1. Arti sebuah ketegaran

10.5K 202 9
                                    

Pada saat bekerja di perusahaan ternama. Aku mengenang kembali betapa Tuhan telah banyak memberikan kemudahan. Sambil meminum secangkir teh dan sebungkus Roti aku mereview kisah masa lalu. Aku punya banyak saudara walaupun bukan keluarga dekat akan tapi Ibuku meninggal ketika ku masih kecil, saat-saat yang tidak pas bagi seorang anak untuk sekedar mengukir senyum manis seorang ibu, memahat wajah lembut sang Ibu serta mengenang alunan nada nada cinta dari tiap patah ungkapan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, karena ibuku meninggal saat ku berumur 2 tahun.

Mengingat hal tersebut membuatku termenung. Aku pun memanjatkan doa kepada Tuhan,

"Ya Rabb, Ampunilah dosa Ibu hamba dan juga hamba ini Ya Allah, dari tiap hembusan napas ini. Selama nyawa masih didada ku tak henti hentinya mendoakan Ibuku ya Allah..."

Didalam angan kuungkapkan sepatah kata,

Bu.. Anakmu sudah sukses, ini semua berkat doamu dan Ayah.. Terimakasih.

Aku dididik dengan agak keras dari keluarga yang pas-pas-an, namun itu lebih baik dibandingkan dari keluarga berada tapi orangtua tidak peduli dan tidak mendidik dengan benar.

Lagipula sekarang dapat hikmah dari sikap keras orangtua, yaitu agar kita sebagai anak dapat terus bertahan dalam menjalani hidup dan harus disiplin, karena saat kita menjadi orangtua, kita tidak merasa asing dengan kehidupan berumah tangga. Disiplin dalam mengajarkan sesuatu kepada anak kita sendiri nantinya.

Dulu sebenarnya aku termasuk anak malas tetapi karena pertolongan Tuhan dan kasih sayang-Nya, aku bisa berubah. 

Ada kejadian lucu yang terjadi saat ku ujian SMP. Mmmh.. nilai UAN Matematika-ku 8 !! 

Bayangkan betapa ku tak percaya tapi itulah kenyataannya.

Aku termasuk orang yang kurang mengerti tentang pelajaran Matematika tapi ku percaya tentang keajaiban doa apalagi belajar setelah shalat malam, semua yang dipelajari jadi bernilai ibadah.

Tetapi perasaan itu muncul kembali, rasa takut tidak meraih jenjang berikutnya. Dan benarlah saat ujian, aku tak tahu sama sekali dengan soal Matematika. Karena pelajaran inilah yang menentukan langkah menuju tangga itu, tangga kesuksesan yang belum sanggup kuraih.

Jam 9 pagi itu keringatku bercucuran, semua yang dipikirkan malam itu hilang entah kemana.

Hufft, tapi kupasrahkan semua kepada Allah. Bismillah.

Kemudian kuisi lembar jawaban, dan entah mengapa kusalin juga jawaban yang kutulis di selembar kertas.

Mungkin suatu saat nanti akan berguna.

Satu setengah jam kemudian ujian selesai, ku lemas dan tak berdaya. Sekitar sebulan kemudian tiba waktunya pengumuman. Kubawa selalu kunci jawaban Matematika yang sewaktu ujian diisi entah untuk apa.

Lalu aku menunggu di luar rumah petugas yang mengantarkan amplop kelulusan. Tetapi tak ada seorang pun yang melintas dirumahku. Sejuta perasaan berkecamuk antara kegagalan atau kesuksesan. Antara rasa malu dan kebimbangan. Semua bercampur menjadi satu. Tetapi saat ku tak sanggup menghadapi hari, akhirnya tiba juga tukang pos yang mengantar amplop putih ke rumah. Pas kulihat nilai yang tertera... 

Subhanallah..

Nilai Matematika 8 ? 

Sedang nilai yang lain standar, gak bisa ngebantu kalau nilai Matematika jeblok. Akhirnya aku sujud syukur karena hasil yang kuterima diluar perkiraan.

Karena kemungkinan  bisa gak lulus tapi kenyataannya ?

Semenjak itu aku terus rajin belajar mengejar ketertinggalan dan lulus SMA dengan hasil memuaskan. Setelah lulus sekolah ternyata kabar duka menghampiriku. Ayahku kecelakaan di tempat kerja dan dibawa ke rumah sakit. Langsung saja aku kesana dan ternyata itu pun detik detik terakhir kebersamaanku dengannya. 2 Duka dalam rentang waktu yang berbeda. Sebelum Meninggal Ayah sempat berwasiat agar aku terus bekerja keras karena hidup itu keras, dan juga meminta maaf atas sifat keras yang selama ini ditunjukkannya karena itu demiku juga. Itulah yang membuatku akhirnya sadar bahwa Ayah mendidikku dengan kedisiplinan agar aku kuat menjalani hidup.

Aku melamun seorang diri saat itu, mengingat bahwa pesan terakhir Ayah adalah ingin bertemu ibu.

"Wan, Bapak ingin bertemu Ibu kamu, Bapak sudah rindu" Terang Ayahku sambil menahan sakit tapi akhirnya meneruskan ucapannya.  "Maafkan Bapak ya Wan..." 

Akhirnya Ayahku meninggalkan dunia yang fana ini, aku tak kuasa menahan airmata yang merasuk dada tapi aku kuatkan tekad agar tetap mengingat pesan Ayah agar terus kuat menjalani hidup. Aku hanya berdoa semoga mereka berdua bertemu kembali di alam sana. Karena airmata tidak mampu membawa mereka kembali kesini, hanya doa yang mampu kupanjatkan kehadirat Tuhan agar kami bertiga bertemu kembali disana, dalam satu keluarga.

Kunci Jawaban Dari Tuhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang