1. P E R T E M U A N

57 8 1
                                    

Seorang bocah laki-laki tengah mengejar temannya yang sedang berlari lari.

"Aila!jangan lari lari!"teriak bocah laki-laki itu.

"Rey!sini dong kejar Aila!"balas bocah perempuan itu yang berlari.

"Aila tunggu!!jangan tinggalin aku!"teriak rey saat melihat ailanya terus berlari kedepan dan menghilang.

Tup!

Seseorang dengan kagetnya tersentak dari tidurnya,peluh mulai membasahi pelipisnya dan nafas memburu dengan cepat.Ia mengusap wajahnya dengan gusar.

'mimpi dia lagi!'batinnya

Reyfano Mahen Anderson,yang kerap dipanggil rey ini terkenal dengan dingin dan coolnya bersekolah di SMA Besmart yang tak lain dan tak bukan milik ayahnya sendiri,Brayn Anderson.

Rey melihat kearah jarum jam yang bertengger manis didinding kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi dan Rey memilih bangkit dan bersiap siap untuk kesekolahnya.

Saat ini Rey telah siap dengan seragam sekolahnya. Saat ia ingin membuka knop pintu kamarnya, samar samar ia mendengar suara gaduh yang berasal dari bawah.

"Monica!tolong jangan pergi,aku akan beri apa yang kamu mau monica!!"

"DENGAR! aku tidak pernah meminta kamu buat nafkahi aku! aku bisa membiayai diriku sendiri dan aku bisa hidup tanpa kamu!"balas Monica dan pergi dengan mobilnya.

Rey menarik nafasnya dalam, sudah tak asing bila setiap pagi rey disuguhkan dengan keributan itu lagi. Ia pun keluar dengan wajah yang datar tanpa ekspresi serta tangan yang berada disaku celananya bertingkah seolah olah tidak terjadi apa-apa dengan kehidupannya, padahal jika ditelusuri lebih jauh hidup rey sungguh sangat miris tidak seperti anak anak yang lain yang dapat merasakan bagaimana harmonisnya dalam sebuah keluarga.

Saat diujung tangga rey melihat papanya yang duduk disofa dengan mata terpejam penuh beban. Rey turun dan menuju papanya,saat melihat Rey__anaknya, Brayn beranjak dan menepuk pundak Rey.

"Papah yakin kamu ngerti!"tegur Brayn dan berlalu dari hadapan Rey. Ya Rey tau apa yang selama ini selalu dibebankan papanya itu. Monica, mamanya itu tidak pernah mencintai Brayn padahal Brayn sangat mencintai Monica dengan tulus bahkan jika Brayn harus mengorbankan nyawanya pun Brayn siap akan hal itu! namun sangat disayangkan sampai kapanpun Monica tidak akan menaruh hatinya pada Brayn_pria selama ini yang selalu memahami dirinya, Monica telah membulatkan tekadnya untuk tidak jatuh cinta pada Brayn Selamanya, karena memang pernikahan mereka tidak dilandasi dengan ikatan cinta melainkan perjodohan antara kolega bisnis perusahaan.

Kali ini Rey berangkat dengan mobilnya, hancur sudah moodnya hari ini! terkadang Rey menyesal mengapa ia harus dilahirkan karena keterpaksaan? kenapa tidak dengan cinta!namun apa boleh buat ini sudahlah takdir Rey. Rey tidak bisa mengelak dari takdir karena itu sudah ketentuan dari yang kuasa. Mungkin Tuhan memberikan Rey supaya Monica bisa belajar mencintai Brayn.

Saat memasuki pekarangan sekolah, semua mata anak Besmart menuju kearah Rey sang most wantednya. Rey berjalan dengan santai sudah biasa bagi Rey mendapat tatapan seperti itu. Saat ini tujuan Rey hanya satu, rooftop tempat biasa Rey jika suasana hatinya sedang dalam fase tidak baik.

Ketika Rey telah sampai dirooftop,ia melihat seorang gadis tengah berdiri dengan tatapan kosongnya.

Rey berdehem untuk membuyarkan lamunan gadis itu dan berhasil!

Dengan cepat ia pun menghapus air matanya dan bertingkah seolah tidak ada apa-apa, tidak boleh ada yang tahu apa masalah gadis itu.

"Ngapain lo disini??"tanya gadis itu pada Rey. Melihat itu Rey hanya menaikkan sebelah alisnya dan memilih untuk duduk disofa yang sudah usang, tepat dibelakang gadis itu.

"Pergi!"celetuk Rey saat ia sudah duduk diposisinya dengan mengangkat sebelah kakinya dan bertumpu pada kaki sebelahnya.

Gadis itu menatap jengkel pada Rey. "Apa hak lo nyuruh gue pergi"

"Pergi!!"ulang Rey, kali ini lebih ketus dan keras.

"Gue gak mau pergi dari sini. Gue duluan yang disini!"

Mendengar pengakuan dari gadis bebal itu Rey mulai sedikit kesal. Oke tenang Rey tenang!

"Pergi atau gue paksa!"

Mendengar perintah atau tepatnya paksaan yang keluar dari mulut Rey itu tidak membuat sedikit pun Resya takut.

"Lo pikir gue takut sama lo?". "Mimpi!" Lanjut Resya tepat dimuka Rey.

Oke! Kali ini harga diri Rey sedikit turun didepan Resya, baru dia--gadis ini yang berani ngomong dengan lantang didepan muka Rey.

"Jangan buat gue kasar sama lo" ucap Rey dengan tenang dingin namun terkesan tajam.

"Gue gak takut sama lo! intinya.gue. gak.mau.pergi.dari.sini!" sinis resya dengan penekanan di kalimat akhirnya.

Dengan kesal Rey pun pergi dari rooftop, ia tidak mau berurusan dengan makhluk yang bernama perempuan terlebih lagi gadis ini.

Resya Nugraha, anak bungsu dari keluarga Nugraha. Ia mempunyai seorang kakak laki-laki,Alvan Nugraha. Resya hanya tinggal bersama papanya dan kakaknya. Ibunya telah meninggal sejak ia masih kelas 2 SMP.

Resya menghempaskan badannya kesofa yang tadi diduduki oleh Rey. Ia menghela nafasnya kasar saat mengingat kejadian tadi pagi dirumahnya. Resya benar benar lelah akan ini, mengapa takdir tak selalu berpihak padanya?

*****
Follow IG @Iqlmzti._

Luka!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang