam ku diatas meja lalu mengambil buku yang kubaca tadi dan bergegas keruang tengah.
aku melihat Mam sedang menonton televisi dan James disampingnya belajar.
Mungkin ia baru saja dimarahi karna bermain game terus menerus. Aku bergabung bersama mereka. mama memberikan ku senyuman tipis ketika aku duduk di sofa, aku selalu bahagia ketika mama senyum kepadaku.
james melihatku sekilas, lalu memalingkan pandangannya, anak itu kembali membaca buku yang berada dihadapannya.
baru beberapa lembar aku kembali teringat dengan orang usil itu, apakah ia bukan sekedar usil belaka melainkan memang perlu membutuhkan pertolonganku setengah isi hatiku berkata demikian namun setengah lagi membenarkan perkataan tiara siang tadi itu mungkin hanya modus kriminal.
Ah, sudahlah aku membuang ingatan itu jauh-jauh dan kembali membaca buku.
Tiba-tiba pintu rumah kami ada yang mengetok
"Tok-tok-tok"
__________________________________
3.cerita ini ada di bagian keempat
"Kedatangan keluarga Smith"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggilan Darurat(HIATUS)
Mystery / ThrillerNamanya Silvia, ia adalah seorang pengangkat telepon darurat. Namun tahun ini ia merasakan hal-hal aneh, hal hal yang seperti membututinya. Dia melawan seseorang yang seharusnya tak ia lawan, teman dekatnya butuh bantuannya. Hari hari yang begitu ge...