dilema

33 0 0
                                    

"Awassss awassssss!!"
Teriaknya sambil berusaha menahan papan skate yang terus meluncur di koridor sekolahh, hampir setiap orang yang berada di koridor jelas jelas menyumpahi dan merutukinya tapi dia mana perduli, siapa lagi kalau bukan daniel si pembuat masalah kelasku.

Pagi ini sepertinya awan diselimuti rintik hujan, upacara yang harusnya di laksanakan sepertinya harus dibatalkan. Sudah di pastikan ratusan siswa bersorak senang.

Aku menaruh tas dan melihat sahabatku Aca, bajunya sedikit kotor karena percikan air lumpur jangan lupakan bibirnya yang sedikit maju karena menahan kesal.

"Kenapa kok cemberut?" Tanyaku

"Gimana ga kesel pagi pagi si daniel nyipratin air becekan, liat nih jadi kotor semua kan" adunya kepadaku

"Haha... dia ga sengaja ca, eh ngomong ngomong sejak kapan daniel jadi anak skateboard?" Tanyaku sambil melihat ke arah jendela karena dari tadi daniel masih sibuk meluncurkan papan skatenya

"Kayak gatau aja palingan juga minjem ke si megan"

"Megan?"

"MEGANTARA may anak 12 ipa 1 bukannya dulu lo satu sekolah pas SMP"

"Oh yang itu"

"Kalian ga saling kenal?"

Aku hanya menggeleng sambil mengeluarkan buku buku dari tasku

"Gini nih kalo terlalu banyak nonton drakor di banding bersosialisasi"

Aku sedikit tersenyum karena ucapan aca memang tidak salah

"Kan ga semua orang harus saling kenal ca"

"Ya tapi kan tau nama nama orang di sekitar lo juga penting may!" Ucap aca sedikit menasehatiku

"Iya deh iya" ucapku pasrah

"Tuh suami lo dateng" bisik aca sambil menyikut tangan ku

Ternyata Aras baru datang pakaiannya sedikit basah, mungkin ia terlambat karena kehujanan. Percaya atau tidak dalam kondisi rambut lepek dan sedikit berantakan Aras masih terlihat sangat tampan di mataku, mau menyangkal seperti apa pun aku memang sudah jatuh cinta pada Aras.

Masih sibuk memikirkan ketampanan Aras, tiba tiba aca menyikut ku lagi

"Apaan si ca, ganggu aja" ucapku sedikit kesal

Aca tidak menjawab pertanyaanku tapi matanya mengarah ke arah depan seolah berkata "buruan liat ke arah depan" ternyata aras sudah berdiri di hadapanku lengkap dengan buku tulis dan pena yang ia bawa

"May liat pr biologi dong" ucapnya sambil menyodorkan sebuah biskuit coklat kesukaan ku mungkin ini berupa sogokan.

"Gamau ah" ucapku sambil berdiri dan meninggalkannya

"Plis may nanti gua beliin susu strawberry deh"

"Susu strawberry nya dulu baru aku kasih contek pr" balasku sambil sedikit tersenyum

"Ayo ke kantin ajaknya sambil menarik tanganku"

Sepanjang koridor saat menuju kantin, semua pasang mata jelas melihat kami siapa yang tidak mengenal Aras, laki-laki idaman satu sekolah. Semuanya sudah berfikir aku dan aras itu ada apa apa, aku sih senang senang saja dianggap sebagai pacar Aras, tapi gatau deh kalau Aras.

Aku masih melihat tangan aras yang memegang tanganku

"Ras lepas deh ga enak diliatin orang" ucapku sambil mengangkat tangan yang aras pegang, jangan lupakan pandangan mataku yang seakan memohon

"Peduli banget si may sama ucapan orang" tegasnya yang membuat genggaman tangannya malah semakin kencang

Berulang kali hati ini selalu tersenyum hanya karena perlakuan Aras, tapi berulang kali pula fikiran ini selalu bertanya apa aras pernah memiliki rasa yang sama padaku, barangkali satu detik saja.

Saat berada di kantin aku melihat wanita yang selalu di puja puja satu sekolah siapa lagi kalau bukan Anastasya dia adalah murid kelas 12 ips 1, bukan hanya omong kosong ternyata kalau Anas adalah ciptaan tuhan paling sempurna, ia memang betul betul cantik, pernah tidak kalian melihat barbie hidup dan sekarang aku sedang melihatnya di hadapanku.

Yang aku ingat hatiku patah saat Aras lebih dulu menyapa Anas

Gosip yang sering aku dengar adalah kalau Anas menyukai Aras, bayangkan sudah pasti Aras juga menyukai Anas laki laki mana yang tidak menyukai wanita tercantik satu sekolah, inilah yang membuat tekad ku semakin kuat untuk melupakan Aras.

Tiba tiba daniel menghampiriku menarik tanganku seolah berkata dari tatapannya "kita harus bicara" dan tandanya itu adalah benar benar penting

Aku segera melepas genggaman Aras dengan paksa kemudian berlari menyusul daniel dan berkata

"Ambil aja buku biologinya di kolong meja, bay ras"

Hay, MayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang