Chapter 2

5.6K 493 4
                                    

Author pov

Omega lelaki itu langsung kaget saat seseorang berhasil Membuka pintu kamarnya dengan kasar, mata biru Saphirenya menangkap sesosok pria bertubuh tinggi besar sedang menatapnya dari atas.

Walaupun pandanganya mulai kabur, ia bisa melihat bahwa pria yang berdiri di hadapanya adalah seorang alpha, dia merasakan heatnya semakin parah ketika mencium bau feromon seorang alpha dominan, sehingga membuatnya ketakutan, takut akan di perkosa dan takut tidak bisa mengendalikan heatnya sendiri.

"Dimana obat pereda heatmu?" tanyanya lembut, jangan salah paham, saat ini Crimson mati-matian menahan nafsunya untuk tidak melakukan hal berbahaya kepada omega dibawahnya ini

"Laci....meja" katanya lirih,
Crimson langsung mengambil obat tersebut dan menyuntikanya kepada omega dibawahnya itu. Ia merasakan seperti tersengat jutaan listrik ketika menyentuh omega yang sedang heat untuk pertama kalinya.

Jangan salahkan Crimson, ia hidup dalam dunia hitam, dunia mafia, jadi ia tidak mengenal sikap lembut atau apalah. Tapi pada omega ini, ia pertama kalinya tidak ingin melukainya, dan tidak bisa mengabaikanya. Crimson segera mengangkat pria manis itu untuk dibawa pulang ke istana megahnya, sekali-kali membawa pulang mainan tidak akan merugikanya, begitulah pemikiran Crimson.

Melihat tuanya berjalan menuruni tangga sambil membawa omega yang tengah pingsan, tak dapat di pungkiri bahwa feromon omega yang dibawa tuanya ini masih meninggalkan bau yang tercium oleh semua anak buahnya.

"Leon, segel rumah ini dan alihkan kepemilikanya atas namaku, selesaikan saat ini juga" perintahnya tegas

"Baik tuan" meskipun jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun tidak ada yang mustahil bagi Crimson, ya dialah Crimson Shaint Rolland  dengan segala kekuasaan yang ia miliki.

Tidak butuh waktu lama yang ia lalui untuk menempuh perjalanan menuju rumahnya. Omega yang ia bawa masih tertidur pulas dengan wajah damainya. Hidung mungil yang mulai memerah karena dinginnya malam, pipi gembul yang begitu kenyal untuk di sentuh, bibir peach tipis dan bulu mata yang lentik, membuat pria di dalam pangkuanya ini terlihat sangat murni dan cantik. Begitulah kesan yang Crimson pikirkan saat ini.

Rumah Crimson dilengkapi dengan pengamanan yang sangat ketat, tidak ada penjaga yang ditaruh di beberapa titik dirumah, namun sistem keamanan yang canggih buatanya sendiri sudah cukup membuatnya percaya bahwa rumah mewahnya bahkan tidak akan tersentuh.

Crimson sengaja tidak menjual sistem keamanan canggih tersebut, sebab akan sangat berbahaya bila para musuhnya dapat memasuki rumahnya. Rumah besar ini terdiri dari beberapa kamar dan ruang yang fungsinya berbeda-beda. Meskipun Crimson tinggal sendiri, ia mempekerjakan beberapa pembantu yang setia kepadanya.

Langkah kaki Crimson membawanya ke kamar utama miliknya, kamar yang berada di lantai 5 rumahnya, menaiki lift khusus yang langsung sampai ke kamarnya. Crimson memang gila karena ia berpikir menjadikan omega ini mainanya, membawanya tinggal disisinya.

Bahkan ia tidak ragu lagi untuk sekedar mencium kening si omega sebagai ucapan selamat malam dan ia menyusulnya untuk terlelap bersama mainan barunya. Memang kedengaranya kejam, tetapi begitulah Crimson, hatinya masih begitu tertutup dan membeku.

Pagi segera menyapa setelah melalui malam yang panjang. Pagi yang cerah menunjukkan matahari yang belum terlalu tinggi untuk membangunkan setiap makhluk dari mimpi-mimpi mereka.

Termasuk pria mungil yang kini membuka matanya secara perlahan, matanya melebar terkejut ketika ia mengetahui bahwa kamar ini bukan miliknya, pandangannya turun melihat tangan yang memeluknya posesif. Indra penciumanya menangkap bau yang tidak asing, segera ia mengalihkan pandangannya ke belakang, ia melihat wajah rupawan yang sangat dekat dengannya saat ini.

Tanpa aba-aba pria mungil itu berusaha melepaskan tangan yang memeluknya posesif, sehingga ia tidak sampai membangunkanya dan bisa segera pergi dari sini. Ketika ia sudah lepas, ia segera menuju arah pintu, namun terkunci, ia menuju ke seluruh sudut ruangan, bahkan jendela juga terkunci.

Tidak ada celah di kamar mandi untuk kabur, ia bersandar di dinding kamar mandi, tubuhnya merosot kebawah, ia putus asa, ketakutan karena tidak ada jalan keluar dari ruangan ini.

Bahkan ia tidak sadar ketika suara pintu kamar mandi telah dibuka seseorang. Crimson berjongkok menatap pemuda yang menyembunyikan wajahnya tersebut, ia dapat mendengar suara sesenggukan dari pemuda manis itu.

"Lihat aku" Crimson menarik rambut pemuda itu, agar mendongak untuk melihat wajahnya

"Kau....!!!!!" ia kaget karena Crimson langsung menatap matanya
"Usahamu sia-sia bukan?" Crimson mengejek, walau ia sempat hampir terpana melihat kedua mata saphire yang dipenuhi airmata tersebut

"Hiks.. hiks lepaskan aku, aku ingin pulang" pemuda itu berusaha melepaskan tangan Crimson dari rambutnya

"Pulang kemana?" tanya Crimson santai, lalu ia melepaskan rambut tersebut namun tangannya menggenggam tangan pria yang tidak berhenti menangis itu

"Hiks... Rumahku" jawabnya polos
"Merry" panggil Crimson sambil menciumi kedua tangan Merry yang sempat memberontak untuk dilepaskan

"Darimana kau.." belum sempat Merry melanjutkannya Crimson menarik tangan Merry untuk berdiri lalu menyeretnya menuju ranjangnya, menghempaskan Merry dan menindihnya

"Darimana kau tahu?" tanya Merry terkejut
"Merry Harvin Ridiant" sebut Crimson lengkap
Mata Merry terbelalak tidak percaya bahwa pria alpha didepanya ini bahkan tahu nama lengkapnya

"Bagaimana?" tanya Merry dengan mata terkejutnya
"Cobalah kabur dan kau akan tahu akibatnya" ucap Crimson tegas

Crimson berdiri dan mempersilahkan Merry untuk kabur, ia membuka pintu kamar yang terkunci lalu menatap Merry penuh senyuman licik, Merry yang masih takut dan bingung, akhirnya melangkah perlahan  ke arah pintu, ia masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan Crimson

"Cepatlah, sebelum aku berubah pikiran"
Kata Crimson dengan senyum iblisnya

Merry langsung lari berjalan keluar dari pintu kamar, tapi sebelum ia benar2 pergi, dia sempat mendengar Crimson akan selalu menemukannya dimanapun ia berada

Crimson segera menutup pintu kamar, bersiap untuk memainkan permainan yang jelas-jelas bahwa ia akan selalu jadi pemenangnya, namun Crimson, jika akhirnya nanti Merry mampu mengalahkan bekunya hatimu, akankah kau jadi pemenang pada permainan selanjutnya?

Bersambung

Sangat terbuka menerima kritik dan saran

Heart Of The Cold MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang