3. Jadi orang itu adalah??

3.4K 115 3
                                    

"Pagi nak Irwan." Ujar Pak Rosyid.

"Pa... pagi Pak." Kataku dengan terbata bata.

"Nah nak Irwan, pasti kamu bingung dengan apa yang terjadi hari ini, sama seperti saya yang awalnya bingung karena putriku ini nyerocos _." Ujar Pak Rosyid tapi dihentikan oleh Nissa.

"Papa !!!" Ujar Nissa dengan agak malu.

"Hahahaha.. Begitulah, bagaimana nak Irwan ? Apa ada yang kamu ingin katakan ?"

"Sebenarnya banyak sekali Pak, tapi apa saya boleh bicara sebentar dengan Nissa diluar Pak ?"

"Bagaimana Nis, nak Irwan ingin berbicara sesuatu denganmu." Kata Pak Rosyid kepada Nissa, Nissa hanya mengangguk setelah diizinkan oleh Ayahnya. Kami pun berjalan keluar masjid sambil diam seribu bahasa lalu berhenti di bangku taman yang diteduhi mawar kuning.

"Apa kamu melakukan semua ini karena terpaksa ?" Kataku lembut.

"Maksud Mas Irwan ?"

"Hufft.., maksudku apa memang karena tidak ada calon taaruf yang ada jadi kamu yang berkorban ??. Nis, aku lebih baik tidak menikah daripada melihat kamu menderita demi memenuhi janji."

"Mas, aku gak merasa seperti itu. Aku juga melakukan ini bukan karena terpaksa..."

"Tapi aku mendengar kamu berbicara dengan melamun !! Apa itu tidak menjadi bukti kalau kamu terpaksa melakukannya ?"

"Pasti saat ditelpon kan ? Mas.., aku melamun saat itu karena aku takut ditolak, aku takut kamu gak suka sama aku." Ujar Nissa terbata bata sambil menunduk dan menangis.

Setelah mendengar hal tersebut, akhirnya Irwan memegang dagu Nissa dengan lembut dan mengangkatnya agar dapat melihat wajah Nissa, tapi yang didapat hanya tetesan airmata sehingga hatinya mencelos, diusapnya airmata itu dengan kasih sayang karena ia tahu ia telah jatuh cinta, jatuh cinta yang teramat dalam, semua itu tergambar jelas dimatanya dan dimata calon istrinya.

"Nis, maafkan Mas ya ?, Mas Irwan tidak bermaksud membuatmu sedih. Tetapi Mas tidak ingin suatu saat nanti ada seseorang yang kecewa kalau memulai segalanya dari kebohongan."

"Tapi_" Nissa ingin membantah namun dihentikan oleh Irwan.

"Ya, Mas Irwan tahu kalau semua yang kamu katakan adalah suatu kejujuran. Semua itu tergambar jelas dimatamu Nis. Mata yang menyiratkan kasih sayang dan rasa cinta. Mungkin baru kali ini aku merasakan indahnya dicintai, sebagaimana kau tahu bahwa ibuku meninggal waktuku masih kecil. Sehingga aku tidak memahami apapun tentang indahnya kasih sayang." Ujarku menatap kosong sambil menerawang jauh ke lubuk hati yang terdalam.

"Mas, mungkin cintaku tak sebesar kasih sayang ibumu, tapi aku berjanji akan memberikan sisa hidupku agar Mas bisa bahagia." Ujar Nissa dengan tekad bulat.

"Aku takut kalau janji akan jadi beban buat kamu. Biarlah waktu membawa takdirnya." Ujarku sambil tersenyum.

"Kata katamu benar Mas, mungkin kita bisa berusaha namun Tuhanlah penentu segalanya" Sahutnya pelan.

"Oh iya Nis sebelum kita ke dalam bertemu Ayah kamu dan Ustadz Faqih, ada satu hal yang ingin aku tanyakan sama kamu, sebenarnya sejak kapan kamu merasakannya ?"

"Merasakan apa Mas ?"

"Perasaan yang aku rasakan."

"Ohh,, kalau itu sejak kita sekolah dulu, saat Mas mengantarku pulang dengan motor itu." Kata Nissa sambil menunjuk motor yang diparkir di teras Masjid.

"Aku masih tidak mengerti kenapa hanya karena aku mengantar kamu pulang lalu kamu cinta padaku..." Kataku heran tapi akhirnya menambahkan.

"Aku masih penasaran dengan cerita kamu, lebih baik kita kedalam yuk, yang lain sudah menunggu. Masalah tentang motor kita pending saja setelah menikah, aku masih penasaran Nis."

Kunci Jawaban Dari Tuhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang