"Oniisan! Ini tidak adil! Kau tahu aku baru mengenalnya..." Kim Bum menarik napas, menyisir kasar rambùtnya dengan kasar.
"Mengapa harus aku?..." protesnya penuh sesal.
"Apa? Kekasihmu hamil...? Sudah dua bulan?!" Kim Bum terdiam sesaat mendengarkan permasalahan dari kakak sepupunya.
"Jantung Kakek melemah?" Ulang Kim Bum dingin. "Oniisan... ku mòhon jangan menghancurkan ini..." Kim Bum menghantam tembok dengan keras, tepat So keluar dari kamar.
*****
TV menyala, suaranya memenuhi ruangan, namun tidak ada orang disana yang menyaksikannya.
So segera menoleh ke kiri ke kanan mencari keberadaan Kim Bum, sambil berjalan mendekati sofa. Tepat berdiri di depan TV, So akhirnya menemukan sosok yang dicarinya... namun dengan mimik yang tampak frustasi.Dan...
Ia memukul tembok dengan keras!So segera berlari ke arah pintu kaca, dan segera membukanya..., "Kim Bum-ssi!" Panggilnya, "ada apa?" Dengan lembut namun dengan guratan tegang di paras cantiknya.
Kim Bum tersentak.
Seketika dimatikannya sambungan telepon itu. Sambil menggelengkan kepalanya, "ayo, segera masuk, jangan di luar, di sini sangat dingin. Lihat pakaianmu..." sambil memandang dari ujung rambut sampai ke ujung jari kakinya, "kau bisa langsung terserang virus, flu seketika." Lanjutnya sambil menyunggingkan senyum yang jelas dipaksakan oleh otot wajahnya yang tegang, sedang meredam amarah diambang ledak.
So menghela napas sambil membalas senyuman itu dengan tulus. Ia tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya, ataupun mencari tahu inti permasalahan itu. Ia hanya perlu menunggu waktu yang tepat, maka cerita itu pun akan terungkap dengan sendirinya.
"Baiklah, dok. Terimakasih untuk nasihatnya." Godanya, berusaha mengalihkan pikiran kusut lawan bicaranya, ia pun segera melangkah mundur dari pintu kaca itu.
Memasuki pintu kaca, nyaris bersamaan, hingga bergesekan membuat Kim Bum akhirnya terkekeh kecil. Ia segera mengapit erat tubuh mungil itu dengan lengan kanannya, dan mengecup lembut pelipisnya mesra, seraya menghirup lalu menghembuskan napasnya, "aku benar-benar suka harummu, sayang. Kau itu candu!" Bisiknya parau di telinga mungil itu. So segera membalas pelukan erat itu,"aku juga suka menghirup harummu" akunya dengan jujur. Saling mengencangkan pelukan mereka... ,"Dan... mulai sekarang kau harus menjadi pasien yang taat pada perintah dokter!" Lanjutnya sambil mencubit kecil hidungnya yang mancung itu.
So tertawa geli.
Menggeliat melepaskan diri, ia mencoba mendorong ringan tubuh kekar itu,"Ayo dok, mandi dulu, ini sudah malam. Nanti kalau dokter sampai sakit, bagaimana dengan nasib pasien ini? Tidak bisa apa-apa." Lanjutnya.
Kim Bum tertawa..., "Bisa saja. Baiklah, pasienku sayang..." mengikuti perintah namun dengan bermalas-malasan.
"Ayolah...! Cepat! Aku ingin membuat dua gelas susu coklàt panas untuk kita, sekarang!" So memberikan satu penawaran yang begitu menggoda, yang sulit ditolak untuk dinikmati di malam musim dingin ini.
Dan tampaknya jurus itu sangat berhasil...
Seketika kalimat itu terucap, Kim Bum segera melesat, berlari ke dalam kamar,"Ok! Segera!" Teriaknya gembira, bag anak balita dengan susu coklatnya.
*****
Akhirnya menjelang penghujung hari itu, mereka pun duduk santai bersisian bersama, di sofa dengan kaki di terulur lurus di atas meja, dan mereka saling memeluk.
So menyurukkan kepalanya ke dalam dekapan dada bidang yang hangat. Membuat kedua inderanya bekerjasama, menghirup aroma maskulin yang seakan menguap dari tubuh kekar itu dan mendengar detak irama jantungnya yang teratur, yang mampu menenangkan jiwanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Masa Laluku
FanfictionTentang perjuangan yang melelahkan dengan kenyataan yang menggugah..